1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pelajar Mosul Angkat Senjata Melawan IS

30 Juli 2014

Peledakan beberapa warisan paling berharga di Mosul mendorong sekelompok pelajar dan pejabat, untuk pertama kalinya melakukan perlawanan bersenjata melawan kelompok jihadis negara Islam IS.

https://p.dw.com/p/1CmMp
Foto: Reuters

Para milisi Negara Islam (IS) menghadapi sedikit tantangan, sejak menguasai kota itu tujuh pekan lalu, dengan menyingkirkan pasukan Kurdi di gerbang kota dan membuat kocar-kacir pasukan pemerintah Irak.

Tapi Anwar Ali, 23, berharap para penembak jitu yang ia katakan telah membunuh empat jihadis hari Minggu lalu akan menjadi tembakan pembuka bagi revolusi rakyat yang akan mengusir para jihadis IS kembali ke gurun.

“Dengan sebuah kelompok yang sebagian besar berisi pelajar, ada pula para pegawai negeri muda dan pedagang, saya bergabung dengan apa yang kami namai Kataeb al-Mosul (Brigade Mosul),” kata dia.

“Namun beberapa orang menyarankan agar kami mengganti namanya menjadi Tentara Nabi Yunus sebagai reaksi atas peledakan yang dilakukan IS atas tempat-tempat ibadah.”

Pada 24 Juni, IS menghancurkan tempat suci Nabi Yunus, yang dianggap baik oleh Muslim maupun Kristen sebagai makam nabi Yunus, dengan bahan peledak dan menghancurkannya di depan publik.

Monumen berharga lainnya yang berakar dari sejarah kaya Mosul juga dihancurkan hingga tersisa puing-puing.

“Kampanye penghancuran mesjid-mesjid kami, gereja dan situs-situs warisan adalah sebuah upaya untuk menindas identitas Mosul,” kata Anwar Ali.

“Peledakan tempat suci adalah titik balik bagi rakyat yang selama ini menunda untuk bentrok dengan IS,” kata Atheel al-Nujaifi, gubernur provinsi Nineveh, Mosul.

Seorang pejabat di kelompok perlawanan yang baru dibentuk, yang tidak bersedia disebutkan namanya, mengatakan para penembak jitu menembak mati empat orang di tiga tempat berbeda di Mosul pada akhir pekan lalu.

Ketakutan yang berubah menjadi kemarahan

“Kami sekarang sedang bertugas. Akan ada operasi-operasi lainnya,“ kata dia. “Kami memperingatkan masyarakat agar tidak bekerjasama dengan Negara Islam dengan cara apapun.”

Penghancuran tempat-tempat suci kelihatannya bahkan telah mengasingkan IS dari pengikut tradisional mereka.

”Anda mengaku mengikuti jalan Nabi (Muhamad), tapi andalah yang pertama menyimpang dari kata-katanya,” kata seorang anggota forum jihadis di internet, yang menulis dengan nama samaran Faruq al-Iraq.

Ia mengatakan tak ada pembenaran agama bagi penghancuran tempat-tempat suci, sebuah argument yang digemakan oleh banyak posting lainnya dari para pengguna, yang hanya sepekan sebelumnya, betul-betul mendukung ”kekhalifahan” yang diproklamirkan oleh pemimpin Negara Islam (IS) Abu Bakr al-Baghdadi bulan lalu.

Dengan meledakkan sejumlah situs warisan paling membanggakan di kota kuno itu, para penguasa jihadis Mosul telah mengarsiteki kejatuhan mereka sendiri, karena rasa takut pelan-pelan memberi jalan kepada rasa marah.

“Saya pikir oposisi rakyat mungkin satu-satunya cara yang tersisa untuk menyelamatkan monument-monumen bersejarah,” kata Ihsan Fethi, dari Iraq Architects Society.

“Saya tahu saya meminta dan berharap bagi tindakan yang sulit mengingat catatan mengerikan dari para orang-orang fanatik ini, namun keberanian kini dibutuhkan sebelum semuanya menjadi terlambat,” kata dia.

Menara Eiffel Mosul

Ada tanda-tanda keinginannya bisa menjadi kenyataan.

Ketika militan IS mengumumkan bahwa “si bungkuk” (Hadba), sebuah menara abad-12 yang miring seperti Menara Pisa di Italia, akan menjadi target berikutnya, sejumlah warga berkumpul membentuk rantai manusia untuk melindunginya, demikian kata para saksi mata.

“Itu mungkin yang mengubah situasi saat ini,“ kata Patrick Skinner, analis konsultan intelijen berbasis di Amerika, Soufan Group.

“Para militan IS tidak punya jumlah orang yang cukup di sisi mereka jika cukup banyak orang mengatakan, sudah cukup,“ kata dia. “Akan ada pertumpahan darah tapi mereka bisa mengusir IS keluar dalam beberapa jam.“

Populasi penduduk Mosul adalah dua juta jiwa, sementara jumlah militan Negara Islam di kota itu diperkirakan antara 5.000 hingga 10.000 orang.

Kata Skinner, para militan IS kelihatannya sadar bahwa mereka akan menghadapi perlawanan jika menghancurkan hadba, sebuah ikon nasional Irak.

“Ini seperti Menara Eiffel punya Mosul. Saya berpikir (penghancurannya) akan memicu apa yang kini hilang di Irak: sebuah reaksi nasional… jadi saya bayangkan akan ada pembalasan terhadap IS.“

Nujaifi mengatakan mobilisasi masyarakat akar rumput melawan Negara Islam adalah awal yang diperlukan sebagai perlawanan balik dan ia meminta agar masyarakat dunia mendukung. (Baca: Siapa Biayai ISIS?)

“Untuk saat ini, Brigade Mosul tidak punya uang dan tidak punya apa-apa kecuali diri mereka sendiri. Jika mereka mendapat dukungan dan pasokan, mereka bisa mengalahkan IS, karena mereka mendapat dukungan dari mayoritas warga Mosul,“ kata dia.

ab/hp (afp,ap,rtr)