1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Radikal Islam Berniat Provokasi Jerman

Stefan Dege10 September 2014

Sebelas pemuda kelompok radikal Salafi awal September berpatroli di Wuppertal sebagai "Polisi Syariah". Masyarakat muslim mengecam tindakan mereka yang memperburuk citra Islam.

https://p.dw.com/p/1D9fb
Foto: picture-alliance/dpa/B.Roessler

Para pemuda dari kelompok Salafi berpatroli di kota kecil Wuppertal dengan mengenakan rompi oranye bertuliskan "Shariah Police". Aksi itu dipimpin seorang warga Jerman yang masuk Islam, Sven Lau, alias Abu Adam.

Polisi kemudian mencegat mereka dan mencatat data-data pribadinya. Mereka dilarang melakukan aksi semacam itu lagi. Sven Lau, yang dikenal sebagai aktivis Salafi berhaluan radikal, sempat ditahan polisi. Ia kemudian meminta maaf.

Pengamat sosial dari Erlangen, Mathias Rohe menerangkan, para pemuda Salafi itu memang bermaksud melakukan provokasi.

"Dengan cara gampang, mereka ingin menarik perhatian besar", kata Rohe. "Mereka sadar akan muncul berbagai reaksi."

Sengaja provokasi

"Mayoritas warga Jerman tidak khawatir dengan masyarakat muslim yang ada di sini", tutur Rohe. "Mereka hanya khawatir dengan bentuk-bentuk Islam (radikal)". Banyak orang cemas ancaman teror meningkat setelah munculnya kelompok-kelompok seperti ISIS.

Dengan menggunakan kata "syariah", kubu Salafi sengaja ingin memprovokasi. Karena penggunaan kata itu sekarang sering diasosiasikan dengan tindakan kejam dan biadab, seperti yang dilakukan ISIS di Irak dan Suriah.

Dalam bahasa aslinya, "syariah" berarti "jalan menuju sumber air". Pada abad ke-8, para ahli agama Islam mulai mengembangkan norma-norma dan sistem hukum yang mengatur kehidupan sehari-hari, dan kemudian secara umum disebut sebagai Syariah.

Memerangi radikalisme dengan Islam

Organisasi-organisasi muslim di Jerman mengecam aksi kelompok Salafi di Wuppertal. Ketua Dewan Koordinasi Islam, Ali Kizilkaya mengatakan, aksi itu merusak reputasi Islam di Jerman.

"Mayoritas warga muslim di Jerman menolak aksi itu", tandasnya. Ia menambahkan, setiap orang di Jerman boleh hidup menurut keyakinannya masing-masing. Tapi ia menyayangkan, jika tindakan segelintir orang lalu menjadi berita besar dan merusak citra Islam.

Ketua Dewan Pusat Muslim (Zentralrat der Muslime), Aiman Mayzek juga melontarkan kecaman keras atas "aksi segelintir orang yang sok jago". Ia memperingatkan, ada perbedaan besar antara kaum beragama dan ekstrimisme. Aksi Salafi di Wuppertal membangkitkan kesan seakan-akan semua warga muslim adalah ekstrimis.

19 September mendatang, empat organisasi Islam terbesar Jerman akan menggalang aksi menentang ekstrimisme. Dengan motto "Warga muslim berdiri menentang kebencian dan ketidakadilan", mereka menyerukan demonstrasi damai di tujuh kota besar.