1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

260811 Malaria Medikamente

7 September 2011

Banyak obat malaria tidak lagi ampuh karena penyebab malaria menjadi resisten. Oleh sebab itu para pakar terus berusaha menemukan titik tolak baru guna menemukan obat baru mengatasi malaria

https://p.dw.com/p/12U5u
Obat malaria yang tidak ampuh lagi akhirnya mendarat di tempat sampahFoto: picture-alliance/dpa

Lewat gigitan nyamuk, parasit malaria sampai ke bawah kulit manusia, masuk ke darah, berkembang biak di hati dan menginfeksi sel darah merah. Parasit penyebab malaria sudah menempuh banyak perjalanan. Dan untuk itu harus mampu amat beradaptasi. Dijelaskan Inari Kursula, peneliti infeksi pada Helmholtz-Zentrum di Hamburg

"Mahluk-mahluk ini menjalani berbagai perubahan selama siklus hidupnya dan menemui berbagai lingkungan yang berbeda, berbagai sel inang atau organisme yang menampung parasit yang berbeda-beda. Mula-mula nyamuk inangnya, kemudian manusia sebagai inang dan pada kedua inang ini terdapat tipe sel yang berbeda. Jadi parasit mengalami tekanan besar untuk bertahan hidup di lingkungan yang berbeda-beda."

Oleh karenanya penyebab malaria amat fleksibel. Disampaikan lebih lanjut oleh Kursula, gerakan parasit sangat mengagumkan. Sangat cepat dan elastis. Jika diperhatikan di bawah mikroskop tidak terlihat adanya loncatan atau perubahan istimewa dari bentuk selnya. Mereka bergeser dengan amat lentur ke depan.

Parasit penyebab malaria tidak memiliki kaki, flagellum atau alat bergerak seperti cambuk yang biasa dimiliki organisme bersel satu lainnya untuk bergerak. Tapi dapat dikatakan bergerak dari dalam dengan bantuan kerangka selnya.

Berbeda dengan kerangka tulang manusia, kerangka parasit tidak kaku dan permanen, melainkan sangat mudah berubah. "Struktur kerangka itu sangat dinamis. Dari salah satu ujungnya sepanjang waktu serat dibentuk dan dari ujung lainnya dipotong. Jadi serat-serat tumbuh di ujung yang satu dan menghilang di ujung lainnya. Dengan demikian parasit bergerak maju."

Protein lainnya secara permanen bertugas membentuk serat-serat sel kerangka di satu sisi dan memotongnya di sisi yang lain. Menurut Inari Kursula protein ini penting untuk kelenturan parasit. Tanpa protein ini, parasit tidak akan dapat bergerak dan tidak dapat bertahan hidup.

 

Protein Parasit Malaria Harapan Atasi Malaria

Pakar pada pusat penelitian infeksi Helmholtz-Zentrum dan timnya berhasil menentukan karakter dua protein dari parasit malaria, yang membentuk dan memotong sel kerangka. Substansi protein itu bernama ADF1 dan ADF 2. Para pakar kini dapat mengetahui dengan tepat bagaimana kedua protein ini dibentuk di tingkat molekuler. "Sekarang kami dapat melihat perbedaan dalam struktur kedua protein. Jika kami masih dapat mempelajari hubungan antara struktur dan fungsinya, selanjutnya kami dapat mengembangkan materi yang lebih baik untuk menghambat protein tersebut."

Materi penghambat semacam itu akan menjadi obat yang sangat ampuh melawan malaria. Karena protein ADF 1-lah yang amat diperlukan parasit. "Jika protein ini berkurang pada parasit, ia tidak akan dapat bertahan hidup. Karena ia tidak dapat bergerak dan dengan begitu inangnya tidak dapat terinfeksi. Protein ADF 2 kebutuhannya tidak terlalu mendasar, tapi kelenturannya akan sedikit berkurang dan parasit akan bermasalah menjalani pergantian berbagai fase dalam siklus hidupnya. Oleh sebab itu protein ini adalah calon bagus untuk pengembangan obat-obatan."

Akhirnya yang diupayakan adalah menghentikan gerakan penyebab malaria, melumpuhkannya, agar inangnya tidak lagi dapat terinfeksi dan tidak terjangkit malaria. Juga muncul harapan bahwa sistim kekebalan tubuh dapat segera mendeteksi dan memusnahkannya.

 

Brigitte Osterath/Dyan Kostermans

Editor: Christa Saloh