1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Privatisasi Hutan Lindung Demi Biodiversitas

Vanessa Fischer25 April 2014

Keragaman hayati Hutan Mata Atlantica di Brasil salah satu yang terkaya di dunia. Tapi kini tinggal 7 persen wilayahnya yang belum terjamah. Proyek perlindungan hutan itu bergulir dengan bantuan Jerman.

https://p.dw.com/p/1BoOj
Foto: picture-alliance/dpa

Pohon Araucarie atau cemara Brasil menjulang tinggi di tengah kawasan hutan pantai Mata Atlantica. Burung bangau berleher putih terlihat terbang di seputar hutan.

Wigold Schäffer, seorang aktivis perlindungan lingkungan dan fotografer amatir, merekam semua fenomena alam ini lewat lensa kameranya.

"Saya memotret sejak beberapa tahun silam. Pohon Araucarie adalah obyek yang paling sering saya foto. Pohonnya bagus dijadikan obyek, dan di sana juga tercermin keragaman hayati," ujar Schäffer. "Ada burung yang bersarang di sana, atau juga berbagai jenis monyet yang habitatnya berada di sana."

Mengembalikan keragaman hayati

Hutan campuran dengan pohon cemara Brasil merupakan ciri khas kawasan ini. Akan tetapi, sekarang hutan yang tersisa di cagar alam Sao Joaquim, kurang satu persen dari areal hutan asli.

Sebuah areal seluas 400 hektar kini dimiliki pasangan pengusaha Silvana Kruger dan Carlos Arno Jensen. Mereka mengaitkan perlindungan hutan dengan manfaat ekonomis. Dulu semua lahan digunakan untuk pertanian, kini sebagian dijual kepada pecinta alam.

Silvana Kruger yang menggagas proyek ini menjelaskan rencananya: "Konsep kami: di bagian atas ada kawasan lindung, dan barangsiapa membeli bagian lahan di bawahnya, otomatis mendapat bagian kawasan lindung. Jadi, mereka juga pemilik suaka alam, dan ikut bertanggung jawab."

Carlos Arno Jensen menambahkan, "Saat kami mulai membangun proyek perumahan, semua sapi diusir dari hutan dan pembakaran semak dilarang. Kami mengamati, alam melakukan regenerasi dan banyak pohon muda tumbuh."

Awalnya ditentang

Di lahan persemaian, bibit pohon muda disemai. Lahan milik organisasi perlindungan lingkungan Apremavi, dalam beberapa tahun terakhir memproduksi bibit pohon untuk penghutanan kembali sejumlah kawasan. Lebih dari 5 juta bibit pohon disemai.

Pembibitan merupakan sumber utama pendapatan Apremavi. Hampir setiap hari, rombongan pengunjung mendatangi lahan persemaian tersebut.

Miriam Prochnow, istri Wigold Schäffer memprakarsai penanaman pohon buah-buahan lokal bagi petani kecil. "Kami sebanyak mungkin menyebarkan biodiversitas regional," ucapnya. Inilah sasaran pelindung lingkungan. Termasuk juga menyebar pohon cemara Brasil atau Araucarie.

Wigold Schäffer dan istrinya Miriam Prochnow adalah aktivis lingkungan yang pantang menyerah. Saat mendirikan Apremavi sekitar 27 tahun silam, banyak warga memusuhi mereka. Sekarang suami istri itu merupakan pakar lingkungan ternama. Sedikitnya 12 hutan campuran sudah direboisasi memanfatkan cemara Brasil. Keduanya juga memberikan konsultasi kepada politisi dan pemerintah regional mengenai perlindungan hutan.

Perjalanan masih panjang

Perlindungan hutan di Brasil semakin sulit, karena sekarang kawasan hutan juga terpencar-pencar. Pohon cemara Brasil juga tetap berstatus terancam, walau penebangan pohon ini sudah dilarang dalam 10 tahun terakhir. Alam perlu waktu untuk memulihkan diri.

"Saya selalu terharu jika melihat pohon ini. Saya menamanya saat berusia 5 tahun, dulu ayah yang memberikan bibitnya," tutur Schäffer. "Sekarang, kami sudah menanam lebih dari 2.500 Araucarie, dan memiliki hutan dengan biodiversitas luar biasa."

Siapapun yang berniat melindungi keragaman hayati, harus meneladani kiprah Wigold Schäffer dan istrinya Miriam Prochnow, yakni pantang menyerah dan terus berjuang selama puluhan tahun.