1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Turki Blokir Akses Twitter

21 Maret 2014

PM Turki Recep Tayyip Erdogan mewujudkan ancamannya dan memblokir akses ke Twitter. Tapi pemblokiran itu dikritik Presiden Abdullah Gul sebagai langkah yang tidak bisa diterima.

https://p.dw.com/p/1BTux
Foto: Reuters

Akses terhadap media sosial Twitter di Turki diblokir hari Jumat (21/02). Pengguna yang mencoba mengakses Twitter dari Turki dialihkan ke situs internet yang mengumumkan bahwa ada instruksi pengadilan untuk menerapkan "kebijakan proteksi".

Hal itu terjadi hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk "menghapus" Twitter di negaranya. Ia menuduh situs sosial itu menyebarkan skandal korupsi yang disebutnya sebagai rekayasa untuk menjatuhkan pemerintahannya.

"Kami akan blokir Twitter, Saya tidak peduli apa kata masyarakat internasional", kata Erdogan dalam sebuah kampanye pemilu.

Bulan Februari lalu, pemerintah Turki memberlakukan undang-undang pengawasan telekomunikasi yang ketat, yang mengijinkan pemerintah menutup situs internet tanpa keputusan pengadilan.

Kritik dari Presiden Gul

Presiden Turki Abdullah Gul, yang merupakan salah satu politisi yang rajin menggunakan media sosial, mengeritik pemblokiran Twitter.

"Pemblokiran menyeluruh terhadap media sosial tidak bisa dilakukan", kata Gul sambil menambahkan, secara teknis saja sudah tidak mungkin memblokir akses terhadap platform internet yang digunakan di seluruh dunia.

Kalangan oposisi juga mengecam keras kebijakan Erdogan. Tokoh oposisi Aykan Erdemir dari partai CHP menyatakan akan mengajukan gugatan hukum atas pemblokiran Twitter. Ia mengingatkan, langkah itu akan menggeser Turki ke kubu negara-negara yang tidak demokratis.

"Ini adalah pelanggaran fundamental terhadap hak-hak warga dan kebebasan", kata Erdemir. Banyak politisi Turki, termasuk anggota kabinet, yang menggunakan media sosial seperti Twitter dan Facebook untuk berkomunikasi dengan pendukungnya.

Terdesak kasus korupsi

PM Recep Tayyip Erdogan sebelumnya memang sudah mengancam akan menutup situs media sosial seperti Facebook dan Youtube. Pemimpin Turki itu belakangan mendapat tekanan karena berbagai tuduhan korupsi yang melibatkan keluarganya.

Beberapa rekaman percakapan telefon sempat tersebar di Youtube, yang disebut sebagai percakapan antara Erdogan dengan menteri dan anak lelakinya. Erdogan menolak tuduhan itu dan menyebut rekaman itu sebagai rekayasa.

Di Turki ada sekitar 10 juta pengguna Twitter dan 30 juta pengguna Facebook. Media sosial sering digunakan oleh kelompok anti pemerintah untuk mengorganisasi gerakan protes.

Menjelang pemilihan komunal 30 Maret mendatang, kritik terhadap pemerintahan Erdogan kembali meluas. Dua minggu lalu, seorang anak lelaki bernama Berkin Elvan yang berusia 15 tahun meninggal setelah mengalami koma selama sembilan bulan. Ia cidera setelah tertembak tabung gas air amata di tengah demonstrasi menentang Erdogan di Istanbul tahun lalu. Meninggalnya Berkin Elvan menyulut aksi protes spontan dan kerusuhan di beberapa kota besar.

hp/ab (rtr afp, dpa)