1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pelonggaran Kebijakan Anak Satu Cina Tidak akan Berdampak Besar

Silke Ballweg31 Desember 2013

Beijing baru saja memberlakukan serangkaian reformasi, termasuk pelonggaran kebijakan anak satu. Namun banyak warga Cina yang mengatakan aturan baru ini tidak akan membawa banyak perubahan.

https://p.dw.com/p/1AigY
Foto: picture-alliance/dpa

Salah satu bintang internasional asal Cina, sutradara Zhang Yimou yang berusia 62 tahun, mengeluarkan permintaan maaf ke publik. Dalam sebuah surat terbaru ia mengakui, dirinya dan sang istri mempunyai tiga orang anak, berarti ia melanggar kebijakan anak satu Cina. Zhang mengatakan dirinya siap bekerjasama dengan penegak hukum dan menerima hukuman yang setimpal.

Warga Cina yang tertangkap melanggar kebijakan perencanaan keluarga tersebut diharuskan membayar 'biaya kompensasi sosial' sesuai dengan pemasukan tahunan mereka. Muncul spekulasi bahwa denda Zhang jumlahnya bisa mencapai puluhan juta Euro.

Sutradara Zhang Yimou (tengah) terancam denda besar setelah mengakui ia dan istrinya memiliki tiga orang anak
Sutradara Zhang Yimou (tengah) terancam denda besar setelah mengakui ia dan istrinya memiliki tiga orang anakFoto: picture alliance/landov

Ada pengecualian

Sejak 1980, Cina memberlakukan aturan ketat bahwa pasangan yang menikah hanya boleh mempunyai satu orang anak. Ada pengecualian: Di pedesaan, misalnya, kaum petani boleh punya anak kedua apabila anak pertamanya perempuan. Pasangan di perkotaan juga boleh punya anak kedua apabila kedua orangtua adalah anak-anak tunggal.

Setelah Beijing memperlonggar kebijakan, semakin banyak warga Cina yang termasuk dalam pengecualian. Kini apabila salah satu orangtua di perkotaan adalah anak tunggal, sudah cukup untuk mereka bisa mempunyai dua orang anak.

Tak ada ledakan bayi

Lou Xia hingga kini masih taat aturan. Warga Beijing berusia 36 tahun itu memiliki seorang anak perempuan. "Saya selalu berangan-angan untuk mempunyai sebuah keluarga yang berisik dan hidup," ungkapnya. Sekarang mimpinya untuk memiliki anak kedua dapat terwujud.

Lou Xia menyambut gembira perubahan kebijakan - tapi bagi kebanyakan warga Cina, ini tidak banyak berarti. Kenyataannya saat ini banyak pasangan yang tidak menginginkan anak kedua. "Kami telah menginvestasikan banyak waktu dan uang untuk pendidikan anak kami. Saya tidak tahu apa kami mampu melakukannya untuk dua orang anak," kata Manlin Xiong yang bekerja untuk televisi nasional CCTV di Beijing, dan ibu seorang anak perempuan.

Sebuah generasi anak tunggal merasa berada di bawah tekanan untuk meraih sukses
Sebuah generasi anak tunggal merasa berada di bawah tekanan untuk meraih suksesFoto: DW/S. Ballweg

Generasi 'raja-raja kecil'

Tiga puluh tahun pemberlakuan kebijakan anak satu meninggalkan bekas yang dalam pada masyarakat Cina. Karena hanya diperbolehkan untuk mempunyai satu orang anak, banyak keluarga yang cenderung memfokuskan segalanya bagi anak tunggal mereka dengan harapan memberi mereka bekal terbaik dalam hidup.

Banyak 'raja kecil' yang terlalu dimanja dan diberi segalanya. Bagi kelas menengah Cina yang terus menguat, sudah normanya bagi seorang anak berusia 4-5 tahun untuk sibuk kursus seperti piano, ballet, bahasa Inggris atau berenang.

"Persaingannya begitu ketat: Kami harus memastikan anak-anak kami siap untuk masa depan," keluh Manlin Xiong. "Saya tidak punya energi lagi untuk anak kedua."

Wakil direktur Komisi Perencanaan Keluarga, Wang Peian, memperkirakan pelonggaran kebijakan anak satu hanya berujung pada bertambahnya angka kelahiran sebesar 2 juta pada 3 tahun ke depan.

Cina perlu lebih banyak anak muda untuk membiayai pensiun dan perawatan warga lanjut usia
Cina perlu lebih banyak anak muda untuk membiayai pensiun dan perawatan warga lanjut usiaFoto: MARK RALSTON/AFP/Getty Images

Populasi yang menua

Pelonggaran kebijakan anak satu dapat membantu masalah demografi Cina. Meski tidak akan mampu memecahkannya. Dalam tiga dekade terakhir, kebijakan tersebut mampu mencegah 400 juta kelahiran - dan dampaknya terhadap masyarakat sungguh sangat besar.

Profesor Du Peng adalah seorang pakar penuaan populasi di Universitas Renmin. "Siapa yang akan membiayai pensiun di masa depan? Siapa yang akan merawat warga lanjut usia?" tanyanya. Zaman sekarang, satu dari tiga keluarga di Cina memiliki anak satu. Profesor tadi yakin pelonggaran kebijakan adalah sesuatu yang baik.