1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembajakan Ikan di Laut Sierra Leonne

30 Juli 2011

Kegiatan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tak sesuai ketentuan dikenal dengan sebutan IUU. Kegiatan ini semakin banyak dan destruktif dalam tahun-tahun terakhir.

https://p.dw.com/p/126ou
Nelayan di Sierra LeoneFoto: picture alliance/ZB

Penangkapan liar ikan telah menyurutkan populasi ikan dan menyedot perekonomian beberapa negara termiskin di dunia, karena mencuri makanan orang-orang yang tinggal di pesisir. Negara yang pernah dililit konflik seperti Sierra Leone sangat rentan akan masalah tersebut dan pemerintahannya baru kini menyadarinya.

MDG Müttersterblichkeit Sierra Leone
Pesisir di Kabala, Sierra LeoneFoto: Sarah Bomkapre-Kamara

Penangkap Ikan vs Pembajak Ikan

Di Sierra Leone, kita ikuti dulu kisah Tito, yang gemar memancing ikan pada malam hari. Sesuai dengan pasang surutnya laut, dia berlayar sendiri dengan kano kayunya pada pukul tiga subuh, dan dengan tenang menebar jala. Lalu ia membiarkan dirinya dihanyut air, yang membawanya entah ke utara atau ke selatan, sejauh tidak keluar dari kawasan laut. Dia memiliki Samudera Atlantik dan pemandangan langit malam yang tak bertepi, seolah hanya untuk dirinya dirinya sendiri. Ia bercerita : „Memancing di malam hari : engkau berlayar ke lautan, tinggalkan jalamu lalu duduk beristirahat dan air akan membawamu pergi. Aku tertidur, aku bermimpi. Jika aku punya ganja aku akan mengisapnya. Aku punya rum dan bir. Ini pekerjaan yang menyenangkan, ini sangat asyik.“

Tidak seperti memancing di siang hari, ketika Tito berlayar dengan kawan-kawannya dan menangkap ikan dengan jala, memancing pada malam hari terisolasi dengan ketenangan mengasyikan. Pada pukul 6 atau tujuh pagi, ia akan kembali mengecek jalanya.

Namun kedamaian memancing di malam hari semakin terancam. Karena pada malam hari, kapal ikan pukat menyapu hingga radius 50 m dari pesisir. Jadi Tito harus menyeret jalanya dan pergi secepat mungkin. Bila tak hati-hati, nelayan kecil seperti Tito bisa tewas. Diungkapkan Tito : “Mereka mematikan lampu kapal besarnya. Yang terdengar hanya suara chu chu chu... Kita bisa meneriakinya, tapi tak ada jawaban. Bila kita tak menarik jala secepat kilat , maka bisa jadi kita yang terseret jaring, atau bahkan tewas!"

MDG Müttersterblichkeit Sierra Leone
Akibat dililit kemiskinan, angka kematian ibu melahirkan pun tinggi di Sierra LeoneFoto: Sarah Bomkapre-Kamara

Tito yang ramah dan berambut gimbal, bermukim di tepi pantai dekat Desa Black Jhonson di Pesisir Sierra Leone. Ia merupakan salah satu dari ratusan masyarakat nelayan di negeri tersebut.

Kaya Ikan Tapi Miskin Perekonomian

Negara mungil yang terletak di barat Afrika itu merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya perikanan terkaya di dunia. Jumlah nelayan di negara itu mencapai sekitar 30 ribu orang, sementara 200 ribu orang lainnya menggantungkan hidup dari sektor perdagangan.

Namun negara tersebut berjuang keras untuk “meraup keuntungan” dari sumber alam yang mereka miliki. Situasinya bisa dimaklumi. Sierra Leone berada di peringkat 158 dari 169 Indeks Pembangunan Manusia PBB. Angka harapan hidup di negara itu 48 tahun , satu dari 4 anak meninggal dunia sebelum menginjak usia 5 tahun. Beruntung bila anak-anak yang bertahan hidup itu mencapai usia lebih dari 10 tahun.

Baru Menyadari Pokok Masalahnya

Tak heran, pemerintah Sierra Leone baru kini menyadari kehancuran ekonomi akibat pembajakan ikan di wilayahnya. Itupun sebagian besar atas kerja Yayaan Keadilan Lingkungan EJF, yang menyelidiki dampak masalah lingkungan di negara berkembang.

Victor Coleh bekerjasama dengan badan tersebut di Sierra Leone menjelaskan: „Sebelum EJF masuk ke wilayah ini, orang-orang tak begitu merasa bahwa mereka sebetulnya bisa mendapat keuntungan daris ektor perikanan di negara ini. Kini menjadi 10 persen pendapatan kotor negara, bahkan berpotensi untuk naik hingga 20 atau 30 persen. Jika pemerintah serius menanganinya.“

Junge Mutter in Sierra Leone
Kemiskinan di Distrik Kono di Sierra LeoneFoto: picture-alliance/ ZB

EJF menunjukan kepada masyarakat bahwa ikan merupakan sumber nutrisi esensial di Sierra Leone. Dengan keterbatasan persediaan makanan, ikan menyediakan 80 persen protein hewani di negara itu.

Di atas itu semua, diperkirakan Sierra Leone kehilangan 30 persen pendapatannya setiap tahun akibat aktivitas ilegal kapal pukat raksasa. Bila mampu menanganinya maka ini merupakan kesempatan bagi sebuah negeri yang sangat kekurangan infrastruktur. Menteri perikanan Soccoch Kabia percaya bahwa dasarnya ikan lebih penting ketimbang ekspor produk-produk terkenal lainnya dari negeri itu: „Ya, kami punya permata, bahan mentah hebat lainnya, namun tentu saja semua akan habis. Sementara ikan, bila dikelola baik, akan menjadi sumber makanan berkelanjutan."

Bila Anda membiarkan mereka berkembang biak dengan baik, akan banyak ikan besar, yang tentu menguntungkan. Kita harus mencapai keseimbangan yang tepat.“

Apa yang Harus Dilakukan?

Pertama-tama mengidentifikasikan kapal-kapal pembajak ikan dan asalnya, ujar Cole:„Berdasarkan penyelidikan yang kami lakukan, kami berhasil menyoroti yang terjadi di sini. Kami menyewa kapal-kapal swasta. Mereka mengambil foto dan video. Berdasarkan penyelidikan terbukti, kegiatan-kegiatan itu benar-benar terjadi di laut dan sangat ilegal.“

Straßenkinder in Sierra Leone
Anak jalanan di Sierra LeoneFoto: DW

Dari Investigasi EJF, diperoleh fakta kebanyakan kapal pukat teregistrasi di Cina, Korea Selatan, Italia dan Yunani. Namun mereka menggaji karyawan yang berasal dari Afrika Barat dalam melakukannya.

Ikan-ikan yang dikeruk secara ilegal itu sebagian besar dibawa ke kepulauan Kanary, Las Palmas di Gran Canaria. Dari sana, mereka memasuki pasar Uni Eropa.

April lalu, investigasi EJF bermuara dengan penyitaan ikan senilai 6,5 juta dollar AS di Las Palmas. Namun bukan hanya ekonomi Sierra Leone yang terpuruk akibat pencurian tersebut. Kegiatan ilegal itu menyebabkan rusaknya ekosistem maritim. Lewat kegiatan yang disebut “by catch” atau penangkapan ikan belia dan habitat laut lainnya yang tak layak diperdagangkan, ikan-ikan kecil itu terlanjur mati dan kemudian dibuang lagi ke laut, sehingga menimbulkan polusi laut. Tito sang nelayan menceritakannya: “Mereka mengeruk semua ikan kecil di dalam air. Itu tak baik. Mereka membuat air menjadi bau dan kotor. Mereka mengambil ikan-ikan besar, yang ukurannya sesuai dengan yang mereka inginkan. Tapi ikan yang kecil-kecil dibuang lagi dalam keadaan sekarat atau mati ke laut. Nah ikan-ikan ini menyebabkan air laut menjadi bau. Ikan yang masih hidup bila mencium bau ini dan tak mau lagi mendekat ke pesisir, jadi kita kesulitan memperoleh ikan dari di laut dekat pesisir kita sendiri“.

Taktik Balasan Pembajak Ikan

Dalam situasi tersebut, tentu sangat sulit mempertahankan populasi ikan. Namun penangkapan kapal pukat raksasa, juga tak kalah susahnya. EJF membangun jaringan alarm di masyarakat perikanan, yang memungkinkan warga setempat menelfon bila mencurigai kehadiran kapal-kapal pukat ilegal.

Hafen in Sierra Leone
Pelabuhan di Sierra LeoneFoto: DW

Tetapi, kapal pukat raksasa tersebut punya taktik juga untuk menghindari pengintaian tersebut, caranya dengan mengganti bendera kapal dan namanya sebelum memasuki pelabuhan dan memindahkan ikan dari satu kapal ke kapal lain.

Pejabat Sierra Leone membutuhkan perangkat keras untuk menjerat mereka, ujar menteri Kabia: „Kami harus membangun kapasitas agar mampu mencegah kegiatan ilegal mereka. Kami membuat peraturan baru yang mengatur soal penangkapan ikan. Peraturan ini mencakup sistem pengawasan kapal untuk menentukan jenis alat penangkapan ikan dan metoda pengawasannya di perairan kami.“

Mudah diucapkan, namun sulit dilakukan. Tito menceritakan bila angkatan laut datang untuk menangkap kapal-kapal ilegal, maka para pembajak ikan dengan mudah menyuap aparat: „Tak ada yang dapat saya lakukan, karena saya tak punya kekuatan untuk melakukannya. Saya tak menyalahkan angkatan laut. Apabila mereka digaji baik, saya rasa mereka tak akan terima suap.“

Hafen in Sierra Leone
Pesisir Sierra LeoneFoto: DW

Bagaikan lingkaran setan di Sub Sahara. Bila saja negara itu lebih kaya dan mampu menggaji pejabat yang membuat mereka tahan godaan, mungkin masalah ini bisa diatasi. Tapi sebelum sampai ke sana, penyuapan yang terjadi selama ini mungkin telah lebih dulu menyedot habis kekayaan negara tersebut.

Ben Knight / Purwaningsih

Editotr : Marjory Linardy