1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang di Yaman Eksplosif Untuk Kawasan

30 Maret 2015

Perang sektarian di Yaman serta serangan pemboman koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi dikhawatirkan picu letupan kekerasan di seluruh Timur Tengah. Arab Saudi dan Iran kini harus berdialog untuk meredakan konflik.

https://p.dw.com/p/1EzQd
Jemen schiitische Muslime
Foto: Reuters/Khaled Abdullah

Perang di Yaman serta terus dilancarkannya serangan pemboman lewat udara oleh koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi menjadi sorotan dalam tajuk harian-harian internasional. Konflik di Yaman dikhawatirkan picu ledakan kekerasan terbaru yang menyebar di seluruh Timur Tengah. Arab Saudi kini juga terancam destabilisasi oleh kekuatan pro-Syiah jika kampanye perangnya di Yaman mengarahkan pada dampak chaos.

Harian Perancis Le Monde yang terbit di Paris berkomentar : Serangan udara koalisi Arab terhadap pemberontak Syiah Huthi di Yaman mengancam eskalasi api konflik di seluruh kawasan. Yaman yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia, tidak perlu rivalitas antara Riyadh dan Teheran untuk jadi ajang konflik bersenjata antara kelompok etnis, suku dan mazhab agama. Tapi kini negara itu jadi titik berkumpulnya kelompok Suni yang ingin menghentikan laju kelompok Syiah Iran yang dianggap kekuatan imperialis di Yaman. Riyad dan Teheran kini harus memulai perundingan untuk meredakan ketegangan. Langkah itu akan berdampak baik bagi kelompok Arab maupun bagi Iran.

Harian Austria Die Presse yang terbit di Wina dalam komentarnya menulis: Koalisi Arab yang diperlengkapi senjata termodern dari seluruh dunia kini bertempur melawan milisi tempur gurun dari sebuah negara termiskin di dunia. Pesawat tempur F-15 lawan badik. Tapi serangan bom dari pesawat jet F-15 taka akan mampu mengendalikan satu sentimeterpun tanah di Yaman. Sebaliknya, bom yang dijatuhkan pesawat koalisi Arab ke kota dan desa di Yaman hanya akan memicu kebencian dan kemarahan warga yang jadi korban tewas serangan orang kaya dan para bangsawan di Arab Saudi. Juga harus diwaspadai, jika kampanye Arab Saudi melawan pemberontak Huthi di Yaman alami kegalalan, negara itu terancam aksi balasan serangan teror kaum Syiah.

Harian Jerman Die Welt yang terbit di Berlin dalam tajuknya berkomentar: meningkatnya dominasi Iran di kawasan Teluk tidak dibiarkan begitu saja oleh Arab Saudi. Pembentukan sebuah pasukan pan-Arab yang diumumkan dalam KTT Liga Arab di Mesir menjadi tembakan peringatan koalisi Arab terhadap Iran. Ancaman bahwa Yaman yang miskin akan menjerumuskan kawasan Timur Tengah ke dalam dimensi baru pertikaian juga tidak kecil. Satu-satunya yang bisa memadamkan sumbu peledak ini hanyalah Amerika Serikat, yang minimal masih bisa berdialog dengan Riyadh maupun dengan Teheran.

Sementara harian Belanda De Telegraaf yang terbit di Amsterdam menyoroti Amerika Serikat dari sisi lain dalam konflik terbaru di Yaman. Di saat Liga Arab membentuk pasukan bersama untuk menghadapi ancaman konflik baru di Timur Tengah dan koalisi Arab melancarkan serangan pemboman ke posisi pemberontak Huthi di Yaman, Gedung Putih ibaratnya tidak ingin jarinya ikut terbakar konflik. Reaksi Washington sama lambatnya seperti pada saat agresi Rusia di Ukraina atau dalam memerangi jihadis Islamic State di Suriah dan Irak. Vakum kekuasaan Obama menguntungkan Iran. Teheran memperluas pengaruhnya di kawasan, dengan mendukung milisi Syiah Huthi di Yaman dan dalam waktu bersamaan mengirim pasukan untuk ikut membantu memerangsi ISIS di Irak.


as/rzn(dpa,afp)