1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Inggris Makin Terisolasi di Uni Eropa

26 Juni 2014

Perdana Menteri Inggris David Cameron menentang keras Jean Claude Juncker jadi Ketua Komisi Eropa. Tapi ia makin terisolasi di kalangan kepala pemerintahan Eropa yang berkumpul dekat Brussel.

https://p.dw.com/p/1CQVy
Foto: REUTERS/Maja Suslin/TT News Agency

Kepala pemerintahan Uni Eropa berkumpul dekat Brussel untuk melakukan pertemuan puncak selama dua hari mulai Kamis (26/06). Salah satu agendanya adalah menentukan calon pengganti Ketua Komisi Eropa saat ini, Jose Manuel Barroso. Calon terkuat adalah mantan PM Luksemburg, Jean-Claude Juncker.

Mereka berkumpul di kota kecil Ypres untuk memperingati Perdang Dunia I yang berlangsung 1914-1918. Setelah itu, 28 kepala pemerintahan Uni Eropa menghadiri jamuan makan malam dan mulai membahas rencana kerja Uni Eropa untuk lima tahun ke depan.

Jean-Claude Juncker memang menjadi calon utama Perhimpunan Konservatif EPP selama pemilu parlemen Eropa akhir Mei lalu. Sedangkan kubu Sosialdemokrat ketika itu mengajukan Martin Schulz dari SPD Jerman, sebagai kandidat utamanya. Ternyata, kubu konservatif memenangkan pemilu itu.

Menentang Juncker

Ternyata, kemenangan dalam pemilu tidak membuka jalan mulus bagi Juncker. Karena beberapa kepala pemerintahan Eropa, diantaranya PM Swedia, PM Belanda dan Kanselir Jerman Angela Merkel kurang setuju. Mereka khawatir posisi parlemen Eropa dan Juncker terlalu kuat sehingga bisa menentang kebijakan para kepala pemerintahan.

Memang inilah pertama kalinya pemilu parlemen Eropa menampilkan kandidat utama untuk mengisi jabatan Ketua Komisi Eropa. Biasanya, jabatan itu ditetapkan oleh rapat kepala pemerintahan negara-negara anggota, yang kemudian menyepakati satu nama.

Prosedur kali ini berbeda, setelah dilakukan reformasi institusional di Uni Eropa. Kepala pemerintahan tetap berhak mengusulkan nama-nama calon, tapi nama itu harus disetujui oleh parlemen Eropa.

Makin terisolasi

PM Inggris David Cameron adalah penentang keras Jean-Claude Juncker. Ia menganggap Juncker sebagai penganut federalisme yang ingin memotong wewenang negara-negara nasional. Ia mengatakan, Juncker "tidak akan mampu" melakukan reformasi di Uni Eropa. Cameron bahkan pernah mengancam Inggris akan keluar dari Uni Eropa, jika tidak ada reformasi.

Namun tekanan politik makin kuat kepada para pemimpin Eropa untuk menghormati hasil pemilu. Akhirnya, Kanselir Jerman Angela Merkel secara terbuka menyatakan dukungan kepada Juncker. Dalam beberapa hari terakhir, Swedia dan Belanda juga mulai mengisyaratkan dukungan. Posisi Inggris dan David Cameron makin terisolasi. Satu-satunya negara yang secara terbuka mendukung Inggris tinggal Hongaria.

Kalangan politisi Eropa mengatakan, pertemuan puncak kali ini akan menjadi pertemuan yang "paling emosional". Ketua Dewan Eropa Herman van Rompuy yang bertindak sebagai tuan rumah pertemuan itu mengingatkan, Eropa memang belum sempurna, namun tetap menjadi panutan dunia "untuk penghormatan demokrasi, perdamaian dan kesejahteraan".

David Cameron sekarang menuntut, kalau memang Juncker tetap dicalonkan, harus dilakukan voting dalam rapat kepala pemerintahan. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Tapi Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, "bukan tragedi" jika harus dilakukan voting dan Juncker akhirnya terpilih "tidak dengan suara bulat" untuk menggantikan Barroso.

hp/ab (afp,rtr)