1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengaruh Paparan Senyawa Kimia Pada Gejala Obesitas

as24 Juni 2008

Paparan senyawa kimia tertentu dapat memicu kegemukan atau obesitas. Terutama jika paparannya terjadi pada saat perkembangan janin.

https://p.dw.com/p/EPpZ
Obesitas sudah menjadi masalah global yang diteliti secara intensif oleh para ilmuwan.Foto: picture-alliance/dpa

Paparan senyawa kimia tertentu dapat memicu kegemukan atau obesitas. Demikian antara lain kesimpulan para peneliti, dalam kongres masalah obesitas se Eropa yang digelar di Jenewa Swiss belum lama ini. Tiga penelitian yang dilakukan secara terpisah menunjukkan, paparan dini bahan kimia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari pada janin, menimbulkan dampak obesitas di kemudian hari.

Sekitar 2.500 ilmuwan di seluruh dunia, melakukan penelitian masalah obesitas ini. Aktivitasnya mulai dari penelitian ilmu dasar hingga program pencegahan obesitas secara praktis. Dewasa ini, masalah kelebihan berat badan atau obesitas sudah merupakan problem global. Separuh populasi dunia menghadapi masalah kegemukan. Pemicunya adalah kemakmuran dan perubahan gaya hidup. Para ilmuwan dan pejabat pembuat keputusan memperingatkan, problem obesitas di seluruh dunia akan terus meningkat. Dan dampaknya memicu peningkatan kasus penyakit yang berkaitan dengan kelebihan berat badan, seperti diabetes dan penyakit jantung.

Selain itu, pemanfaatan bahan-bahan kimia yang terus meningkat di abad lalu, memicu dampak negatif yang baru kelihatan sekarang. Banyak senyawa kimia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sebelumnya tidak diteliti secara serius bahayanya bagi manusia. Para ilmuwan melaporkan, penelitian menggunakan binatang percobaan di laboratorium menunjukkan, paparan senyawa kimia pada janin atau bayi tikus percobaan memiliki kontribusi cukup besar pada munculnya obesitas.

Jerry Heindel dari Institut Nasional AS untuk kesehatan lingkungan mengatakan : “Obesitas dimulai pada saat perkembangan, dan paparan senyawa kimia dari lingkungan, dapat memicu kegemukan di kemudian hari.“

Dicke Kinder bei McDonald's Schnellrestaurant Übergewicht
Terutama anak anak yang mengalami masalah kelebihan berat badan akibat paparan senyawa kimia pada saat pertumbuhannya.Foto: AP

Bahan kimia yang memicu munculnya obesitas, semula dianggap aman hingga digunakan secara luas. Misalnya bahan kimia yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat botol susu bayi, kemasan makanan serta kemasan dan bungkus dari bahan plastik lainnya. Heindel menjelaskan lebih lanjut : “Itu paparan level rendah dan untuk waktu singkat, ketika perkembangan janin atau pada bayi. Bisa jadi paparannya hanya satu sampai tiga hari, setelah itu berhenti. Tapi fakta menunjukkan itulah periode paling kritis. Paparannya menyebabkan penuaan jaringan, yang meningkatkan peluang munculnya obesitas, diabetes serta sindroma metabolisme di kemudian hari.“


Para ilmuwan juga menyimpulkan, perubahan gaya hidup merupakan pemicu utama semakin meningkatnya masalah kelebihan berat badan ekstrim. Dewasa ini orang-orang makan lebih banyak lemak dan lebih sedikit bergerak. Akan tetapi penelitian terbaru juga menujukkan, paparan bahan kimia yang mengganggu fungsi endokrin pada saat kehamilan, menyebabkan janin bersangkutan cenderung mengalami masalah obesitas ketika dewasa nanti.

Para peneliti juga berusaha menemukan kaitan antara gejala obesitas dengan paparan sejenis senyawa kimia yang bernama Tributylin. Senyawa kimia ini biasanya digunakan sebagai bahan dasar fungsida, cat lunas kapal agar anti ganggang dan mikroorganisme lainnya, namun juga digunakan untuk pembuatan pipa plastik saluran air minum.

Gurubesar perkembangan dan biologi sel, Prof.Bruce Blumberg dari Universitas California di Irvine mengungkapkan hasil penelitiannya : “Paparan kadar kecil tributylin dapat mempengaruhi metabolisme yang memicu kegemukan di kemudian hari. Kami mengetahui dari penelitian lain, penggunaan obat-obatan yang sasarannya resepetor yang sama, menyebabkan penggunannya mengalami obesitas. Juga pada tikus percobaan, janin tikus yang terpapar tributylin kadar kecil satu kali saja, 15 persennya mengalami obesitas ketika dewasa.“


Penelitian lainnya pada tikus percobaan di laboratorium menunjukkan, paparan senyawa kimia yang bernama asam perfluoroctanoic yang biasanya digunakan pada kemasan popcorn untuk dimasak pada microwave, menyebabkan bayi tikus ketika lahir mengalami gejala kurang berat badan. Akan tetapi ketika tikusnya menjadi dewasa, cenderung mengalami gejala kelebihan berat badan.

Peneliti dari jawatan perlindungan lingkungan AS, Susan Fenton mengatakan, senyawa kimia tsb dapat menimbulkan efek yang muncul belakangan dalam kehidupan, berupa kanker atau gangguan pada sistem reproduksi. Fenton mengatakan : “Satu hal yang kami amati, binatang ini di kemudian hari mengalami kelebihan berat badan, dibanding kelompok yang tidak terpapar. Kami melanjutkan penelitian, dengan kadar paparan yang lebih rendah. Tapi tetap saja paparan rendah, menyebabkan obesitas pada tikus percobaan, dimulai di usia 15 minggu sampai usia 50 minggu.“


Indien Wirtschaft Symbolbild Pharmazie Labor Chemie
Hasil penelitian terbaru diharapkan memicu metode baru penanggulangan kegemukan.Foto: picture-alliance/ dpa

Para ilmuwan mengatakan, informasi terbaru ini memiliki potensi untuk mengubah cara pandang dan perawatan obesitas. Jika hasil penemuan itu dapat dibuktikan juga berlaku pada manusia, maka fokus untuk memerangi masalah kelebihan berat badan juga harus diubah. Programnya harus dialihkan, dari upaya menurunkan berat badan di kalangan penderita obesitas dewasa, menjadi upaya mencegah paparan senyawa kimia berbahaya pada ibu hamil dan bayi.


Upaya paling mudah untuk menghindari paparan bahan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan janin, antara lain dengan menjauhi faktor risikonya. Produk plastik atau makanan kalengan misalnya, yang mengandung senyawa kimia Biphenol-A diketahui umum sebagai salah satu sumber paparannya. Pakar neuro-endokrinologi dari Universitas Tufts di AS, Beverly Rubin melakukan peneltian cukup lama menyangkut paparan senyawa kimia tsb. Disebutkannya paparan Biphenol-A yang terutama ditemukan pada kemasan makanan dan botol susu anak, dampaknya pada induk tikus yang hamil terbukti menyebabkan kegemukan pada anak tikus.

Rubin menyarankan langkah pencegahannya: Jika kita menimbang bahwa mayoritas paparan terjadi lewat pencernaan, disarankan untuk menjauhi plastik poly-karbonat dan mengkonsumsi makanan segar ketimbang makanan kalengan. Serta menjauhi sumber yang mengandung Biphenol-A, karena bahaya paparannya.“


Organisasi kesehatan dunia – WHO melaporkan, lebih dari 400 juta penduduk dunia tergolong menderita obesitas. Sekitar 20 juta diantaranya adalah anak-anak yang berusia di bawah lima tahun. Para ilmuwan juga menyepakati, obesitas dipicu banyak faktor, sehingga penanganannya juga harus multi disiplin. Hasil penelelitian terbaru, diharapkan dapat mendorong pengembangan metode baru untuk menurunkan berat badan yang berlebihan tanpa obat-obatan yang justru dapat membahayakan kesehatan penderita obesitas.