1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perpaduan Yang Unik

26 September 2009

Dirigen muda yang dinamis, Gustavo Dudamel dari Venezuela memimpin Orkestra Nasional Swedia, Göteborgs Symphoniker sejak 2007. Perpaduan antara dua temperamen berbeda menghasilkan musik yang memukau dan kesuksesan besar.

https://p.dw.com/p/JpYQ
Gustavo Dudamel dalam Beethovenfest 2009Foto: Barbara Frommann

Ketika pria kelahiran tahun 1981 itu menaiki panggung, para musisi berdiri dan sekitar 700 orang yang memenuhi gedung pertunjukan Beethovenhalle di Bonn bertepuk tangan. Nama Gustavo Dudamel sudah tidak asing lagi di Jerman, terutama di kalangan penggemar musik klasik.

Muda, Dinamis dan Temperamental

Gustavo Dudamel mit dem Simon Bolivar Orchestra
Gustavo Dudamel dan Símon Bolívar Youth Orchestra (23/03/07)Foto: AP

Dengan orkestra dari negara kelahirannya, Simón Bolívar Youth Orchestra Dudamel memperoleh keberhasilan pertama di Venezuela dengan memainkan karya komponis Jerman Ludwig van Beethoven (1770-1827), yaitu Simfoni nomor 5 dan 7. Di negara Amerika Selatan itu, Beethoven memang sudah dikenal dan penting dalam dunia musik.

Ketika berjalan di antara para musisi orkestra Swedia itu, Dudamel hampir tidak terlihat karena perawakannya yang kecil. Tetapi di depan orkestra ia menunjukkan kehandalannya dalam memimpin permainan karya pertama dalam konser Rabu malam (23/09), yaitu Simfoni nomor 1 karya Beethoven yang bertempo cepat serta dinamis. Rambut hitam keritingnya bergerak-gerak mengikuti gerakan tangan dan tubuhnya yang energis.

Antusias dan Syahdu

Gustav Mahler
Gustav MahlerFoto: dpa

Karya Beethoven ini sudah dimainkan ratusan kali dan tidak asing lagi bagi penggemar musik. Tetapi permainan orkestra besar Göteborgs Symphoniker, yang melibatkan sekitar 80 musisi, di bawah pimpinan dirigen yang temperamental seperti Gustavo Dudamel tetap memukau. Penikmat musik menyimak yang mengikuti lantunan nada-nada tegas, sampai bagian penutup yang dimulai pada tangga nada G mayor dan semakin meninggi hingga klimaks di bagian akhir, seperti kerap terdengar pada bagian akhir karya-karya Beethoven.

Porträt Friedrich Rueckert
Friedrich RueckertFoto: picture-alliance / akg-images

Simfoni karya Beethoven itu kemudian diimbangi dengan lantunan syahdu melodi karya komponis lainnya, Gustav Mahler (1860-1911). Dibanding dengan Simfoni nomor 1 karya Beethoven, ciptaan Mahler lebih jarang terdengar dan kurang mudah dicerna. Komponis Austria itu menempatkan lima puisi karya pujangga Jerman Friedrich Rückert dalam lantunan nada bagi seorang penyanyi seriosa yang diiringi orkestra. Anna Larsson, penyanyi asal Swedia yang berklasifikasi vokal mezosopran, yang dalam paduan suara juga dikenal sebagai suara wanita kedua tertinggi, menyanyikan kelima lagu tersebut.

Harmoni Yang Kasar

Schweden Göteborg Hafenkanal und Rathaus
Göteborg atau Gothenburg di bagian selatan SwediaFoto: picture-alliance / dpa

Konser di bawah pimpinan dirigen Gustavo Dudamel ditutup dengan sebuah karya Carl Nielsen (1865-1931), yaitu Simfoni nomor 4 yang juga dikenal dengan sebutan “Yang Tidak Terpadamkan“. Komponis asal Denmark itu mengembangkan karyanya dengan dasar musik tradisional daerah kelahirannya, Fünen. Nielsen dengan harmoni-harmoni ciptaannya yang terdengar kasar menjadi penggagas musik klasik modern di negaranya.

Nielsen menciptakan komposisi itu antara tahun 1914 dan 1916. Perang Dunia I jelas meninggalkan bekas dalam karyanya. Di samping itu pada masa penulisan komposisi itu Nielsen dan istrinya Anne-Marie mengalami krisis rumah tangga. Seperti halnya Carl Nielsen, Anne-Marie, yang sebelum menikah bernama keluarga Brodersen, juga seorang seniman. Sebagai pematung, ia hidup secara mandiri, walaupun menjadi istri Nielsen.

Keinginan untuk Hidup

Beethovenfest 2009: Beethovenhalle Konzertsaal
Gedung konser Beethovenhalle di BonnFoto: Frank Fremerey

Dalam sebuah surat kepada istrinya, Nielsen menyatakan ide bagi Simfoni nomor 4, “Saya punya ide untuk komposisi baru, yang tidak punya program sama sekali, tetapi akan menunjukkan apa yang kita pahami sebagai jiwa kehidupan, atau manifestasi kehidupan, yaitu segala sesuatu yang bergerak, yang ingin hidup... Hanya hidup dan pergerakan, tatapi sangat bervariasi. Dan tetap saling berhubungan, seperti terus bergerak bersama dalam sebuah ayunan besar atau aliran. Saya perlu sebuah kata atau judul pendek untuk mengutarakan ini. Saya tidak bisa menjelaskan apa yang saya inginkan, tetapi yang saya inginkan itu baik.“

Dinamik dan melodi yang dikandung karya ini kadang terdengar mencekam, kemudian secara mendadak lembut dan tenang. Setiap dinamik dan gerakan sang dirigen membelenggu pendengar hingga nada terakhir dilantunkan orkestra besar Göteborgs Symfoniker. Hadirin memberikan sambutan riuh rendah. Seruan “Bravo!“ terdengar berkali-kali, baik bagi dirigen maupun orkestranya.

Gustavo Dudamel dengan rendah hati turun dari panggung dirigen dan berdiri di antara musisinya serta membungkukkan badan berkali-kali. Rupanya penonton yang hadir di Beethovenhalle begitu terpukaunya hingga tepuk tangan tidak kunjung berhenti. Orkestra di bawah pimpinan dirigen asal Venezuela itu kemudian memainkan dua komposisi pendek sebagai ucapan terima kasih bagi hadirin yang menyambut dengan “standing ovation“.

Marjory Linardy

Editor: Yuniman Farid