1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penemu "Partikel Tuhan" Raih Nobel Fisika

8 Oktober 2013

Peter Higgs dan Francois Englert menjadi pemenang Nobel Fisika 2013 berkat penemuan teori "Higgs" yang mampu menjelaskan bagaimana partikel yang merupakan basis penyusun materi memperoleh massanya.

https://p.dw.com/p/19wCr
Foto: Reuters

Ilmuwan asal Inggris Peter Higgs, 84, dan Francois Englert dari Belgia, 80, mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut karena menemukan teori yang berkaitan dengan mekanisme partikel di tatanan sub atom yang pembuktiannya ditegaskan tahun lalu di instsalasi pemercepat partikel CERN Jenewa. Temuan "Partikel Tuhan" itu mengungkap teka-teki asal-usul alam semesta.

"Partikel ini berasal dari medan tak terlihat yang memenuhi seluruh jagat raya. Bahkan jika alam semesta telihat kosong, medan tersebut ada di sana," ujar juri Nobel dalam pernyataannya. "Tanpa medan yang disebut boson itu, kita tidak akan eksis. Karena dari kontak dengan medan tersebut, partikel jadi memiliki massa."

Tidak lama setelah pengumuman resmi dari dewan komite Nobel, Universitas Edinburgh mempublikasikan pernyataan dari Higgs. "Saya juga ingin memberi selamat kepada semua pihak yang turut berkontribusi atas penemuan partikel baru ini. Terima kasih kepada keluarga saya, teman dan kolega atas dukungannya," kata Higgs. "Semoga penghargaan bagi ilmu pengetahuan fundamental akan meningkatkan kesadaran bagi penelitian di bidang ilmu alam yang abstrak."

Pembuktian Partikel Perlu 50 Tahun

Higgs dan Englert meraih Nobel Fisika hampir 50 tahun setelah mereka dan ilmuwan lain mulai melakukan penelitian intensif untuk menemukan apa yang dijuluki "Partikel Tuhan" tsb.

Sejarah penemuan ini dimulai tahun 1964, saat enam ahli fisika bekerja secara independen dalam tiga kelompok dan mempublikasikan berbagai makalah mengenai partikel yang kemudian dijuluki Higgs-Bosons itu

CERN: Wandgemälde ATLAS Detektor
Teori Higgs sebagai lukisan di CERNFoto: DW/F. Schmidt

Pionirnya adalah dua ilmuwan Belgia Robert Brout, yang meninggal di tahun 2011 lalu, serta Englert yang mengajukan teori mekanisme medan partikel pemberi massa yang memenuhi alam semesta yang saat itu hanya berisi partikel tanpa massa. Secara terpisah, Higgs adalah ilmuwan pertama yang mengajukan teori bahwa massa hanya bisa muncul lewat keberadaan partkel yang tidak dikenal.

Sesuai teori fisika elementer, partikel Higgs memainkan peranan utama dalam pembentukan alam semesta setelah dentuman besar. Bagi para ilmuwan, ini merupakan partikel elementer terakhir yang belum ditemukan, bagi penyusunan model standar dari materi.

Masa Depan Alam Semesta

Juga dari temuan itu para pakar fisika dapat menarik kesimpulan menyangkut masa depan alam semesta. Berdasarkan model standar fisika partikel, temuan partikel Higgs yang massanya 125 giga elektron volt (GeV), memberikan indikasi bahwa kondisi vakum tidak stabil dan itu artinya alam semesta juga tidak stabil.

Fase metastabil alam semesta diramalkan bertahan antara 10 milyar hingga nyaris satu trilyun tahun. Setelah melewati masa metastabil, alam semesta dapat berubah ke kondisi lain, membentuk alam semesta alternatif atau terus mengembang dan hancur tercabik yang disebut sebagai Big Rip,

vlz/as(afp, rtr, dpa)