1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Korea Tak Lagi Terlupakan

Thomas Kohlmann26 Juli 2013

Sebuah perang kuasa dalam artian klasik; perang atas sistem politik; sebuah perang sipil berdarah. Jutaan warga Korea tewas antara tahun 1950 hingga 1953. Dan bagi AS, perang ini menjadi bencana militer.

https://p.dw.com/p/19EZW
Foto: Getty Images

Pada akhirnya, baik pasukan PBB yang dipimpin Amerika Serikat maupun Korea Utara yang diperkuat Cina dan persenjataan Uni Soviet tidak ada yang mampu menyatakan kemenangan. Selain pertukaran sejumlah wilayah, segalanya tetap sama: kepemimpinan diktator komunis di utara didukung Uni Soviet dan Cina, dan Korea Selatan yang anti-komunis dengan dukungan dunia barat.

Dalam upaya "mengkomuniskan" Korea, diktator Kim Il Sung mengirim pasukan pada 25 Juni 1950 untuk menyerang selatan. Dibelakangnya ada pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin dan rekan sejabat dari Cina, Mao Zedong. Tiga hari kemudian, ibukota Korea Selatan Seoul diambil alih.

Intervensi militer PBB

Seorang petani Korea Utara mengungsi ke selatan tahun 1950
Seorang petani Korea Utara mengungsi ke selatan tahun 1950Foto: picture-alliance/dpa

30 Juli 1950, Dewan Keamanan PBB memilih intervensi dan menyetujui pengiriman pasukan PBB. Dengan bantuan PBB, Amerika Serikat dan Korea Selatan mampu memadamkan pergerakan Korea Utara. Pasukan PBB, AS dan Korsel kemudian melampaui batas demarkasi dan merebut Pyongyang dan wilayah lainnya. Cina merespon dengan menurunkan ratusan ribu 'sukarelawan' mengakibatkan pertempuran berdarah. Dunia berada di ambang perang nuklir.

10 Juli 1951, negosiasi gencatan senjata dimulai. Namun baru 2 tahun kemudian agresi benar-benar berhenti. Ahli sejarah dari Universitas Innsbruck dan pakar perang Korea, Rolf Steininger, menilai Uni Soviet berperan besar dalam memperpanjang perang yang menelan korban ratusan ribu jiwa. "Kim dan Mao Zedong ingin mengakhiri perang namun Stalin berkata tidak. Itu yang akhirnya kita ketahui sekarang." Wafatnya Stalin pada 5 Mei 1953 yang memungkinkan adanya kesepakatan.

Terlupakan, tidak terlupakan

Di Amerika Serikat butuh 40 tahun hingga perang Korea masuk dalam kesadaran publik. Terinspirasi oleh tugu peringatan veteran perang Vietnam di Washington D.C. tahun 1983, sejumlah aktor dan astronot Amerika membuka peringatan Perang Korea tahun 1995. "Hingga saat itu, perang Korea menjadi satu-satunya perang yang tidak mempunyai tugu peringatan di Amerika," ungkap Steininger. Dalam situs veteran AS, perang Korea disebut sebagai "Perang yang Tidak lagi Terlupakan." Sekitar 37.000 tentara AS tewas pada perang Korea.

Lee Han-kyung tinggal di Jerman sejak 1965
Lee Han-kyung tinggal di Jerman sejak 1965Foto: Rebecca Sumy Roth

Bagi warga Korea, perang tersebut tidak mungkin terlupakan. Han-kyung Lee (75) masih berusia 12 tahun saat perang Korea pecah di wilayah yang kini dinamai zona demiliterisasi. "Ungkapan 'perang yang terlupakan' menyiratkan bahwa perang sudah berakhir. Namun Korea secara teknis masih dalam keadaan perang; belum berakhir," jelas Lee.

Lee, yang tinggal di Jerman sejak tahun 1965, ingat betul dengan serangan udara Amerika: "Saya melihat pasukan Korea Utara dan Korea Selatan. Dan saya ingat Amerika mengebom Korea. Benar-benar menakutkan - tak dapat diungkapkan dengan kata-kata."

Setelah reunifikasi Jerman tahun 1990, muncul wacana unifikasi semenanjung Korea. Namun semakin banyak warga Korea Selatan yang melupakan ide ini - dan untuk alasan yang logis: "Kalau sistem Korea Utara gagal, Korsel harus menanggung beban yang begitu berat - beban yang lebih besar dari yang harus dipikul Jerman Barat 20 tahun lalu."