1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu di Ukraina.

23 November 2004

Harian-harian internasional menyoroti Pemilu di Ukraina, karena mencerminkan persaingan antara barat ( AS –Eropa) dan Rusia, dan masing-masing kepentingannya.

https://p.dw.com/p/CPQA
Aksi unjuk rasa massal di Ukraina
Aksi unjuk rasa massal di UkrainaFoto: AP

Dalam Pemilu itu yang menang adalah PM Ukraina Viktor Yanukovich yang pro-Rusia. Yanukovich didukung oleh Rusia, karena ia akan menjadikan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi kedua , dan akan mengizinkan dua kewarganegaraan. Sementara rivalnya Viktor Yushchenko didukung oleh AS dan Uni Eropa. Kini ribuan pendukung Yushchenko melakukan unjuk rasa massal yang dapat menimbulkan kerusuhan , karena Presiden Kutschma-yang akan segera digantikan-sudah menegaskan tidak akan mentolerir gerakan yang mengarah pada revolusi.

Mengenai situasi yang ekplosif di Ukraina harian Spanyol El Pais menulis:

Kemenangan PM Yanukovich, yang akan menggantikan Leonid Kutschma yang korup , dianggap tidak sah oleh dunia internasional. UE dan AS menyebutnya sebagai kecurangan dalam pemilihan. Sebaliknya Presiden Rusia Wladimir Putin mengucapkan selamat kepada Viktor Yanukovich atas kemenangannya yang meyakinkan. Kini di Ukraina dua kekuatan sedang saling berhadapan. Kubu yang pro-barat yang diwakili oleh Viktor Yushchenko yang kalah, dan kubu Rusia di bawah pimpinan Yanukovich. Tampaknya, Rusia hendak mempertahankan pengaruhnya di Ukraina, berapa mahal pun harganya.

Kemenangan Yanukovich dalam Pemilu sejak awal sudah ditetapkan oleh kalangan penguasa ,demikian komentar harian Austria Die Presse. Kami kutip:

Jelas, kalangan yang berkuasa hendak terus berkuasa. Karena itu kandidatnya, yakni PM Viktor Yanukovich, harus memenangkan Pemilu. Karena itu kemenangan kandidat pihak oposisi, Viktor Yushchenko harus dicegah. Kalau tidak, kedudukan dan wewenang politisi yang berkuasa akan terancam. Dari bakal mantan presiden Leonid Kutschma yang korup, pemimpin biro kepresidenan Viktor Medwedtschuk, bisnis pemerintah dengan para oligarkhi yang antara lain melibatkan menantu Kutschma. Sebab Yushchenko dengan berani telah mengumumkan konsekuensinya, apa bila ia memenangkan Pemilu.

Dan penilaian suratkabar Swiss Neue Zürcher Zeitung mengenai situasi di Ukraina:

Bagaimana selanjutnya? Apakah pihak oposisi yang merasa dicurangi akan melanjutkan aksi unjuk rasa massal di Kiev, seperti yang terjadi setahun yang lalu di Georgia? Apakah gerakan protes seperti itu dapat membawa kemenangan bagi kandidatnya Yushchenko? Tidak seorang pun dapat memberikan ramalan yang pasti. Kalau pun harus ada tekanan untuk meninjau kembali hasil penghitungan suara Pemilu, maka tekanan itu harus datang dari UE dan AS. Tanpa pemeriksaan ulang yang meyakinkan , baik Yushchenko mau pun Yanukovich tidak dapat mengatakan dengan pasti, bahwa ia pemenang sah Pemilu.

Sementara harian Perancis Libération memberikan pandangannya tentang Rusia dan demokrasi di Ukraina setelah Pemilu yang kontroversial.

Bagi puluhan ribu demonstran di Ukraina tiba saatnya bagi kebebasan dan pembebasan dari rejim yang korup. Namun ini juga bisa menjadi awal masa penindasan setelah terjadinya kecurangan dalam Pemilu. Eropa Barat menyatakan kekhawatiran akan terjadinya manipulasi dan kecurangan di tempat-tempat pemberian suara. Namun yang dikhawatirkan bukan hanya langkanya demokrasi, melainkan yang lebih dicemaskan adalah kemungkinan akan timbulnya anarkhi di negara tetangga besar Uni Eropa. Hendaknya Eropa barat lebih prihatin terhadap kebijakan politik Presiden Rusia , Wladimir Putin yang ikut campur tangan di negara tetangganya. Mengorbankan harapan demokrasi rakyat Ukraina , supaya tidak menjengkelkan Rusia , adalah jalan yang pasti untuk mengembalikan kekuasaan Rusia seperti di masa lampau.