1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Problematika Jaminan Pengangguran Kaum Muda Eropa

Sabrina Pabst13 November 2013

Program Jaminan Pemuda Uni Eropa adalah program yang dirancang oleh negara-negara anggota UE dalam upaya mengatasi tingginya angka pengangguran muda. Program ini menghadapi dilema dan dianggap bukan sebagai solusi tepat.

https://p.dw.com/p/1AGQB
Foto: REUTERS

"Kita harus bisa mencapai hasil lebih dalam peperangan melawan pengangguran muda," tegas Angela Merkel musim panas lalu di KTT Uni Eropa. Di KTT ini dicapai kesepakan terkait jaminan masa depan generasi muda Uni Eropa. Keputusan ini menyebutkan bahwa Uni Eropa memberikan jaminan pada kaum muda yang berusia dibawah 25 tahun, bahwa mereka tidak akan menunggu lebih lama dari 4 bulan untuk bisa mendapatkan pekerjaan atau tempat pelatihan kerja.

Komisi Uni Eropa musim gugur tahun lalu sudah mulai melakukan sejumlah langkah konkret dengan menyediakan dana sebesar 8 miliar Euro untuk menghentikan peningkatan jumlah pengangguran kaum muda. Meski demikian, tidak setiap pengangguran muda bisa mendapat uang ini. Uang ini akan diberikan pada negara-negara anggota Uni Eropa, seperti Spanyol, Yunani dan Portugal yang jumlah pengangguran mudanya mencapai 25 persen. Di negara-negara tersebut uang ini akan dipakai untuk mendanai pelatihan pekerjaan kaum muda dan juga sebagai insentif pergerakan kaum muda di dalam wilayah Eropa. Selain kaum muda pengangguran, perusahaan-perusahaan juga bisa mendapatkan dana subsidi. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan-perusahaan tersebut bisa menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda.

Problematika pendanaan

Ide pendanaan ini tidak sepenuhnya tanpa masalah. Pendanaan pengangguran muda ini menghadapi dilema. Uang pendanaan ini berasal dari Dana Sosial Eropa (ESF) dan Dana Eropa untuk Pengembangan Daerah (EFRE) yang ditarik dari anggota UE. Ini berarti negara-negara miskin di UE juga harus ikut menggalang dana, di mana sebenarnya negara-negara tersebut tak punya dana untuk itu.

Holger Schäfer, tenaga ahli di Institut Perekonomian Jerman berpendapat bahwa jumlah 8 miliar Euro sangat sedikit untuk bisa dipakai mengatasi masalah ketersediaan lapangan pekerjaan di UE secara keseluruhan.

“Apalagi negara yang mengorganisir lapangan pekerjaan, berarti pendanaan program ini akan selalu bergantung pada pajak. Penarikan pajak berujung pada kondisi lain yaitu penghancuran dan pengurangan lapangan pekerjaan itu sendiri,“ kata Holger Schäfer. Lapangan pekerjaan yang diciptakan dan disubsidi oleh negara menghabiskan banyak dana. Dampak yang paling buruk adalah hal tersebut bisa mencegah kaum muda untuk bisa masuk ke pasar tenaga kerja. Mereka akan terjerat dalam program kualifikasi dan pelatihan kerja yang dibuat oleh pemerintah.

Jutta Steinruck, anggota parlemen Eropa dari partai SPD berpendapat lapangan pekerjaan yang diciptakan melalui program jaminan kaum muda ini akan memberikan pesan bahwa kaum muda hanya ditampung, bukannya dibutuhkan. “Jika kaum muda mendapat ijazah setelah menempuh pendidikan tapi tidak menemukan lapangan pekerjaan sehingga terpaksa harus terjun ke bidang lain atau melakukan pekerjaan bergaji rendah, mereka kerap tak akan punya kesempatan untuk bisa keluar,“ kata Jutta Steinruck.

Solusi lain atasi pengangguran

Di Denmark, Finlandia, Austria dan Swedia sudah ada program jaminan semacam ini - akan tetapi tanpa keberhasilan nyata. Pengangguran muda bukan suatu masalah tersendiri, permasalahan ini muncul akibat situasi umum yakni buruknya kondisi kerja. Disini berlaku satu prinsip: semakin tinggi tingkat pengangguran, maka semakin tinggi pula tingkat pengangguran kaum muda. Sehingga program jaminan pemuda Eropa tidak bisa menjamin pekerjaan secara permanen. Schäfer mengatakan, “Pengangguran di negara-negara tersebut bersifat konjungtur yang tidak bisa diperangi dengan politik lapangan pekerjaan.“

Schäfer berpendapat seharusnya pemerintah menciptakan kebijakan yang sebisa mungkin berpihak pada industri, yang memungkinkan industri-industri tersebut menyediakan lapangan pekerjaan permanen bagi kaum muda. “Kadang-kadang kita tak membutuhkan uang. Misalnya, cukup dengan mengapuskan kebijakan tertentu,“ kata Schäfer. Sehingga lapangan pekerjaan bisa lebih banyak tercipta akibat perluasan produksi yang berakibat pada penurunan jumlah pengangguran.