1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Ukraina Minta Aksi Protes Diakhiri

4 Desember 2013

PM Mykola Azarov memperingatkan para demonstran agar tidak melakukan tindakan melanggar hukum. Sekalipun mosi tidak percaya gagal, oposisi tetap lanjutkan aksi protes.

https://p.dw.com/p/1ASri
Foto: Reuters

Mosi tidak percaya yang diajukan kubu oposisisi di parlemen hari Selasa (03/12) hanya mendapat 186 suara. Untuk bisa menjatuhkan pemerintahan saat ini, dibutuhkan dukungan sedikitnya 226 suara. Tapi kubu oposisi bertekad untuk tetap melangsungkan aksi protes di pusat kota Kiev.

Selama sidang parlemen, Mykola Azarov meminta maaf atas kekerasan aparat keamanan ketika membubarkan demonstrasi selama akhir minggu, yang mengakibatkan lebih dari 150 orang cidera.

"Atas nama pemerintah, saya minta maaf atas aksi keras dari aparat keamanan", kata Azarov sambil memperingatkan anggota parlemen agar mencegah kekacauan seperti yang pernah terjadi tahun 2004. Azarov berjanji akan melakukan perombakan kabinet untuk memenuhi sebagian tuntutan oposisi.

Aksi protes itu meluas setelah Presiden Viktor Yanikovych minggu lalu menolak perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa. Padahal perjanjian itu sudah disiapkan sejak bertahun-tahun. Namun Rusia melakukan tekanan terhadap Ukraina karena tidak setuju kalau negara itu bergabung dengan Uni Eropa.

Persaingan Rusia dan Uni Eropa

Krisis di Ukraina secara tidak langsung adalah persaingan pengaruh antara Uni Eropa dan Rusia. Rakyat Ukraina terpecah antara kubu yang ingin negaranya bergabung dengan Uni Eropa dan kubu yang lebih ingin Ukraina mendekat ke Rusia. Banyak pengusaha Ukraina khawatir, pendekatan ke Eropa akan membuat mereka kehilangan pasar di Rusia.

Presiden Viktor Yanukovych selama ini dikenal dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, namun ia juga berunding dengan Uni Eropa untuk meningkatkan kerjasama perdagangan. Secara ekonomi, Ukraina masih sangat tergantung pada suplai energi dari Rusia.

Pihak oposisi yang antara lain dimotori oleh juara dunia tinju Vitaly Klitschko menuntut agar negaranya berorientasi ke Eropa dan melepaskan ketergantungan dari Rusia.

Yanukovych ke Cina

Sekalipun aksi protes terus berlanjut, Presiden Viktor Yanukovych tetap melakukan kunjungan ke Cina untuk menjajaki kerjasama ekonomi dan kemungkinan Cina meningkatkan investasinya di Ukraina.

Sampai hari Rabu (04/12) ratusan orang tetap bertahan di luar gedung pemerintahan yang dijaga ketat. "Kami tidak senang dengan pemerintah ini. Kami generasi muda di Ukraina ingin bergabung dengan Eropa", kata Christina Yavorskaya, mahasiswa yang berusia 21 tahun. "Kami ingin gaya hidup Eropa. Tidak ada masa depan dengan Rusia."

Para penentang Viktor Yanukovych berasal dari beragam kubu politik. Selain partai UDAR pimpinan pinpinan Vitaly Klitschko, masih ada kelompok nasionalis dan kubu pendukung Yulia Tymoschenko, mantan Perdana Menteri yang saat ini berada dalam tahanan. Uni Eropa beberapa kali menuntut agar Tymoshenko yang menderita sakit diijinkan berobat ke luar negeri. Tapi pemerintah Ukraina sampai saat ini menolak permintaan itu.

hp (rtr, afp, dpa)