1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Paus Bertemu Korban Pelecehan

7 Juli 2014

Paus Fransiskus menggelar pertemuan pertamanya dengan korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh para imam. Sementara para korban asal Argentina - negara asal Paus - merasa dikucilkan dari pertemuan ini.

https://p.dw.com/p/1CWxP
Foto: Reuters

Enam korban pelecehan seksual itu, masing-masing dua orang yang berasal dari Irlandia, Inggris dan Jerman menghadiri misa di kediaman Paus di Vatikan. Mereka juga dijadwalkan bertemu dengan Paus usai misa.

Paus Fransiskus mengemukakan, ia tidak akan mentolerir siapapun di Gereja Katolik yang menyalahgunakan anak-anak, termasuk para uskup. Ia membandingkan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh para imam sebagai “perbuatan kesetanan massal".

Kritik kepada Paus

Namun Paus juga mendapat kecaman dari kelompok-kelompok korban, karena dalam sebuah wawancara tahun ini, ia pernah mengatakan bahwa Gereja Katolik telah melakukan hal yang lebih jauh dibanding organisasi lain, guna membasmi pedofil dalam jajarannya.

Mengapa Paus menunggu hampir 16 bulan sejak ia terpilih pada Maret 2013 untuk bertemu dengan korban pelecehan seksual, tidaklah jelas. Pendahulunya, Paus Benediktus, telah bertemu beberapa kali dengan mereka selama perjalanannya di luar Italia.

"Saya pikir sangat penting bahwa Paus bertemu dengan korban," kata Anne Doyle dari organisasi Bishops Accountability, yang merupakan pusat dokumentasi aksi penyalahgunaan dalam Gereja Katolik.

"Kita tahu bahwa Paus mempunyai belas kasihan. Jadi penunda-nundaan bertemu dengan korban pelecehan seksual sejauh ini tidak konsisten dengan belas kasih yang dia tunjukkan pada kaum terpinggirkan. Ini adalah sesuatu yang ia harus perbaiki, "tambah Doyle.

Protes dari Argentina

Kelompok-kelompok korban mengatakan Paus memiliki catatan kurang tepat dalam menangani kasus-kasus pelecehan di Argentina, ketika ia menjabat sebagai Uskup Agung di Buenos Aires. Para korban dari negara asal Paus mengiriminya surat dan bertanya kepadanya mengapa mereka tidak diundang dalam pertemuan ini.

"Fakta ini menyakitkan kami," ungkap empat korban pelecehan seksual dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Paus. "Anda harus tahu hal-hal yang terjadi di sini dan mengapa korban telah berjuang selama bertahun-tahun dan kasus ini baru muncul ke permukaan," demikian tulisan dalam surat yang ditandatangani oleh empat korban itu.

Doyle menindaklanjuti dengan melakukan "beberapa tindakan" untuk menunjukkan bahwa pertemuan antara paus dengan para korban itu bukan sekedar kegiatan seremonial.

Skandal pelecehan seksual telah menghantui Gereja Katolik selama lebih dari dua dekade. Skandal ini juga menjadi isu utama di Amerika Serikat sekitar 10 tahun yang lalu. Sejak itu, inseiden tersebut juga telah mempermalukan gereja-gereja lokal di Irlandia, Jerman, Belgia, Belanda dan negara-negara lain, serta mencoreng citra Gereja Katolik.

Vatikan mengatakan terdapat 3.420 tuduhan pelecehan seksual oleh para imam yang telah disampaikan ke Vatikan dalam 10 tahun terakhir.

ap/ml (ap, rtr)