1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Jerman Janji Bantu Myanmar

Naomi Conrad10 Februari 2014

Presiden Joachim Gauck bertemu dengan tokoh oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi dan memuji perkembangan politik di negara itu. Tapi ia juga mengecam kekerasan terhadap warga muslim dan etnis Rohingya.

https://p.dw.com/p/1B69r
Foto: picture-alliance/dpa

Usai bertemu dengan Aung San Suu Kyi, Presiden Jerman Joachim Gauck meminta agar reformasi di negara itu dilanjutkan. Gauck berada di Myanmar dalam rangka kunjungan tiga hari, setelah sebelumnya melakukan kunjungan ke India.

Dengan kunjungan ke Myanmar, Gauck ingin memberi dorongan untuk proses demokratisasi di negara itu, yang selama puluhan tahun berada di bawah kekuasaan rejim militer. Ia memuji beberapa kemajuan yang telah dicapai, sejak rejim militer memutuskan reformasi politik.

"Ada banyak negara lain di dunia, yang jauh lebih lambat (dari Myanmar) dalam proses menerapkan standar-standar demokrasi", kata Gauck.

Tokoh oposisi dan penerima Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi mengucapkan terima kasih atas dukungan Presiden Jerman. "Saya tahu, bahwa Presiden (Gauck) juga pernah hidup lama dibawah sebuah diktatur", ujarnya.

Mengecam konflik sektarian

Sebelumnya, Gauck juga bertemu dengan Presiden Myanmar Thein Sein di Naypyidaw. Gauck menyebut langkah reformasi yang dilaksanakan negara itu sebagai "langkah bersejarah". Transformasi bersejarah menuju demokrasi itu hanya mungkin, "karena pemerintah dan oposisi mau bekerjasama secara konstruktif", kata Gauck.

Namun Presiden Jerman itu juga mengecam konflik sektarian dan penindasan warga muslim yang terjadi. "Bentrokan kekerasan antara warga Budha dan Muslim telah mengakibatkan penderitaan", kata Gauck. Ia menyatakan sangat prihatin dengan situasi warga muslim dan kelompok etnis Rohingya.

Dengan kunjungannya, ia ingin merintis hubungan baru antara Jerman dan Myanmar, kata Gauck. Ia mengusulkan agar kedua negara meningkatkan kerjasama dan pertukaran budaya.

Bantuan untuk demokratisasi

Presiden Jerman selanjutnya mengatakan, Jerman akan membantu Myanmar "menempuh jalan rumit" menuju demokrasi. "Jerman akan membantu Anda, jika langkah demokratisasi yang sudah dimulai terus dilanjutkan."

Jerman memberi keringanan penghapusan utang kepada Myanmar senilai 500 juta Euro. Perjanjian itu ditandatangani dalam pertemuan kedua kepala negara. Presiden Thein Sein mengucapkan terima kasih atas dukungan Jerman, juga ketika "beberapa kekuatan barat" menekan negara itu.

Myanmar selama puluhan tahun berada di bawah rejim militer dan baru sejak Maret 2011 memiliki pemerintahan sipil di bawah pimpinan pensiunan jendral Thein Sein. Sejak itu, berbagai reformasi politik dilakukan, diantaranya pembebasan tahanan politik, termasuk tokoh oposisi Aung San Suu Kyi. Negara-negara barat kemudian mencabut sanksi atas Myanmar.

Presiden Joachim Gauck akan berada di Myanmar sampai hari Rabu (05/02) dan kemudian terbang kembali ke Jerman.