1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Polisi Ukraina Tahan Tersangka Penembakan Aktivis

3 April 2014

Polisi menahan 12 penembak jitu dari pasukan elit Berkut yang diduga terlibat penembakan aktivis. Bekas presiden Ukraina Viktor Yanukovych mengaku menyesal dengan pemisahan Krimea.

https://p.dw.com/p/1BbRQ
Foto: picture-alliance/dpa

Aparat keamanan Ukraina menyatakan telah menahan 12 orang yang diduga terlibat penembakan aktivis bulan Februari lalu di Kiev. Mereka yang ditahan adalah anggota tim penembak jitu dari pasukan elit Berkut.

"Mereka yang ditahan adalah penembak terlatih yang mendapat pelatihan khusus untuk melakukan pembunuhan", kata Jaksa Agung Oleh Makhnitsky hari Kamis (03/04) di Kiev. Ia menerangkan, seorang komandan Berkut ditahan karena membagikan senjata kepada para penembak itu.

Selama aksi protes tanggal 18-20 Februari di Kiev, lebih 100 orang tewas tertembak ketika terjadi bentrokan antara aparat keamanan dan demonstran. Para saksi mata melaporkan, para penembak jitu mengambil posisi di atas gedung-gedung dan melepaskan tembakan secara terarah.

Pasukan elit Berkut dibubarkan setelah pemerintahan transisi mengambil alih kekuasaan di Kiev dari tangan Presiden Viktor Yanukovych, yang melarikan diri ke Rusia.

Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov menuduh Yanukovych yang mengeluarkan perintah penembakan. "Yanukovych mengeluarkan perintah kriminal, untuk menembak para demonstran", kata Avakov kepada wartawan.

Avakov juga menuduh agen-agen Rusia ketika itu beroperasi di Ukraina untuk mengacaukan situasi dan melakukan pembunuhan yang mereka sebut sebagai "operasi anti terror".

Rusia menolak tuduhan itu dan sebaliknya menuding kelompok oposisi garis keras yang melakukan penembakan untuk menyulut kerusuhan.

Yanukovych sesalkan pemisahan Krimea

Bekas Presiden Ukraina Viktor Yanukovych menyebut pemisahan Krimea dari Ukraina sebagai "sebuah tragedi besar". Hal itu disampaikannya dalam wawancara khusus dengan kantor berita AP dan stasiun TV Rusia NTV yang disiarkan hari Rabu (02/04).

Yanukovych mengatakan, seandainya ia tetap memegang kekuasaan di Ukraina, hal itu tidak akan terjadi. Ia mengaku bersalah telah mengundang pasukan Rusia ke Krimea.

"Saya salah", kata Yanukovych. "Saya bertindak karena emosi."

Bekas presiden Ukraina itu mengaku ia sudah beberapa kali berbicara dengan Presiden Putin sejak mengungsi ke Rusia. Ia masih berharap Krimea bisa tetap menjadi bagian dari Ukraina.

"Kita harus mencari cara…. agar Krimea bisa mendapatkan status independen seluas mungkin, tapi tetap jadi bagian dari Ukraina", kata Yanukovych.

Pasukan Rusia bergerak cepat mengambil alih semua instalasi militer di Krimea dari pasukan Ukraina setelah pelaksanaan referendum.

Yanukovych membantah tuduhan bahwa ia melakukan korupsi ketika membangun fasilitas serba mewah yang menjadi tempat tinggal keluarganya di luar kota Kiev. Ia mengatakan membayar semua keperluan pribadinya dari kantong sendiri.

hp/rn (ap, rtr, afp)