1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pers Inggris Minta Pengkhotbah Kebencian Dipenjara

24 Mei 2013

Pers Inggris memberikan penghormatan kepada prajurit yang dibunuh secara brutal oleh tersangka Islamis di London -- dan menuntut pengkhotbah yang meradikalisasi tersangka agar dipenjara.

https://p.dw.com/p/18dIx
Foto: Reuters

Media Inggris mengungkapkan bahwa prajurit yang menjadi korban itu, pernah bertugas di Afghanistan, bernama Lee Rigby, berusia 25 tahun, dan dipanggil Riggers diantara kawan-kawannya.

“Riggers… seorang pejuang sejati” tulis Sun sebagai headline.

Di halaman dalam, tabloid itu melancarkan serangan pedas pada Anjem Choudary, seorang Islamis yang dipercaya telah menginspirasi pria 28 tahun Michael Adebolajo, untuk pindah agama dari Kristen ke Islam.

Desak Penyebar Kebencian Dipenjara

Tabloid itu mencap ulama itu sebagai “poros kejahatan” dan menyerukan agar ia diajukan ke pengadilan.

“Choudary masih bebas memuntahkan kemarahannya -- setiap ucapannya adalah tantangan bagi undang-undang anti teror kita,” kata harian itu.

“Mereka (polisi-red) sudah punya wewenang untuk menangkap dan menuntut mereka yang mempromosikan terorisme. Mereka harus berhenti bersikap terlalu berhati-hati dan mulai mengggunakan kewenangan itu.”

Sementara media kanan tengah Daily Telegraph mengkritik dinas intelijen, yang dilaporkan telah melacak Adebolajo selama delapan tahun, dan mempertanyakan: “Kenapa dia bisa bebas membunuh?” di sepanjang halaman depan.

The Daily Mail juga melancarkan kritik kepada para pejabat intelijen, dan menyebut kasus itu sebagai sebuah “pengkhianatan atas seorang pahlawan” di halaman muka koran itu.

“Yang paling mengganggu dari semua itu adalah cara para penjaja kebencian seperti Choudary yang diperbolehkan memberikan khotbah-khotbah pembunuhan dan tapi mendapatkan kekebalan hukum seperti itu,” tulis editorial harian tersebut.

Terlalu Berhati-hati

“Kenapa polisi begitu diperbudak oleh sikap ‘politik yang benar': mereka begitu cepat menerkam ‘kejahatan kebencian‘ yang dilakukan oleh orang Inggris asli, tapi begitu enggan untuk mengadili para fanatik yang ingin melihat kebebasan kita hancur,“ tambah media tersebut.

Koran sayap kiri Guardian memuji seruan Perdana Menteri David Cameron kepada warga agar tetap tenang dan tidak memainkan motivasi politik atas kasus tersebut.

“Ini adalah peristiwa yang betul-betul memuakkan,” tulis editorial harian itu. ”Tidak ada pembenaran bagi itu. Tanggung jawab terletak semata-mata di pundak mereka yang melakukan itu.”

“ Pesan Cameron agar tetap tenang, solider dan terbuka adalah benar. Dan dia tetap pada pendirian itu, dengan menolak memberikan respon (atas kasus itu-red) untuk membuat sebuah aturan yang buruk,” tambah Guardian.

The Times dan Telegraph menyampaikan penghormatan kepada mereka yang ada di lokasi kejadian.

Keberanian

“Respon atas serangan -- dan fakta bahwa itu terjadi dengan sangat cepat, begitu mengejutkan dan tidak biasa -- adalah sebuah penghormatan bagi kekuatan bangsa Inggris, bukan menampilkan sebuah kelemahan,” tulis opini Telegraph.

“Para teroris menginginkan sebuah perang. Tapi yang mereka dapatkan cuma rasa kasihan dan jijik,” kata harian itu sambil menyerukan agar undang-undang pemantauan diperbaharui demikian pula upaya-upaya baru untuk mengintegrasikan kelompok minoritas ke dalam masyarakat.

The Times secara khusus melontarkan pujian bagi perempuan berusia 48 tahun, Ingrid Loyau-Kennett, karena keberaniannya menghadapi kedua orang penyerang.

“Mereka yang menunjukkan cara itu adalah beberapa perempuan yang berusaha melindungi tubuh (prajurit korban serangan-red) di Woolwich, dan bahkan menantang para pembunuh,” tulis pengantar artikel itu.

“Salah satunya adalah Ingrid Loyau-Kennett, yang sebagaimana disampaikan oleh David Cameron, telah angkat bicara atas nama kita semua. “

“Anda akan kalah,” kata Ingrid Loyau-Kennett  dengan kalem kepada salah seorang pembunuh -- jika bermaksud mengacak-acak Inggris ke dalam konflik. Itu hanya akan menjadikan anda melawan banyak orang.”

Sangat mudah mengingat terorisme sebagai kejahatan. Para teroris harus dibuat agar mereka tidak pernah lupa bahwa perbuatan itu sia-sia.“

ab/as (afp/dpa/ap)