1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pameran Online Seniman di Pengasingan

Marc von Lüpke-Schwarz5 Desember 2013

Apa artinya bagi seniman dan karya mereka apabila harus hidup dalam pengasingan? Pameran virtual 'Künste im Exil' mengikuti kisah mereka untuk mengisi celah dalam lanskap museum Jerman.

https://p.dw.com/p/1ASrg
Foto: www.kuenste-im-exil.de

Bagi seniman dan pengarang di banyak negara, sensor dan ancaman penjara menjadi keseharian: Dalam rezim kediktatoran dan totaliter mereka bukan hanya dipandang dengan penuh curiga, namun juga dilacak oleh pemerintah.

"Seni adalah anak perempuan kebebasan," tulis penyair Friedrich Schiller. Untuk mempraktekkan kebebasan artistik, sayangnya banyak seniman yang harus membayar mahal: diasingkan dari negara asal.

"Saya tidak berasal dari mana pun, orang asing dimana-mana, atau sekedar tamu," keluh penulis Stefan Zweig pada tahun 1942. Setelah Nazi berkuasa, Zweig terpaksa mengungsi ke London.

Novelis Stefan Zweig pertama kali kabur dari Jerman ke Inggris, sebelum pindah ke Amerika Serikat
Novelis Stefan Zweig pertama kali kabur dari Jerman ke Inggris, sebelum pindah ke Amerika SerikatFoto: picture-alliance/akg-images

Apa itu seni pengasingan?

Apa yang terjadi terhadap seniman di pengasingan? Bagaimana pengasingan mempengaruhi karya mereka? Pameran online 'Künste im Exil,' atau Seni dalam Pengasingan, mencermati pertanyaan ini. Karena pameran ini muncul dalam wujud koleksi virtual di internet, bisa dinikmati di mana pun kapan pun.

Sejarah budaya Jerman tidak akan lengkap tanpa mempertimbangkan besarnya jumlah seniman dalam pengasingan antara tahun 1933 dan 1945.

"Hampir semua penulis atau seniman yang berpengaruh meninggalkan Jerman saat Nazi berkuasa," ungkap Dörte Bischoff, yang mengajar Sastra Jerman di Universitas Hamburg.

Literatur pengasingan, dari era mana pun, memiliki karakter khas, kata Bischoff. "Sementara pemerintahan diktator dan totaliter berusaha mensinkronisasikan seni, memaksakan bentuk seni dan literatur menjadi bentuk yang segaris dan homogen, literatur pengasingan sangat beragam."

Thomas Mann mengungsi ke Kaliforia untuk menghindari Nazi
Thomas Mann mengungsi ke Kaliforia untuk menghindari NaziFoto: ullstein bild

'Saya selalu berada di Jerman'

Sylvia Asmus yang membawahi Arsip Pengasingan Jerman 1933-1945 di Perpustakaan Nasional Jerman juga ikut serta dalam pameran. Saat ditanya ide pengasingan seperti apa yang mendasari pameran, Asmus menjawab, "Kami tidak mendefinisikannya." Namun pengunjung situs harus memutuskan sendiri.

Untuk melakukan ini, situs menawarkan sejumlah titik masuk - baik itu melalui biografi seniman tertentu, beragam karya seni, atau pengasingan secara umum.

Barang pribadi, surat-surat dan karya seniman menjadi jantung pameran. "Hal-hal seperti ini dapat selalu diperbaharui, dan referensi baru bisa dibuat dari setiap obyek, sehingga pengunjung perlahan dapat merasakan apa itu artinya pengasingan," tutur Asmus.

Melebihi segalanya, pengungsi merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan. Novelis pemenang Nobel, Thomas Mann (1875-1955), pernah berkata bahwa masa pengasingannya di Kalifornia "susah dilewati." Namun pada saat yang bersamaan ia yakin, "Di mana pun saya berada, itulah Jerman. Budaya Jerman selalu ada dalam diri saya."

Saat mendaftar untuk masuk Amerika Serikat, Mann menuliskan 'situasi politik di Eropa' sebagai alasannya, merujuk pada teror Nazi Jerman.

Dua pengarang dalam pengasingan: Herta Müller dan Liao Yiwu
Dua pengarang dalam pengasingan: Herta Müller dan Liao YiwuFoto: picture-alliance/dpa

Pengasingan, dulu dan sekarang

Penganiayaan dan pengusiran seniman bukanlah hal asing, bahkan zaman sekarang. Karena itu juga pameran tidak terbatas pada tahun 1933-1945. "Pengasingan bukan topik masa lalu, jadi cukup penting untuk mempertimbangkan mereka dari masa kini," jelas Sylvia Asmus.

Hasilnya, pengunjung pameran dapat menjumpai penulis Cina dalam pengasingan, Liao Yiwu, yang sudah tinggal di Jerman sejak 2011, atau penulis Rumania-Jerman Herta Müller. Dalam beberapa bulan dan tahun ke depan, pameran akan terus tumbuh, memamerkan kisah dan nasib seniman dalam pengasingan - terutama seniman kontemporer.