1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Thailand Tolak Mundur

2 Desember 2013

PM Thailand, Yingluck Shinawatra menolak mengundurkan diri, tetapi ia nyatakan bersedia berdialog. Dalam pembicaraan Minggu malam (01/12), pemimpin oposisi telah nyatakan ultimatum terhadap perdana menteri.

https://p.dw.com/p/1ARXv
Polisi anti huru-hara berjaga-jaga untuk menghalau demonstran (02/12)Foto: picture-alliance/dpa

Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra menegaskan Senin (02/12) , membuka semua pintu untuk solusi damai krisis politik aktual. Ia menekankan, polisi tidak akan menggunakan kekerasan terhadap demonstran.

Namun aksi protes massal kelompok oposisi "baju kuning" terus melanda negara itu.

Shinawatra menyatakan dalam konferensi pers yang disiarkan lewat siaran televisi, semua kesempatan berdialog harus digunakan. Tapi dia juga menyatakan, menolak tuntutan para pemrotes, untuk membubarkan sistem demokrasi di negeri gajah putih itu.

Dia juga menegaskan, tidak akan mengundurkan diri dari jabatannya seperti dituntut pemrotes.

Aparat keamanan menyatakan segera setelahnya, bahwa polisi menggunakan peluru karet di sekitar daerah kantor Shinawatra. Seperti hari sebelumnya, dengan menggunakan gas air mata, meriam air dan granat kejut (flashbang) hari Senin (02/12) polisi berusaha menghalau demonstran yang berusaha memasuki kantor pemerintah dan institusi negara lainnya, termasuk kantor pusat kepolisian di ibukota Bangkok.

Thailand Proteste Shinawatra TV Ansprache 28.11.2013
PM Thailand Yingluck ShinawatraFoto: picture-alliance/dpa

Kantor dan Sekolah Tutup

Senin (02/12) Perserikatan Bangsa-Bangsa menutup kantor utamanya di Bangkok. Selain itu sejumlah besar sekolah ditutup, dan pekerja kantor pelayanan umum menghentikan aktivitasnya.

Demonstran sejak pekan lalu, berhasil menduduki beberapa gedung kantor kementerian dan kantor keuangan negara. Mereka juga menduduki stasiun televisi milik negara hari Minggu (02/12), dan memaksakan penyiaran pidato oleh pemimpin oposisi Suthep Thaugsuban, yang mendorong pegawai pemerintah untuk berhenti bekerja hingga krisis berakhir.

Sekitar 2.000 orang Senin ini berkumpul di dekat barikade yang didirikan polisi, setelah hari Minggu (01/12) sekitar 30.000 demonstran gagal melaksanakan rencana mengambil alih gedung pemerintah dan menggulingkan Shinawatra. Aksi protes semakin berkembang menjadi aksi kekerasan.

Pemerintah sejauh ini menyatakan, tiga orang tewas dan sekitar 50 luka-luka, akibat bentrokan yang terjadi selama akhir pekan, antara kelompok pendukung dan penentang pemerintah di Bangkok timur. Laporan lain menyebut 4 tewas dan 100 orang cedera.

Oposisi Tetapkan Ultimatum

Thailand Antiregierungsproteste in Bangkok 2. Dezember
Demonstran anti pemerintah melemparkan gas air mata ke arah polisi (02/12)Foto: Reuters

Pemimpin oposisi Suthep Thaungsuban menetapkan ultimatum terhadap perdana menteri Yingluck Shinawatra untuk mengundurkan diri Selasa (03/12). Ultimatum disampaikannya dalam pertemuan Minggu malam.

Menurut Suthep, militer mengorganisir pertemuan tersebut. Di waktu lalu, militer yang memegang peranan penting di Thailand, berhasil menggulingkan Thaksin Shinawatra, saudara Yingluck, yang ketika itu menjabat perdana menteri. Dalam konflik yang sekarang berlangsung, militer menyatakan bersikap netral. Itu juga ditekankan Yingluck Shinawatra dalam konferensi pers Senin (02/12).

Suthep sebelumnya menjadi wakil perdana menteri. Ia mengundurkan diri dari jabatannya dan kemudian memimpin aksi protes. Ia berjanji akan mencabut apa yang disebut "rejim Thaksin", sesuai nama mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, dari akarnya.

Krisis berawal 1 November, ketika koalisi yang berkuasa berusaha meloloskan permohonan amnesti di parlemen, yang memungkinkan pengampunan bagi Thaksin Shinawatra dan sejumlah orang lainnya, yang terkait ribuan kasus politik antara tahun 2004 dan 2010. Permohonan amnesti itu ditolak oleh Senat. Kritikus menuduh Yingluck menjadi boneka saudaranya, yang melarikan diri ke luar negeri, akibat ancaman hukuman penjara dua tahun.

ML/AS (rtr/ap)