1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Prospek Jusuf Kalla Sebagai Capres Baru

Ging Ginanjar / Marjory Linardy11 April 2009

Hasil pemilu makin jelas. Para politisi melakukan manuver. Prabowo dan Wiranto jelas perkuat blok politik Megawati. Sementara Susilo Bambang Yudhoyono, diyakini akan melibatkan PKS, PAN dan PKB. Bagaimana dengan Golkar?

https://p.dw.com/p/HUvs
Foto: AP

Partai Golkar mulai ragu. Anjloknya perolehan suara Golkar, membuat para tokoh partai itu melontarkan perlunya mengkaji ulang tekad untuk mengajukan calon presiden dalam Pemilihan Presiden Juli mendatang. Tegasnya, tak sedikit tokoh Golkar yang menganggap, niat mengajukan Jusuf Kalla sebagai calon presiden, tidak relevan lagi, mengingat Gokar kalah jauh dari Partai Demokrat, dan hanya menempati posisi ketiga. Yang paling realistis adalah berkoalisi dengan Partai Demokrat, dan mengajukan lagi Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak menadikan kemungkinan itu. Kendati tidak memberikan jawaban tegas. Disebutkan SBY di Cikeas, “Dalam posisi sekarang untuk wakil presiden tunggu tanggal mainnya. Ada yang pak JK, ada yang bukan pak JK.”

JK adalah panggilan untuk Jusuf Kalla. Menurut SBY, yang menjadi prioritas sekarang adalah membangun koalisi terlebih dahulu untuk memperoleh mayoritas yang cukup di parlemen. Penetapan okoh yang akan menjadi calon wapres pendampingnya nanti akan merupakan kelanjutan dari koalisi ini.

Namun koalisi kali ini, menurut SBY, sifatnya berbeda. Belajar dari koalisi yang terlalu longgar periode 2004-2009, SBY menetapkan kriteria lebih ketat, dengan ikatan dan etika yang jelas. Sehingga tidak bisa lagi partai yang ikut koalisi menghantam atau bahkan menjegal kebijakan pemerintah, padahal partai itu bagian dari pemerintah.

Terlepas dari itu, pengamat politik dari CSIS, J Kristiadi yakin, SBY akan kembali memilih Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden. Namun tak sedikit kalangan yang menganggap, Yusuf Kalla sulit untguk kembali disandingkan dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Karena Jusuf Kalla sudah kepalang dicalonkan sebagai calon presiden sendiri oleh Partai Golkar. Hal ini dianggap merusak hubungan keduanya, serta menimbulkan masalah psikologis di kubu SBY dan Partai Demokrat. Pengamat politik J Kristiadi tidak sependapat.

Masalahnya, saat Pemilu 2004 Jusuf Kalla menjadi pendamping SBY bukan sebagai wakil Golkar. Karena Golkar mengajukan calon presiden sendiri, Wiranto, yang kalah di putaran awal. Saat itu, Partai Demokrat juga hanya menempati posisi ke 7, sementara Golkar merupakan pemenang Pemilu. Kini Partai Demokrat merupakan pemenang Pemilu, dan Jusuf Kalla adalah Ketua Umum Golkar, yang partainya hanya menempati posisi ketiga.