1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pil Antioksidan Tidak Ada Gunanya

Fabian Schmidt25 Januari 2013

Produsen memuji pil antioksidan buatannya, sebagai bisa menghentikan proses penuaan sel. Tapi kemungkinan itu tak ada gunanya. Karena sel mampu melindungi diri dari stres yang mengakibatkan penuaan.

https://p.dw.com/p/17R47
Eine Auswahl an Tabletten (Archivfoto vom 30.07.2005). Vor einem wachsenden Angebot gefälschter Arzneimittel vor allem im Internet warnt der Pharmakonzern Pfizer. «Das ist ein Problem, was unterschätzt wird», sagte der Chefjurist des weltweit größten Arzneimittelherstellers, Michael Klein. «Gefälscht wird überall dort, wo man sich scheut, in die Apotheke zu gehen: vom Potenzmittel bis hin zu Mitteln gegen Haarausfall oder gegen Fettleibigkeit.» Die Fälschungen seien teils so gut, dass man sie nicht vom Original unterscheiden könne, sagte Klein in einem dpa- Gespräch in Karlsruhe. Foto: Heiko Wolfraum (zu dpa 0231 vom 13.11.2005) +++(c) dpa - Bildfunk+++
TablettenFoto: picture-alliance/dpa

Stres oksidatif pada sel dianggap sebagai penyebab penyakit yang berkaitan dengan penuaan, misalnya demensia, penyakit jantung dan peredaran darah atau kanker. Stres ini terjadi, jika oksidan reaktif memasuki sebuah sel. Itu adalah molekul-molekul, yang memiliki kelebihan satu atau beberapa atom oksigen, dan ingin melepaskannya.

Atom oksigen yang dilepaskan yang disebut radikal bebas, kemudian bereaksi dengan molekul protein di dalam sel. Akibat oksidasi ini, protein bisa berubah dan rusak. Itu dampaknya tidak baik bagi sel.

Unsur oksidan tercipta di sel jika sel bernafas. Tetapi racun dari lingkungan, misalnya asap rokok, menyalurkan oksidan ke dalam tubuh. Macamnya hampir selusin.

Yang paling terkenal misalnya ozon (O3) atau radikal bebas. Ozon terkandung di udara sekitar kita, sebagai gas yang sebetulnya dalam jumlah kecil penting bagi manusia. Hidrogen peroksida (H2O2), yang sering digunakan dalam kosmetik, sebagai bahan desinfeksi atau pemutih juga termasuk di dalamnya.

Vitamin Uraikan Oksidan

Sejauh ini para ilmuwan percaya, bahwa orang dapat melindungi diri dari radikal bebas semacam itu dengan mengkonsumsi unsur anti oksidan. Unsur ini mampu menghilangkan pengaruh negatif oksidan. Anti oksidan yang paling dikenal misalnya vitamin C dan E atau Betacarotin (Provitamin A).

Bildüberschrift: Tobias Dick DKFZ Bildbeschreibung: Der Biochemiker Tobias Dick leitet am Deutschen Krebsforschungszentrum in Heidelberg eine Arbeitsgruppe, die sich mit den Wirkungen von oxidativem Stress auf Zellen beschäftigt (Foto: DW/ Fabian Schmidt) Dieses Foto habe ich am 20.12.2012 im DKFZ in Heidelberg im Rahmen einer Dienstreise selbst aufgenommen, Fabian Schmidt.
Tobias Dick dari DKFZFoto: DW/Fabian Schmidt

Banyak dokter setuju, mengkonsumsi pil supelmen vitamin-vitamin tersebut dengan disertai konsumsi pangan lainnya yang seimbang, menguntungkan kesehatan tubuh. Tetapi diyakini anti oksidan berbentuk pil tidak dapat membantu menghadapi proses penuaan.

"Kami mengadakan studi jangka panjang, yang tidak menunjukkan efek positif sama sekali", kata Isabell Keller dari perhimpunan untuk bahan pangan (Deutschen Gesellschaft für Ernährung). "Penyakit tidak dapat didesak dengan cara itu. Sebaliknya, orang mengamati, bahwa risiko lebih besar timbul, misalnya untuk munculnya penyakit kanker."

Sebuah petunjuk tentang penyebabnya kini ditemukan seorang pakar biokimia di Heidelberg. Kemungkinan besar banyak sel tidak membutuhkan dukungan itu. Sel-sel dapat menangani sendiri stres oksidatif tersebut.

Bildüberschrift: DKFZ Biosensor auf oxidiertem Glutathion Bildbeschreibung: Mit einem neuen Biosensor versuchen Forscher am Deutschen Krebsforschungszentrum in Heidelberg dem oxidierten Glutathion auf die Spur zu kommen: Glutathion ist ein Stoff, den die Zellen produzieren und der Oxidantien, die in Zellen eindringen bindet und in Sicherheitsbereichen wegsperrt. Die Vakuolen der Hefezellen leuchten grün. (Foto: © Tobias Dick, Deutsches Krebsforschungszentrum) Die Pressestelle des Deutschen Krebsforschungszentrum DKFZ in Heidelberg hat mir dieses Bild zur Veröffentlichung auf www.dw.de zur Verfügung gestellt. Zulieferer: Fabian Schmidt/DW.
Sensor DKFZ atas Glutathion yang bereaksi dengan oksidan.Foto: Tobias Dick, Deutsches Krebsforschungszentrum

Sel Lindungi Diri Sendiri

Tobias Dick dari pusat penelitian kanker Jerman dapat menunjukkan bagaimana cara berfungsinya. Sel-sel melindungi diri sendiri dengan anti oksidan miliknya sendiri, yang disebut Glutathion. Jika Glutathion bereaksi dengan Oksidan yang masuk, sel mengisolasi produk oksidasi yang tercipta, dan mengisolasinya dalam semacam bagian keamanan. Nantinya, hasil oksidasi itu diuraikan sendiri oleh sel.

"Selama ini kami menduga, semakin banyak Glutathion bereaksi dengan unsur oksidan di sel, stres oksidatifnya akan semakin tinggi", kata Tobias Dick. Itu ternyata salah, kata pakar biokimia itu. Dia menambahkan, "Ternyata sel-sel lebih resisten dan kuat dalam menghadapi stres oksidan, daripada yang diduga selama ini.

Bagian pengaman bisa ditemukan peneliti, dengan cara melacak transportasi hasil reaksi antara unsur oksidan dengan Glutathion. Sekarang Dick berharap, ia akan bisa mempengaruhi proses transportasi itu dari segi farmakologi. Dengan demikian, sel-sel dapat dibuat lebih resisten atau kurang resisten terhadap stres oksidan, jika itu misalnya dibutuhkan dalam rangka terapi kanker.

Buah dan Sayur Lebih Evektif

Tetapi unsur anti oksidan tetap dibutuhkan oleh tubuh. Dan itu sudah diperoleh tubuh lewat makanan yang sehat dan seimbang. "Efek positif buah dan sayuran sudah terbukti", demikian dikatakan pakar pangan Keller.

Bildüberschrift: Isabell Keller Deutsche Gesellschaft für Ernährung Bildbeschreibung: Isabell Keller, Pressesprecherin der Deutschen Gesellschaft für Ernährung (DGE) in Bonn (Foto: Fabian Schmidt) Dieses Foto habe ich am 22.01.2013 in Bonn bei der Deutschen Gesellschaft für Ernährung selbst aufgenommen, Fabian Schmidt.
Isabell Keller dari Deutsche Gesellschaft für ErnährungFoto: DW/Fabian Schmidt

Di samping mengandung beragam vitamin, buah-buahan dari berbagai jenis juga memiliki unsur-unsur lain yang penting bagi kesehatan, misalnya Flavonoide. Itu adalah bahan pemberi warna, yang dikandung berbagai buah kecil sejenis arbei, apel, jeruk atau wortel. Orang yang makan banyak sayuran juga dapat mencegah penyakit dengan baik.

Keller menganjurkan untuk makan sayur atau buah lima kali sehari. Bagi orang dewasa itu sekitar 400 gram sayuran dan 250 gram buah-buahan. "Itu bisa dicapai dengan mudah, jika ketika sarapan orang sudah makan buah. Ketika makan siang dan malam, jangan lupa makan sayur. Di kala musim dingin, sayuran juga sebaiknya terdiri dari buncis, blumkol atau brokoli," kata Keller. Sayur yang mentah dan buah juga sangat cocok untuk menjadi cemilan. "Jadi orang tidak perlu pil-pil vitamin."

Biomarkt: Auswahl an Gemüse und Obst. #46242534 © Robert Kneschke - Fotolia.com
Sayuran dan buah-buahan, sumber vitamin yang idealFoto: Robert Kneschke/Fotolia

Namun pengecualian tetap ada, di mana pil vitamin tetap dibutuhkan. Tapi ini bukan yang berunsur anti oksidan. "Ibu-ibu hamil dan perempuan yang ingin hamil kami anjurkan untuk meminum pil yang mengandung asam folat", kata Keller.

Unsur ini dapat dengan jelas mengurangi risiko cacat di bagian punggung pada embrio dan bayi. Vitamin K dan D penting bagi bayi pada tahun-tahun pertama. Vitamin D juga penting bagi orang dewasa, yang hanya terkena sinar matahari dalam jumlah kecil, karena vitamin D dibentuk oleh sinar matahari pada kulit, jadi kekurangan sinar matahari berarti kekurangan vitamin D.