1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Plastik Diubah Jadi Uang di Jamaika

Nick Davis31 Desember 2013

Jutaan kantong plastik yang diberikan kepada konsumen berdampak buruk pada lingkungan jika dibuang ke jalanan atau dibakar. Sebuah komunitas petani miskin di Jamaika justru melihat peluang.

https://p.dw.com/p/1AiOw
Foto: DW/N.Davis

Di Jamaika, setiap kali pergi ke toko di pojokan permukiman atau toko jenis apa pun, belanjaan langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik. Terkadang ada kantong plastik yang tidak transparan dan polos dari slogan toko. Kantong plastik yang berwarna hitam ini disebut warga sebagai 'kantong plastik penuh skandal.' Terbuat dari poliuretana hitam, tujuannya untuk menyembunyikan belanjaan dari mata-mata jahil.

Masalahnya konsumen sama sekali tidak ditanya apakah mereka mau kantong plastik atau tidak. Mereka belanja, dan setelah mengeluarkan belanjaan di rumah, mereka berakhir dengan tumpukan kantong plastik.

Jamaika bukan satu-satunya negara yang berurusan dengan wabah kantong plastik
Jamaika bukan satu-satunya negara yang berurusan dengan wabah kantong plastikFoto: Getty Images

Beracun dan menyebar penyakit

Diperkirakan rata-rata orang memakai lebih dari 300 kantong plastik per tahun di Jamaika. Kebanyakan berujung di tempat sampah atau dibuang ke jalan karena tidak ada tempat sampah di sekitar.

Warga juga membakar kantong plastik. Di Jamaika, membakar sampah masih umum dijumpai. Ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebakaran hutan, tapi juga menghasilkan asap yang mengandung hidrogren sianida yang beracun, yang dapat masuk ke rantai makanan. Belum lagi karbondioksida gas rumah kaca yang tercipta saat produksi dan pembakaran kantong plastik.

Kantong plastik yang tidak dibakar juga bermasalah, karena dapat memampatkan saluran air. Nyamuk kerap berkembang biak di saluran air yang mampat dan menyebarkan demam berdarah.

Kantong plastik juga masuk ke rantai makanan apabila dibakar
Kantong plastik juga masuk ke rantai makanan apabila dibakarFoto: Fotolia/rdnzl

Lokakarya merajut di ujung dunia

Namun kini sekelompok perempuan muncul dengan solusi kreatif dalam mengatasi masalah kantong plastik. Mereka membuat tas dari sampah plastik. Tempat mereka berkarya sangat terpencil, sehingga hanya dapat diakses menggunakan mobil jip berpenggerak empat roda.

Sekumpulan perempuan mengerumuni meja untuk merajut bersama, mengubah hasil karya mereka menjadi sebuah proyek ramah lingkungan yang mampu menghidupi komunitas mereka yang tergolong miskin.

Kadeen, Kadianne, dan Dorett membuat tas hasil rajutan yang terdiri dari kantong-kantong plastik berwarna-warni.

"Ini ada satu yang warnanya hitam, emas dan hijau, warnanya Jamaika," ucap Kadianne sembari memamerkan salah satu karyanya. "Kadang-kadang perlu satu minggu untuk membuat satu tas, terkadang beberapa hari, tergantung yang dibuat. Kami menemukan cara untuk memanfaatkan kantong-kantong plastik ini sehingga menghasilkan uang."

Kaum perempuan di sebuah komunitas petani miskin mengubah plastik menjadi pendulang untung
Kaum perempuan di sebuah komunitas petani miskin mengubah plastik menjadi pendulang untungFoto: DW/N.Davis

Berubahnya kesadaran

Skema ini dijalani oleh proyek The Blue Mountain. Biji kopi yang dihasilkan daerah tersebut termasuk yang termahal di dunia. Namun karena kebanyakan pertanian berskala kecil dan tidak efisien, komunitasnya tetap saja miskin. Membuat tas rajut dari kantong plastik membantu perbaikan kondisi hidup warga.

Euton Rodney adalah koordinator lokal proyek tersebut. Pengrajut memaparkan, orang-orang tidak percaya kalau ini dari 'kantong plastik penuh skandal'. Begitu cerita Rodney. "Kelompok perempuan ini bisa mendapatkan uang dan mengubah sampah menjadi sesuatu yang berguna."

Tas-tas rajut dijual seharga 15-25 Dolar ke turis yang datang mendaki di wilayah sekitar. Proyek ini tidak hanya mengubah kehidupan para perempuan, namun juga membantu lingkungan. Kadeen menceritakan bahwa warga sekitar sekarang lebih memilih untuk menyimpan kantong plastik ketimbang membuangnya.

"Setelah kami mulai membuat kantong plastik menjadi tas, orang-orang semakin sadar," Kadeen meyakini. "Saya melihat orang-orang mulai mengumpulkan kantong plastik, terutama yang warna-warni yang tidak mudah ditemui di sekitar sini. Mereka menyimpannya dan begitu ketemu kami, mereka berikan kepada kami sehingga bisa kami gunakan untuk merajut."