1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Peran Rusia Dalam Perang Suriah

Mareike Aden22 Januari 2014

Rusia berulangkali mendesak agar konflik di Suriah diselesaikan melalui perundingan damai. Apa sebenarnya kepentingan Rusia dan Presiden Putin dalam konflik yang bergolak di Suriah?

https://p.dw.com/p/1AuMT
Menlu Suriah Walid al-Moualem (kiri) dan Menlu Rusia Sergei Lavrov (kanan) di MoskowFoto: Reuters

Sudah lama konflik Suriah tidak menjadi berita utama di media-media Rusia, yang sekarang lebih banyak menyoroti persiapan Olimpiade Sochi. Tapi menjelang perundingan antara kelompok pemberontak dan pemerintah Suriah di Swiss yang dimulai Rabu ini (22/01), konflik Suriah kembali jadi sorotan di Rusia.

Akhir minggu lalu, Menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov menerima kunjungan rekan sejabatnya dari Iran dan Suriah di Moskow. Mereka melakukan pembicaraan segitiga di belakang pintu tertutup. Apa sebenarnya kepentingan Rusia dalam konflik di Suriah?

"Bagi Rusia adalah penting untuk mengetahui posisi Suriah dan mencoba mencari kompromi. Rusia ingin membuktikan, bahwa keberhasilan diplomasinya tahun yang lalu bukan kebetulan," kata Fyodor Lukyanov, pemimpin redaksi majalah "Russia in Global Affairs".

Ingin Peran Internasional

Hasil pembicaraan segitiga antara menteri luar negeri Rusia, Suriah dan Iran tidak diungkapkan kepada publik. Tapi dengan pembicaraan di Moskow itu, Rusia kembali menunjukkan pengaruh kuatnya di panggung internasional. Usai pertemuan itu, Menlu Rusia Sergei Lavrov mengusulkan agar Iran juga diundang ke perundingan di Swiss.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki Moon sempat mengirim undangan untuk Iran, tapi kubu pemberontak menolak kehadiran Iran di Swiss dan mengancam membatalkan perundingan. Ban Ki Moon akhirnya menarik kembali undangan itu. "Ini tentu saja sebuah kesalahan (prosedur), tapi bukan bencana", kata Lavrov menanggapi tarik ulur diplomatik itu.

Rusia memang tidak ingin kehilangan pengaruhnya di Suriah. Sampai saat ini, Moskow menolak tegas intervensi militer terhadap Suriah. Dengan hak veto di Dewan Keamanan, Rusia bisa memblokade resolusi sanksi ekonomi dan militer terhadap rejim Assad.

Ujian Bagi Kredibilitas

Rusia memang ingin agar konflik Suriah diselesaikan dalam kerangka PBB. Karena di forum dunia itu, dia masih punya suara yang kuat. Ketika angkatan bersenjata Suriah mengerahkan senjata kimia yang menewaskan banyak orang, termasuk anak-anak, Amerika Serikat mengancam akan mengambil langkah militer, juga tanpa resolusi PBB.

Ketika itu, dunia khawatir perang di Suriah segera meluas menjadi konflik kawasan yang lebih besar lagi. Pada saat-saat terakhir, Rusia berhasil mendesak Assad agar mengijinkan pemeriksaan dan pemusnahan senjata kimia. Banyak pihak menarik napas lega dan memuji keberhasilan diplomatik Rusia.

Apakah Rusia mampu menjadi penengah dalam konflik Suriah? Banyak pengamat meragukan hal itu. Karena sebagian kalangan menuduh Rusia diam-diam mengirim bantuan persenjataan untuk rejim Assad. Bagi Rusia, konflik di Suriah menjadi batu ujian bagi kredibilitas diplomasinya. Karena itu, Rusia tetap ingin terlibat dalam perundingan yang saat ini berlangsung di Swiss.