1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Inggris Bersikeras Tolak Juncker

23 Juni 2014

PM Inggris David Cameron tetap menolak Jean Claude Juncker dicalonkan sebagai Ketua Komisi Uni Eropa. Cameron mengancam Inggris akan keluar dari Uni Eropa, jika Juncker dipilih menggantikan Barroso.

https://p.dw.com/p/1COL4
Foto: picture-alliance/dpa

Perdana Menteri Inggris David Cameron menjadi penentang keras Jean Claude Juncker. Kalau Juncker tetap dicalonkan sebagai Ketua Komisi Eropa untuk menggantikan Jose Manuel Barroso, Cameron menuntut agar dilakukan pemungutan suara diantara kepala pemerintahan Uni Eropa, untuk mengetahui siapa yang mendukung dan siapa yang menentang.

Sengketa antara Inggris dan negara-negara Uni Eropa lainnya makin meruncing, setelah David Cameron mengancam Inggris akan keluar dari Uni Eropa jika Juncker tetap dicalonkan sebagai Ketua Komisi Eropa.

Cameron beralasan, mantan Perdana Menteri Luksemburg Jean Claude Juncker adalah pendukung gagasan sistem federalisme di Uni Eropa, yang melemahkan posisi negara nasional. Juncker dianggap tidak akan mampu melakukan reformasi Uni Eropa yang menjadi kepentingan Inggris. Cameron mengatakan agar "berjuang habis-habisan" untuk menjegal Juncker.

Bersikeras menolak Juncker

Cameron ingin menunda proses penentuan ketua komisi Eropa untuk mencari kandidat lain yang bisa disetujui oleh semua 28 kepala pemerintahan negara anggota Uni Eropa. Ia menuntut agar ada beberapa nama calon yang diajukan, kemudian dilakukan voting untuk menentukan pemenangnya.

"Jika tidak bisa ditemukan konsensus, maka keputusan itu seharusnya ditunda. Dan jika para kepala pemerintahan tetap tidak bisa menyetujui satu kandidat, harus dilakukan voting", kata Cameron.

Kubu konservatif di Uni Eropa yang tergabung dalam European People's Party (EPP) sejak kampanye pemilu Eropa sudah mencalonkan Jean Claude Juncker sebagai kandidat utama mereka. Sedangkan kubu sosialis mencalonkan anggota Sosialdemokrat Jerman, Martin Schulz. Ternyata, EPP memenangkan pemilu Eropa akhir Mei lalu.

Tekanan politik makin kuat

Tapi sebagian kepala pemerintahan, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, awalnya tidak setuju dengan Jean Claude Juncker. Para kepala pemerintahan itu khawatir, posisi Juncker nantinya terlalu kuat dan bisa menentang otoritas mereka dalam menentukan kebijakan Uni Eropa.

Namun tekanan politik makin kuat untuk menghormati hasil pemilu. Menurut aturan Uni Eropa, Ketua Komisi diusulkan oleh para kepala pemerintahan yang tergabung dalam Dewan Uni Eropa, dan harus disetujui oleh Parlemen Eropa.

Kubu Sosialdemokrat menyatakan siap mendukung Jean Claude Juncker, kalau kandidatnya Martin Schulz dipilih menjadi Ketua Parlemen Eropa. Kanselir Angela Merkel akhirnya setuju mendukung Juncker.

Tapi Merkel berusaha menghindari sengketa keras dengan Cameron, karena tidak ingin Inggris keluar dari Uni Eropa. Cameron mendapat tekanan besar di Inggris, setelah partai konservatif kalah oleh partai anti Eropa UKIP dalam pemilu Eropa.

Menurut jajak pendapat harian Inggris The Observer, 48 persen warga Inggris menyatakan "pasti" atau "mungkin" memilih keluar dari Uni Eropa, 37 persen menyatakan ingin tetap bergabung dengan Uni Eropa.

hp/rn (afp,dpa)