1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakistan Tampik Dukung Taliban di Afghanistan

1 Februari 2012

Menteri luar negeri Pakistan berupaya meredam bocornya laporan rahasia NATO yang menuding Pakistan terlibat dalam aktivitas Taliban di Afghanistan.

https://p.dw.com/p/13uNE
Lokasi serangan di Lashkar Gah, Afghanistan (26/1)
Lokasi serangan di Lashkar Gah, Afghanistan (26/1)Foto: DW

"Bagi saya, ini minuman anggur tua di dalam botol yang lebih tua lagi. Klaim semacam ini bukan hal baru menurut saya. Sudah pernah mencuat dalam beberapa tahun belakangan," ujar menlu Pakistan Hina Rabbani Khar saat berkunjung ke ibukota Afghanistan, Kabul. "Saya rasa ini bisa diabaikan sebagai kebocoran strategis atau sebaliknya," balas rekan sejabat Khar, menlu Afghanistan Zulmai Rassoul. Kunjungan Khar juga dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa Pakistan akan mendukung inisiatif apapun yang diambil Afghanistan menyangkut dialog perdamaian dengan Taliban.

Laporan rahasia NATO yang disusun berdasarkan hasil 27 ribu interogasi dengan lebih dari 4 ribu anggota Taliban yang ditahan, menunjukkan bahwa Taliban siap kembali berkuasa setelah pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat hengkang dari Afghanistan di tahun 2014. Duta besar Inggris di Kabul, William Patey, melalui akun Twitter-nya menulis: "Jika elemen Taliban berpikir mereka bisa mengambil alih kontrol keamanan Afghanistan di tahun 2015, mereka harus siap-siap terkejut."

Menlu Pakistan Hina Rabbani Khar (kiri) dan menlu Afghanistan Zulmai Rassoul
Menlu Pakistan Hina Rabbani Khar (kiri) dan menlu Afghanistan Zulmai RassoulFoto: AP

Dukungan Pakistan

Para pejuang Taliban juga meyakini mereka selama ini mendapatkan dukungan Pakistan. Namun juru bicara pasukan internasional ISAF, Carsten Jacobson, mengingatkan bahwa laporan bukan didasarkan pada analisa intelijen. "Jelas mereka menceritakan ide mengenai kampanye mereka. Baik yang mereka yakini, atau yang mereka ingin kami yakini," tegas Jacobson. "Ada kesan dalam laporan bahwa mereka mendapat dukungan dari Pakistan," tambahnya.

Badan intelijen Pakistan (ISI) dituding membantu Taliban dalam melancarkan serangan terhadap pasukan internasional. Kepala staf pasukan internasional yang baru saja pensiun, Mike Mullen, tahun lalu menyebut jaringan pemberontak Haqqani yang berafiliasi dengan Taliban dan bermarkas di Pakistan sebagai kepanjangan tangan ISI. Mullen juga menuding ISI menyokong kelompok militan dalam serangan roket selama 20 jam bulan September lalu terhadap kedutaan besar Amerika Serikat dan markas NATO di Kabul.

Negosiasi perdamaian

Beberapa jam setelah laporan tersebut tersebar luas melalui harian Inggris The Times, kelompok Taliban di Afghanistan menyatakan bahwa belum ada proses negosiasi perdamaian yang disepakati dengan komunitas internasional, terutama Amerika Serikat. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menyatakan bahwa sebelum negosiasi berjalan, harus terlebih dahulu tercipta rasa saling percaya. Taliban menekan Washington untuk memenuhi syarat pembebasan 5 anggota Taliban yang ditahan.

Dokumen ini juga dapat menyebabkan sejumlah pembuat kebijakan Amerika berpikir mengenai nilai perang di Afghanistan. Baik dari segi korban jiwa maupun dana. Hingga akhir Januari, tentara Amerika yang tewas di Afghanistan sudah mencapai 1.889 orang. Dana yang dikucurkan mencapai hampir setengah triliun Dolar. Tuduhan kolusi Pakistan dengan Taliban juga kemungkinan besar memperparah hubungan Washington dengan Islamabad yang sudah renggang.

Carissa Paramita/dpa/rtr/ap

Editor: Agus Setiawan