1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Palestina - Israel Lanjutkan Perundingan

Edith Koesoemawiria15 Agustus 2013

Ketegangan iringi pembicaraan Israel-Palestina yang pertama sejak 2008. Di lokasi rahasia, kedua pihak berusaha mencari jalan untuk mengakhiri konflik.

https://p.dw.com/p/19QRZ
Foto: picture-alliance/dpa

Pertemuan Rabu (14/08/13) diakhiri tanpa banyak komentar. Baik Israel maupun Palestina berusaha menjaga kepercayaan masing-masing pihak dengan membatasi bocoran ke media.

Pembicaraan Rumit, Lokasi Rahasia

Pemerintah Israel menunjukkan video singkat yang hanya menunjukkan anggota kedua tim negosiasi berjabatan tangan di sebuah lokasi Yerusalem yang dirahasiakan.

Israel lässt vor Friedensgesprächen palästinensische Häftlinge frei
Ateya Abu Moussa bebas usai 20 tahun mendekam di penjara Israel.Foto: Reuters

Tanda-tanda sulit sudah muncul sebelum pertemuan. Israel mengumumkan pembangunan 3000 pemukiman baru dan di jalur Gaza pecah pertempuran baru. Meski begitu kepada media lokal, pemimpin tim negosiasi Israel Tzipi Livni mengatakan, „timnya berkomitmen mengupayakan solusi, demi Israel. Meski akan rumit dan pelik, Livni tidak akan menyerah“.

Rabu malam, kedua pihak mengkonfirmasi bahwa pertemuan berlangsung hanya beberapa jam. Seorang pejabat Palestina yang menolak disebut namanya, mengatakan bahwa selanjutnya pertemuan akan berlangsung sekali seminggu secara bergantian di Jerusalem dan Jericho.

Mediasi Kerry

Pertemuan kali ini merupakan buah mediasi Menlu AS John Kerry, yang telah berkunjung enam kali ke kawasan itu sejak ia mengisi jabatannya awal 2013. Perundingan perdamaian ini merupakan upaya ketiga sejak 2000 untuk membahas solusi dua Negara.

Negosiasi mandek pada tahun 2008, akibat pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan yang oleh Palestina diniatkan sebagai wilayah negara barunya. Palestina berusaha membangun negaranya di kawasan Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza yang sejak 1967diduduki oleh Israel.

Israel und Palästina Nahost Friedensgespräche in Washington Kerry Livni Erekat
John Kerry (tengah) serta kedua pemimpin negosiasi Israel, Tzipi Livni dan Palestina, Saeb ErekatFoto: picture-alliance/dpa

Kini lebih 500,000 warga Israel bermukim di wilayah yang diduduki. Palestina, seperti juga mayoritas masyarakat internasional, menganggapnya sebagai ganjalan bagi solusi dua Negara yang setara. Karenanya, Palestina menuntut agar Israel menghentikan program pembangunan itu dan menghormati batasan wilayahnya sebelum tahun 1967.

Batas wilayah itu sudah menjadi tema dalam pembicaraan sebelumnya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menolaknya, dan menegaskan bahwa seluruh sengketa harus dinegosiasi kembali. Posisi Netanyahu jauh lebih keras dari pendahulunya Ehud Olmert.Tak heran bahwa Palestina skepsis akan adanya hasil dari pembicaraan dengan Netanyahu.

Menlu AS, John Kerry telah menjanjikan Palestina bahwa Israel akan menahan diri. Menurut pihak Palestina, Kerry juga menjamin bahwa perbatasan wilayah pra 1967 akan menjadi landasan negosiasi, meskipun Israel menolak menyatakannya secara publik.

Bisa kapan saja berakhir

Beberapa jam sebelum perundingan mulai, Israel telah membebaskan 26 tahanan Palestina termasuk beberapa orang yang terlibat dalam serangan-serangan mematikan terhadap Israel. Ini merupakan gelombang pertama dari seluruhnya 104 tahanan Palestina yang berada di penjara Israel.

Meski begitu harapan tipis akan adanya hasil nyata dari perundingan kali ini. „Pembicaraan bisa berakhir kapan saja“, ungkap penasehat Presiden Palestina Mahmud Abbas, Yasser Abed Rabbo kepada radio Suara Palestina. Menurut dia, pembicaraan kali ini adalah untuk mengatur masalah keamanan dan wilayah perbatasan.

Perang saudara di kawasan Suriah dan di Mesir telah meningkatkan kecemasan mengenai keamanan Israel. Dikuatirkan bila Israel menarik diri dari Tepi Barat, maka kawasan itu berakhir seperti Jalur Gaza yang dikuasai kaum militan Hamas.

ek/hp (ap, rtr,dpa)