1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Peluang Sukses Kesepakatan Atom Terlepas

24 November 2014

Jika diibaratkan bermain sepakbola, perundingan sengketa atom dengan Iran saat ini sudah masuk perpanjangan waktu. Artinya perpanjangan berikutnya selayaknya harus ditolak. Tajuk Barbara Wesel.

https://p.dw.com/p/1Ds7R
Symbolbild Iran Atom Archiv 18.06.2014 Wien
Foto: picture alliance/AP Photo

Mereka yang optimis yakin bahwa perundingan kali ini akan sukses. Mengingat persyaratan untuk itu saat ini amat mendukung. Rezim di Teheran berada di bawah tekanan dunia internasional dan perekonomian Iran nyaris ambruk.

Sanksi bertahun-tahun mengisolasi Iran dari masyarakat internasional dan mengghambat lalu lintas keuangan. Ekspor gas dan minyak bumi yang diandalkan terpaksa direduksi sampai tingkat minimal.

Dampaknya adalah warga Iran harus berjuang menghadapi inflasi yang terus meningkat dan standar kehidupan yang memburuk. Mereka hanya berharap sanksi dihentikan agar bisa kembali ke kehidupan normal.

Terpilihnya presiden yang moderat, juga membangkitkan harapan semua pihak yang terlibat perundingan bagi tercapainya sebuah kesepakatan atom dengan Iran, setelah perundingan alot selama beberapa dekade. Tapi presiden Hassan Rouhani juga harus mampu memulihkan perekonomian Iran, agar posisi politiknya tidak terancam.

Tapi nyatanya hingga mendekati batasan waktu, perundingan tetap macet. Perbedaan pandangan kedua pihak yang bertikai, sudah terlalu dalam dan sulit dijembatani. Bagi pemerintah di Washington, kesediaan Iran mengurangi kapasitas pengayaan Uraniumnya secara drastis adalah sebuah keberhasilan.

Sebaliknya buat rezim di Teheran, sukses adalah kebalikan dari pandangan barat, yakni memiliki sentrifugal sebanyak mungkin, untuk bisa secepatnya memproduksi Uranium yang bisa dibuat senjata atom.

Dalam satu dekade terakhir, Iran secara dramatis terus mengembangkan secara bertahap kehandalan program nuklirnya. Barat juga terus mengajukan tawaran, agar Iran dimungkinkan memanfaatkan energi atom untuk tujuan sipil. Sebaliknya pimpinan di Teheran menuntut pencabutan sanksi sebagai prasyarat, tapi tidak akan tunduk pada inspeksi serta pengurangan potensi nuklirnya.

Barbara Wesel Porträt
Barbara Wesel redaktur DWFoto: Georg Matthes

Menimbang posisi seperti itu, banyak pengamat menilai, kedua belah pihak bertaruh terlalu tinggi. Tapi juga penundaan perundingan terus menerus, tidak bisa lagi dinilai sebagai sinyal positif. Selama perebutan kekuasaan internal di Teheran masih berlanjut, dan kemajuan sejati mustahil dapat terwujud, maka sebaiknya perundingan kembali dibekukan.

Tentu saja Barat tidak berniat menggoyahkan posisi presiden Rouhani. Tapi jika kesepakatan tidak bisa diterapkan di Iran, juga tidak ada gunanya meraih dia sebagai mitra internasional. Juga tidak ada basis kepercayaan terhadap Teheran yang bisa meyakinkan bahwa politiknya di masa depan akan lebih dapat dipercaya.

Artinya, kita harus tetap menunggu cukup lama, bagi kembalinya Iran ke dalam masyarakat internasional, dengan hubungan yang lebih sedikit kebencian dan ideologi dan labih banyak kerjasama yang rasional.