1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Suriah Tuding Rezim Wahabi

26 Juni 2013

Jumlah korban tewas di Suriah telah melampaui 100 ribu jiwa. Sementara itu rezim Presiden Bashar al-Assad menuduh para pemimpin rezim Wahabi di Arab Saudi berada di belakang kerusuhan.

https://p.dw.com/p/18wrb
Foto: Reuters

Lembaga pengawas HAM Suriah, yang merupakan jaringan aktivis, pengacara dan dokter yang bekerja di lapangan, mengatakan bahwa jumlah korban tewas di negara yang dililit kemelut itu kini mencapai 100.191 jiwa.

Dari jumlah itu termasuk sedikitnya 36.661 jiwa warga sipil, dengan lebih dari 3 ribu di antaranya adalah perempuan dan lebih dari 5 ribu tercatat anak-anak di bawah umur 16 tahun.

Pada pihak yang berkuasa, kelompok itu melaporkan bahwa kematian mencapai 25.407 tentara, 17.311 milisi dan 169 anggota pasukan Syiah Hizbullah yang berbasis di Libanon yang mengerahkan pasukannya membantu tentara pemerintah Suriah.

Kelompok itu menghitung 2.571 korban jiwa tidak teridentifikasi dalam perang saudara yang mencabik negeri itu.

Salahkan Arab Saudi

Sementara itu, Suriah mengecam para pemimpin Arab Saudi, menuduh mereka berada di belakang konflik bersenjata yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.

“Kekerasan di Suriah disebabkan oleh senjata-senjata dan uang dari Arab Saudi serta kelompok teroris yang terkait dengan Arab Saudi,” kata Menteri Informasi Omran al-Zohbi.

Zohbi juga mengatakan menteri luar negeri Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal berlumuran “darah Suriah di tangannya”.

Sebelumnya pangeran Faisal dalam konferensi pers bersama dengan menteri luar negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan bahwa negaranya akan membantu para pemberontak Suriah untuk mempertahankan diri.

Ia menekankan kepada komunitas internasional untuk beraksi mengakhiri rezim Presiden Bashar al-Assad, sambil mengatakan kepada Kerry bahwa perang saudara itu telah berubah menjadi sebuah “genosida“.

Pangeran Arab Saudi itu juga mengutuk langkah blok Syiah yakni gerakan Hizbullah Libanon dan Iran yang dianggap telah memulai sebuah “invasi asing” di Suriah.

Hizbullah, yang mendukung Assad dan dibekingi oleh Iran, telah terlibat dengan kekuatan penuh dalam pertempuran di Suriah, membantu pasukan keamanan rezim yang berkuasa di provinsi tengah Homs dan di dekat ibukota Damaskus.

Wahabi vs Syiah

Bereaksi atas komentar Faisal, Zohbi mengatakan: ”Diplomasi Arab Saudi sedang goyah… dan mereka tidak punya tempat dalam penyelesaian politik untuk Suriah”.

Ia juga mengatakan seruan Faisal kepada dunia untuk melakukan aksi hanyalah “mimpi”. Sementara media corong partai yang berkuasa di Suriah yakni Al-Baath menggambarkan Faisal sebagai “orang gila”.

“Pernyataan Faisal… membuktikan tak hanya dia telah menjadi pikun dan tidak tersentuh kenyataan, tapi juga bahwa rezim Wahabi sedang jatuh berantakan,” kata Al-Baath.

Arab Saudi dikenal sebagai kandang Islam puritan Wahabi. Sebuah laporan berjudul “Konvoi Martir di Levant (nama lama untuk Suriah-red)” yang dikeluarkan lembaga pemikiran politik Amerika Flashpoint Partners mencatat kematian 280 kombatan asing yang bergabung dalam kelompok pemberontak Suriah.

Laporan itu menyebutkan bahwa kontingen dari Arab Saudi adalah kombatan asing kedua terbesar setelah Libya. Meski sebelumnya hubungan Riyadh dengan Damaskus baik-baik saja, namun hubungan itu kemudian hancur setelah munculnya gerakan anti-Assad pada Maret 2011.

Sebagian besar pemberontak Suriah, sebagaimana jugaa rezim Wahabi berasal dari kelompok Sunni. Sementara Assad berasal dari komunitas Alawi, yang dikenal sebagai bagian dari kelompok Syiah.

ab/ap (afp,rtr,dpa)