1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Turki Bahas Pengiriman Pasukan ke Suriah

ThomasSeibert30 September 2014

Pemerintah Turki menyiapkan undang-undang baru untuk penugasan militer ke Suriah. Kebijakan itu diambil setelah Presiden Erdogan secara resmi menolak kegiatan kelompok teror ISIS.

https://p.dw.com/p/1DNSg
Foto: Getty Images

Turki mulai mengubah posisi terhadap kelompok teror ISIS yang juga dikenal sebagai Islamic State (IS). Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan, negaranya akan mendukung perang terhadap para jihadis ISIS.

"Situasi sekarang sudah berubah. Kami akan siap, dimanapun kami dibutuhkan", kata Erdogan dalam Forum Ekonomi di Istanbul hari Minggu (28/09).

Sebelumnya, Ankara memang menolak melibatkan diri dalam serangan Amerika Serikat terhadap posisi ISIS di Irak dan Suriah, karena masih merundingkan pembebasan para sandera asal Turki yang sejak tiga bulan ditahan jihadis militan di Irak. Minggu yang lalu, sekitar 50 sandera Turki akhirnya dibebaskan.

Erdogan sekarang menuntut agar serangan terhadap ISIS di Suriah diperluas, dan zona larangan terbang diberlakukan di daerah perbatasan Suriah-Turki.

Membendung radikalisme

Parlemen Turki akan membahas undang-undang penugasan militer ke Irak hari Kamis mendatang.

Para politisi Turki menerangkan, brutalitas rejim Assad di Suriah dan penindasan kelompok Sunni di Irak telah membangkitkan radikalisme yang sangat berbahaya. Itu sebabnya, sumber radikalisme ini "harus dihancurkan", kata Erdogan.

Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah mendukung kelompok-kelompok non-jihadis di kalangan para penentang rejim Assad di Suriah. Turki menuntut pembentukan "zona-zona penyangga" di perbasatan ke Suriah. Di zona ini, para pemberontak Suriah dari Free Syrian Army (FSA) bisa mendapat pelatihan militer.

Kelompok Kurdi menolak

Usulan pembentukan zona penyangga ditolak kelompok Kurdi. Mereka khawatir, langkah ini hanya akan menjadi alasan bagi militer Turki untuk menindas kelompok-kelompok Kurdi di Suriah yang sejak dulu menuntut otonomi.

Masih belum jelas, apakah gagasan membentuk zona penyangga dan larangan terbang di sekitar perbatasan Turki-Suriah bisa terlaksana.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, ia yakin serangan udara saja tidak akan menghentikan ISIS. Tanpa pasukan darat, perebutan daerah-daerah yang dikuasai ISIS sulit dilaksanakan, katanya.