1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ukraina Mulai Dialog Meja Bundar

14 Mei 2014

Pemerintah Ukraina mulai menggelar "dialog nasional" di Kiev dengan wakil-wakil dari wilayah timur. Tapi pemerintah menolak mengundang wakil kelompok bersenjata.

https://p.dw.com/p/1BzOx
Foto: Reuters

Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan menyambut upaya melakukan dialog meja bundar di Ukraina, Rabu (14/05/14). Sebelumnya, tujuh tentara Ukraina dilaporkan tewas setelah diserang separatis pro Rusia di kota Kramatorsk.

Pemerintah Ukraina menyatakan, mereka mempersiapkan pembicaraan multi partai dengan melibatkan wakil-wakil dari kawasan Donetsk dan Luhansk. Namun pemerintah menolak utusan dari kelompok bersenjata dengan alasan, "tangan mereka bercucuran darah".

Perundingan di Kiev dilakukan dengan penengahan dari OSCE. Kanselir Jerman mengatakan, bisa memahami kalau pemerintah di Kiev menolak berunding dengan kubu separatis yang melakukan kekerasan.

"Makin banyak kelompok yang dilibatkan dalam diskusi meja bundar, makin baik. Tapi sudah jelas, orang-orang yang akan diundang adalah mereka yang telah menunjukkan komitmen bahwa mereka ingin mencapai tujuannya tanpa kekerasan", kata Merkel di Berlin.

Menteri luar negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier hari Selasa (13/05/14) melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina untuk membantu persiapan dialog meja bundar.

Pasukan pemerintah diserang

Pemerintah Ukraina mengumumkan, tujuh serdadu tewas dan belasan lainnya luka-luka dalam serangan kubu separatis dekat kota Kramatorsk. Para penyerang menggunakan senjata berat. Sejak pertengahan April, 16 serdadu Ukraina tewas dalam berbagai serangan.

Presiden transisi Turchynov menerangkan, "operasi anti terror" tetap akan dilanjutkan, sekalipun Rusia menuntut agar operasi militer dihentikan. Dalam sebuah pernyataan, Kremlin menuntut agar pemerintah Ukraina melakukan perundingan dengan kelompok separatis sebelum pemilihan presiden 25 Mei mendatang.

Kelompok separatis di Donetsk dan Luhansk menggelar referendum 11 Mei lalu dan menyatakan, 90 persen pemilih mereka setuju menjadi negara merdeka. Rusia menyatakan akan "menghormati" hasil referendum itu, sementara negara-negara barat menolaknya dan menyebut referendum itu tidak sah.

Ukraina terancam pecah

Perdana menteri Polandia Donald Tusk mendesak NATO dan Uni Eropa agar mengambil tindakan lebih tegas untuk mencegah perpecahan di Ukraina. "Ada ancaman nyata bahwa Ukraina bisa menjadi negara gagal, atau setidaknya mengalami perpecahan yang menyakitkan", kata Tusk.

Organisasi Kerjasama dan Keamanan Eropa, OSCE, menawarkan diri menjadi penengah dan mendesak semua pihak yang bertikai agar "menahan diri, menghentikan kekerasan, melakukan dialog nasional dan menyelenggarakan pemilihan umum".

hp/vlz (dpa, afp, rtr)