1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Neues vom Higgs

Vidi Athena Legowo14 Maret 2013

Penemuan apa yang disebut partikel Tuhan "Higgs" setahun lalu di pusat riset nuklir CERN memicu sensasi. Namun ketika itu para peneliti masih menyebutnya partikel "seperti Higgs" dan mereka terus memacu riset.

https://p.dw.com/p/17w6Q
Foto: 2011 CERN

Para peneliti di pusat riset partikel CERN di Jenewa sejak penemuan jejak partikel "seperti Higgs" itu, meningkatkan kiprahnya instalasi pemercepat partikel "Large Hadron Collider-LHC", yang berupa cincin raksasa berdiameter 27 kilometer. Mereka melakukan sekitar dua juta kali ujicoba tumbukan inti atom Hidrogen dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya.

CERN Teilchenbeschleuniger
Pemercepat partikel LHC dengan detektor ATLAS di CERN Jenewa.Foto: dapd

Dari ujicoba di LHC dengan pendeteksi Atlas dan CMS terhimpun data dalam jumlah amat besar. Analisa data tergolong amat sulit. Pasalnya, para peneliti tidak dapat mengamati langsung keberadaan partikel itu. Partikel Higgs hanya eksis dalam bilangan waktu sepersemilyar detik, dan langsung luruh menjadi partikel lain.

Dengan data dari dua detektor yang digunakan, para peneliti berusaha menangkap sebanyak mungkin jejak peluruhan partikel Higgs ini. Dimulailah pekerjaan mirip pakar arkeologi. Dalam artian, ibaratnya dari ribuan pecahan tembikar yang bentuknya tidak beraturan, diusahakan rekonstruksi sebuah jambangan dari zaman purba.

Sinyal Tegas

Ketika ditemukan awal Juli 2012, partikel itu masih disebut "seperti Higgs". "Ibaratnya kami sudah berhasil mengail ikannya, tapi untuk menentukan jenis ikannya, kami harus mengangkat kail dari air", ujar Günter Quast profesor fisika dari Institut Teknologi Karlsruhe di Jerman.

Untuk menegaskan temuannya, para peneliti di CERN mengintensifkan penelitian dan berhasil menjaring data tiga kali lipat lebih banyak dibanding setahun lalu. "Kami kini punya sinyal lebih tegas, bahwa semua pengukuran mengukuhkan eksistensi partikel Higgs", ujar Karl Jakobs, profesor untuk fisika partikel eksperimental di Universitas Freiburg Jerman.

Lebih tegas lagi direktur jenderal CERN di Jenewa, Rolf-Dieter Heuer mengatakan, kata "seperti", kini bisa kita hapus dan secara final mengatakan itu adalah partikel Higgs. Dengan begitu, kemungkinan besar Peter Higgs pakar fisika asal Skotlandia yang meramalkan keberadaan partikel itu, akan menyabet penghargaan Nobel fisika tahun ini.

Massa Alam Semesta

CERN Higgs Teilchen Francois Englert Rolf Heuer Peter Higgs
Pakar fisika (kiri ke kanan) Francois Englert, Rolf Heuer dan Peter Higgs penemu teori mekanisme Higgs.Foto: Reuters

Bukti keberadaan partikel Higgs ini amat penting bagi para pakar fisika dan astrofisika. Karena dengan teori Mekanisme Higgs, akan dapat dijelaskan bagaimana materi memperoleh massa atau bobotnya. Partikel Higgs juga merupakan penjelasan kunci, bagi medan energi yang meliputi alam semesta ini.

Peter Higgs bersama pakar fisika Francois Englert dan Robert Brout pada tahun 1964 menyusun teori mekanisme Higgs itu. Disebutkan, seluruh partikel materi di alam semesta bergerak melintasi medan energi tersebut.

Untuk mudahnya, diibaratkan kita mengaduk semangkok madu menggunakan sendok, dan merasakan adanya daya hambatan. Lewat hambatan, dalam teori mekanisme Higgs adalah medan energi, partikel memperoleh massa atau bobotnya.

Juga dari temuan itu para pakar fisika dapat menarik kesimpulan masa depan alam semesta. Berdasarkan model standar fisika partikel, temuan partikel Higgs yang massanya 125 giga elektron volt (GeV), memberikan indikasi bahwa kondisi vakum tidak stabil dan itu artinya alam semesta juga tidak stabil.

Fase metastabil alam semesta diramalkan bertahan antara 10 milyar hingga nyaris satu trilyun tahun. Setelah melewati masa metastabil, alam semesta dapat berubah ke kondisi lain, membentuk alam semesta alternatif atau terus mengembang dan hancur tercabik.