1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Islamic State di Tikrit Dikepung Pasukan Irak

5 Maret 2015

Tikrit di utara Irak terus dikepung kekuatan gabungan Irak dari tiga jurusan untuk memaksa teroris Islamic State hengkang dari kota tersebut. Tapi dikhawatirkan pecah konflik sektarian jika IS kalah.

https://p.dw.com/p/1ElMf
Irak Tikrit Offensive gegen IS
Foto: Reuters/T. Al-Sudani

Sekitar 30.000 pasukan reguler Irak, yang diperkuat gabungan pejuang sukarela kaum Syiah dan Sunni, memasuki hari ke-tiga terus mengepung dan menggempur posisi milisi Islamic State di kota Tikrit. Kota kelahiran Saddam Hussein yang berjarak 160 km di utara Bagdad itu dihuni mayoritas Sunni dan merupakan kota strategis penting sekaligus simbolis dalam perang melawan Islamic State.

Komandan pasukan Irak, Letnan Jenderal Abdel Amir al-Zaidi, mengatakan kepada kantor berita AFP, sasaran gempuran dari tiga arah itu adalah untuk memutus suplai logistik dan senjata terhadap teroris ISIS yang menguasai Tikrit sejak Juni 2014. "Taktik yang dilancarkan setelah ISIS kehabisan logistik dan amunisi, pasukan Irak akan menggempur posisinya dan menundukannya," ujar perwira tinggi Irak itu.

Pasukan Irak dan milisi gabungan Syiah serta Sunni dilaporkan sudah berada di gerbang kota Tikrit. Letjen Zaidi mengatakan, pasukannya berhasil merebut kembali kawasan luas di bekas provinsi Salaheddin. "Namun belum berhasil merebut kembali desa strategis penting Ad-Dawr di selatan dan Al Alam di utara Tikrit," ujar petinggi militer Irak itu.

Bahaya konflik sektarian

Terkait kepungan dan gempuran terhadap posisi ISIS di kota Tikrit itu, Rabu (04/03/15), Amerika Serikat melontarkan peringatan ofesif militer itu jangan sampai memicu konflik sektarian. "Amat penting diperhatikan, operasi militer ini jangan dijadikan alasan bagi balas dendam sektarian," ujar juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.

Peringatan keras itu beralasan dilontarkan, karena sejumlah komandan milisi Syiah menganggap oparasi tersebut merupakan kesempatan untuk balas dendam atas pembataian rausuan warga Syiah saat Islamic State berhasil merebut kota Tikrit Juni tahun silam. Dalam aksi genosida itu diduga beberapa kelompok tribal Sunni ikut ambil bagian.

Selain itu, di kalangan milisi Syiah diduga terdapat pasukan reguler Iran yang terlibat, memicu makin santernya dugaan akan dilakukan aksi balas dendam. Juga pernyataan PM Haider al-Abadi di depan parlemen ibarat mengguyur bensin ke dalam api. Ia mengatakan, warga di Tikrit diduga bersimpati pada IS. "Dalam perang ini tidak ada netralitas. Barang siapa mengatakan netral, artinya mereka memihak ISIS," ujar al-Abadi.

as/yf(afp,dpa,rtr,ap)