1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Puluhan Tewas Pasca Kerusuhan Terbaru Rakhine-Rohingya

25 Oktober 2012

Gelombang kerusuhan sektarian baru di bagian barat Myanmar menewaskan 20 orang. Demikian pernyataan pejabat setempat Kamis (25/10) yang menanbahkan kasus terakhir telah memaksa ribuan orang mengungsi.

https://p.dw.com/p/16WGd
Foto: Shaikh Azizur Rahman

Ratusan rumah dibakar dalam kerusuhan terbarudi negara bagian Rakhine. Pada Juni lalu kawasan tercabik kerusuhan sektarian Buddhis-Muslim. Akibatnya dua kelompok warga yang dulu bertetangga itu, kini hidup dalam segregasi dan membuat puluhan ribu muslim Rohingya kini terpaksa tinggal di kamp-kamp pengungsi sementara.

Lebih dari seratus orang telah terbunuh di negara bagian itu, demikian menurut pejabat setempat, yang kini telah memberlakukan keadaan darurat untuk mengantisipasi berlanjutnya ketegangan di wilayah tersebut.

Puluhan Tewas

Juru bicara negara bagian Rakhine, Myo Thant mengatakan kepada AFP bahwa kekerasan terakhir telah menyebabkan setidaknya 20 orang tewas, baik dari etnis Buddhis Rakhine maupun muslim Rohingya, akibat bentrokan yang terjadi sejak 21 Oktober lalu.

“Jumlah korban tewas bisa bertambah menjadi 50 jiwa,“ kata dia sambil menambahkan bahwa jumlah korban tewas sulit dikonfirmasi segera karena pasukan keamanan masih berusaha mencapai wilayah terpencil di mana kerusuhan itu terjadi.

PBB telah mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan „sangat prihatin“ atas bangkitnya lagi kekerasan sambil menyerukan digalangnya perdamaian di wilayah tersebut.

„PBB khawatir dengan laporan mengenai penghancuran dan pengusiran,“ kata kepala perwakilan PBB di Yangon, Ashok Nigam, sambil menambahkan bahwa kerusuhan terbaru di negara bagian Rakhine telah „menimbulkan kematian dan memaksa ribuan orang termasuk anak-anak dan perempuan untuk pergi meninggalkan rumah mereka“.

Dia menuntut akses segera dan tanpa syarat atas semua kelompok sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan”.

Ribuan Orang Masih Mengungsi

Sekitar 75 ribu orang diperkirakan masih mengungsi menyusul kerusuhan sektarian Juni lalu. PBB juga telah menyampaikan kecemasan atas besarnya jumlah pengungsi ke kamp-kamp pengungsian di dekat kota Sittwe yang kini sudah “penuh sesak”.

Myo Thant mengatakan setidaknya 80 etnik Rakhine Buddhis diperkirakan terluka dalam kerusuhan terakhir, namun dia tidak mempunyai gambaran mengenai jumlah muslim Rohingya yang terluka.

Sebelumnya, dia mengatakan kepada AFP bahwa tentara ditugasi untuk menolong menjamin keamanan di berbagai wilayah negara bagian itu sambil menambahkan bahwa sejumlah rumah dibakar di beberapa kota lain pada hari Kamis (25/10) pagi.

Seorang pejabat keamanan yang tidak bersedia disebutkan namanya, membenarkan adanya potensi jumlah korban jiwa mencapai 50 orang, sambil menambahkan bahwa pasukan pemerintah sedang berusaha mencapai beberapa kantung kerusuhan yang letaknya berjauhan, termasuk di sekitar lokasi turisme Mrauk U.

Minoritas Paling Teraniya

Sekitar 800 ribu muslim Rohingya dipandang oleh pemerintah dan sebagian besar orang Myanmar sebagai imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh, dan menyebut mereka “orang-orang Bengali”.

Sejumlah kelompok Buddhis beberapa kali melakukan aksi protes menentang keberadaan kelompok muslim tersebut di Myanmar. Rohingya selama ini dianggap PBB sebagai salah satu kelompok minoritas paling teraniaya di dunia.

Pertumpahan darah terakhir telah membayangi proses reformasi yang selama ini dilakukan oleh Presiden Thein Sein, yang sebelumnya telah menerobos kebekuan politik negeri itu dengan langkah mengejutkan seperti pembebasan tahanan politik, dan menyelenggarakan pemilihan umum bebas yang memungkinkan pimpinan oposisi Aung san Suu Kyi kini duduk di parlemen.

ab/as (AFP,Reuters)