1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Sekuler Irak Hampir Tak Miliki Peluang Menang

5 Maret 2010

Minggu (07/03), Irak selenggarakan Pemilu Parlemen. Sejumlah partai yang mewakili berbagai agama, bangsa dan juga yang berorientasi sekuler ikut mendaftarkan diri. Tetapi kesempatan mereka untuk menang sangat kecil.

https://p.dw.com/p/MLSE
Seorang pria dan anak melintas di depan poster kampanye pemilu Irak (27/02)Foto: AP

Secara resmi semua partai-partai besar di Irak setuju. Pembagian kekuasaan, dan pada dasarnya pikiran serta tindakan politis di Irak tidak boleh berdasar pada pandangan religius dan etnis lagi. Pada kenyataannya, misalnya partai-partai besar Syiah juga mengajukan orang-orang beragama Islam Suni dan non muslim. Apakah ini dapat menghapus batas-batas tradisional di Irak, masih harus dilihat di masa depan.

Partai-partai kecil banyak yang mewakili ide politik tertentu, dan bukan kelompok agama atau kelompk etnis, misalnya Partai Persatuan Rakyat atau Itihad Al Shaab. Partai itu mewakili pandangan sekuler dan berhaluan kiri. Memang partai ini termasuk partai komunis. Tetapi anggotanya, jika menggunakan ukuran Barat, juga ada yang berpandangan sosial demokratis dan bahkan liberal.

Berbagai Kelompok Agama dan Etnis

Pendukung partai ini ada yang warga Suni dan Syiah, dan juga yang beragama Kristen. Mereka berasal dari etnis Arab, Kurdi dan Turkmenistan. Partai ini benar-benar sekuler dan beranggotakan orang dari berbagai agama. Partai Persatuan Rakyat juga memiliki banyak pendukung di negara-negara Barat.

Misalnya Hamid Khakani, warga Irak yang hidup di pengasingan di Jerman dan menjadi pakar sastra di Universitas Halle an der Saale. Ia mengatakan, "Saya pikir, yang menjadi identitas partai kami adalah tidak adanya batasan agama dan batas konfensional lain. Di samping itu kami tidak memandang negara sebagai mangsa yang harus dibagi-bagi antara kelompok etnis dan agama di Irak."

Pandangan Bertentangan

Pendukung partai ini juga mewakili pandangan yang bertentangan. Walaupun anggota partai ini banyak yang berasal dari kelompok minoritas, mereka menentang peraturan quota bagi warga minoritas yang terancam misalnya warga Kristen dan Yazidi. Dengan peraturan quota warga minoritas bukan dilindungi melainkan tambah dikesampingkan. Demikian pandangan mereka.

Dasar kuat partai tersebut di antara warga Irak di negara-negara Barat juga tampak dalam keuangan mereka. Partai-partai Syiah dan Suni mendapat dukungan dana dari negara-negara tetangga, seperti Iran, Arab Saudi atau Suriah. Sementara Partai Persatuan Rakyat terutama mendapat dana dari warga Irak di pengasingan, di Eropa, AS dan Kanada. Sehingga mereka tidak dapat bersaing melawan partai-partai besar.

Kurang Dukungan

Walaupun berada di bawah naungan partai komunis, partai tersebut mewakili nilai-nilai yang dianggap kebarat-baratan atau Eropa. Mereka misalnya menuntut hak-hak lebih banyak bagi kaum perempuan.

Ini juga menjadi alasan, mengapa Hudham Hassan, aktivis hak perempuan asal Irak yang tinggal di München, mendukung Partai Persatuan Rakyat. Ia juga sangat memuji partai tersebut. Ia mengatakan, "Partai itu sangat demokratis dan nasionalis. Anggota-anggotanya juga terkenal dalam sejarah Irak. Partai ini menyatukan semua yang berhaluan kiri dan demokrat."

Walaupun memperjuangkan hak-hak perempuan serta persatuan nasional, partai itu hanya mendapat sedikit dukungan di Irak. Diperkirakan, dalam pemilu hari Minggu, 7 Maret, mereka juga tidak akan mendapat cukup suara untuk dapat dihargai rakyat. Banyak warga Irak tidak bersimpati dengan partai ini karena pimpinannya yang komunis dan sifatnya yang sekuler. Bagi banyak orang Irak sikap sekuler bukan sikap yang positif.

Hasan Hussain / Marjory Linardy

Editor: Asril Ridwan