1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Berkepanjangan di Irak

Alexander Kudascheff16 Juni 2014

Serangan kelompok teror ISIL di Irak bisa menjerumuskan kawasan timur tengah dalam perang sektarian. Demikian pandangan Pemimpin Redaksi DW, Alexander Kudascheff.

https://p.dw.com/p/1CJGY
Foto: Reuters

Sangat mencemaskan: 10.000 pendukung kelompok teror ISIL bergerak menuju Baghdad. Mereka ingin menguasai ibukota Irak itu dan mendirikan sebuah Khalifat berdasarkan Syariat Islam sebagaimana yang mereka pahami.

ISIL berhasil mengumpulkan banyak pendukung dengan cara-cara yang kejam dan brutal dan kini menguasai sebagian kawasan Suriah dan Irak. Mereka sekaligus ingin menjadikan Irak sebagai ajang perang sektarian bagi kelompok Sunni untuk membasmi Syiah.

Pemimpinnya yang menamakan diri Abu Bakr al Baghdadi tidak hanya menantang Perdana Menteri Irak Nuri Al Maliki, namun seluruh kawasan Timur Tengah. ISIL ingin mengobarkan perang di seluruh kawasan. Sepak terjang kelompok ini benar-benar membawa perkembangan baru. Iran sudah menyatakan siap membantu Irak, bahkan siap bekerjasama dengan Amerika Serikat, yang lama menjadi musuh besarnya.

Poros Syiah

Bagi Iran, mendukung pemerintahan Syiah di Bagdad sudah menjadi kewajiban, sama seperti dukungan yang mereka berikan kepada rejim Suriah dan kelompok Hizbollah di Libanon. Teheran tentu punya kepentingan politis untuk mempertahankan poros Syiah yang terdiri dari Hizbollah, Suriah, Irak dan Iran.

Suriah sedang dilanda perang saudara yang mematikan. Tidak hanya antara rejim Assad melawan oposisi, melainkan juga antara kelompok-kelompok pemberontak. Gerakan oposisi yang sekuler dan relatif moderat berperang melawan kelompok teror ISIL. Ini adalah perang berdarah yang sudah menewaskan hampir 200.000 orang dan membuat jutaan orang terpaksa mengungsi.

Alexander Kudascheff
Alexander Kudascheff, pemimpin redaksi DWFoto: DW

Sementara itu, kelompok Kurdi di Irak Utara makin kuat dan sekarang berperang melawan ISIL. Padahal, kelompok Kurdi juga ditakuti oleh pemerintah Turki yang sedang berusaha menstabilkan situasi di perbatasan ke Suriah. Krisis di Suriah juga menjadi tantangan berat bagi Yordania yang harus menampung begitu banyak pengungsi. Tidak ada yang tahu, berapa lama rejim di Yordania mampu menghadapi situasi ini tanpa terseret dalam konflik bersenjata.

Perkembangan berbahaya

Aktor penting lain di Timur Tengah adalah Arab Saudi, yang merupakan lawan main Iran, baik dalam aspek politik maupun dalam aspek ideologi keagamaan. Arab Saudi ingin mempertahankan dominasi faham Sunni dalam ajaran Islam, terutama faham Wahabisme. Posisinya jadi makin penting, karena di sinilah terletak dua situs utama Islam, Mekkah dan Madinah.

Arab Saudi menjalankan politik berwajah ganda. Disatu pihak, mereka mendukung penyebaran Wahabisme di seluruh dunia dengan dana besar. Di lain pihak, mereka berusaha meredam jihadisme yang bisa menggoyang kekuasaan dinasti Saud.

Tapi ideologi jihad yang dikobarkan ISIL kini mengancam stabilitas seluruh kawasan. Tidak hanya Lebanon, Suriah dan Irak, melainkan juga Yordania dan Arab Saudi. Perang saudara di Irak, bisa meluas menjadi perang sektarian yang buas dan berkepanjangan. Barat kelihatannya tidak bisa tinggal diam menghadapi situasi ini.