1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Otak Mengalami Penyusutan Volume Sejak Remaja.

as11 Juni 2008

Penelitian terbaru yang dilakukan Sekolah Tinggi Teknik di Aachen menunjukkan, otak manusia sudah mengalami penyusutan volume sejak usia 18 tahun.

https://p.dw.com/p/EHnY
Penelitian otak menyangkut pengendalian gerak motorik halus.Foto: picture-alliance/ dpa

Sejak lama diketahui bahwa otak manusia mengalami degenerasi. Seiring bertambahnya umur, bukan hanya kebugaran tubuh yang berkurang tapi juga kemampuan berfikir. Banyak manula mengeluh menjadi pelupa atau menghadapi masalah pancaindera. Sejauh ini para pakar meyakini, bawa penurunan kemampuan fungsi otak mulai terjadi pada usia lanjut. Tapi penelitian terbaru menunjukkan, otak manusia sudah mengalami penyustan volume sejak usia 18 tahun.


Penelitian yang dilakukan di Sekolah Tinggi Teknik Rhein-Westfalen-RWTH Aachen menunjukan, mulai usia 18 tahun, otak manusia sudah mengalami perubahan. Volume otak mulai berkurang pada usia remaja, yang yakni pada umur 18 tahun menurut undang-undang Jerman baru saja memasuki masa dewasa. Penelitian terhadap 51 relawan lelaki berusia antara 18 hingga 51 tahun menggunakan peralatan tomografi resonansi magnetik – MRT menunjukan fenomena tsb.


Para ilmuwan memang secara terarah hanya meneliti relawan lelaki. Karena diketahui terdapat perbedaan struktur otak pada lelaki dan perempuan. Pada monitor komputer terlihat citra otak para relawan. Tim peneliti yang dipimpin ahli saraf Prof.Katrin Amunts memiliki sasaran, dengan memilih relawan yang jenis kelaminnya sama, dapat diperbandingkan kondisi otak pada setiap tingkatan umur. Penelitian yang dilakukan Sekolah Tinggi Teknik RWTH Aachen bekerjasama dengan pusat riset ilmu pengetahuan Jülich, berhasil menemukan data terbaru yang menarik.


Prof Katrin Amunts menjelaskan : “Kami untuk pertama kali dapat menunjukan, bahwa otak pada usia relatif muda antara 18 hingga 51 tahun sudah mengalami perubahan. Selama ini kami mengetahui, otak manula berusia antara 60 hingga 80 tahun yang mengalami perubahan. Juga kami mengetahui volume wilayah tertentu dalam otak menyusut. Yang terbaru dalam penelitian sekarang, volume otak itu sejak usia muda sudah berubah.“


Dengan itu, para peneliti berhasil menemukan sebuah mata rantai yang masih hilang dalam penelitian otak. Penyebabnya, walaupun sejauh ini sudah banyak pengetahuan mengenai proses degenerasi otak manusia, namun belum diketahui bagaimana perkembangan otak pada remaja yang baru meningkat dewasa.

Magnetresonanz-Tomograph
Tomografi Resonansi Magnetik untuk penelitian otak.Foto: Dechent

Memang jumlah responden dalam penelitian itu tergolong relatif kecil. Akan tetapi hasil yang diperoleh sudah cukup signifikan untuk menutupi celah keilmuan di bidang penelitian otak manusia. Selama ini, penelitian penurunan fungsi otak lebih banyak difokuskan pada manusia berusia 60 ke atas.


Pakar ilmu saraf dari RWTH Aachen, Prof. Katrin Amunts menjelaskan lebih lanjut : “Kami tentu saja sudah mengetahui, bahwa otak mengalami pertumbuhan dan perubahan besar di masa kanak-kanak dan remaja. Akan tetapi rentang waktu antara umur 20 hingga 60 tahun, sejauh ini relatif jarang diteliti. Karena itu tidak banyak diketahui, apakah otak pada saat pertumbuhan juga mengalami perubahan. Kami dapat menunjukkan, terjadinya perubahan volume otak dalam ukuran milimeter kubik yang dimulai pada usia masih muda.“


Kesimpulan penelitian, otak berkurang volumenya sejak usia 18 tahun. Terutama sejumlah wilayah dalam otak yang menunjukan dengan tegas penyusutan volume itu. Pakar fisika Peter Pieperhoff bahkan dapat mengukur dengan akurat, bahwa otak manusia menyusut volumenya sekitar 0,2 persen setiap tahunnya.


Pieperhoff menjelaskan lebih lanjut ; “Terlihat terutama kawasan otak kecil maupun kawasan yang disebut unsur putih yang mengalami penyusutan. Ini adalah kawasan yang penting bagi pengawasan gerakan khususnya gerak motorik halus. Jadi gerakan yang memerlukan pengendalian amat akurat.“


Pertanyaan yang muncul adalah, berkaitan dengan penyusutan volume otak manusia sejak usia 18 itu, apakah kemampuannya juga terus menurun? Apakah berarti semua mahasiswa baru justru sedang memasuki masa penurunan fungsi berfikir?


Penyusutan volume otak, ternyata tidak berkaitan langsung dengan penurunan kemampuan kognitif maupun fungsi gerak motorik. Prof. Katrin Amunts menegaskan, penyusutan volume otak tidak otomatis berarti menurunnya kemampuan otak. Penjelasan yang paling logis adalah, otak semakin pintar sehingga tidak memerlukan jaringan otak sebanyak sebelumnya. Tapi semua aksioma itu tetap harus diteliti lagi, untuk membuktikan kebenarannya.

Hirnscan
Scanning aktivitas fungsi otak.Foto: Dechent

Dengan penelitian terbaru, juga diharapkan dapat diperoleh pengetahuan baru menyangkut penyakit otak. Sasaran jangka panjang dari para peneliti otak di sekolah tinggi teknik Aachen dan pusat riset ilmu pengetahuan Jüllich adalah, dapat mendeteksi dini penyakit degenerasi otak seperti Parkinson dan Alzheimer. Sebab penyakit menurun drastisnya kemampuan berfikir dan fungsi otak itu, tidak muncul hanya dalam semalam. Sejauh ini diketahui, sebelum gejala Alzheimer muncul ke permukaan, terdapat fase yang berlangsung sekitar 10 tahun, yang menunjukan perubahan drastis di dalam otak penderita. Namun orang sekitarnya tidak dapat melihat perubahan ini, karena kemampuan maupun perilaku penderita relatif tidak berubah.


Prof Katrin Amunts menjelaskan : “Jika kita berusaha mencari terapi yang manjur, tentu saja kita harus berusaha sedini mungkin mengenali penyakit ini pada pasien bersangkutan. Untuk pembandingnya juga harus diketahui, bagaimana proses penuaan yang normal.“


Untuk dapat menemukan data yang lebih akurat, Sekolah Tinggi Teknik Aachen dan pusat riset teknologi di Jüllich merencanakan penelitian lebih besar dengan 1.500 responden. Selama enam tahun lamanya para responden harus mengikuti rangkaian ujicoba. Penelitian jangka panjang dengan tomografi resonansi magnetik-MRT serta test neuro-psikologi dan analisis genetika, dapat menjamin diketahuinya perubahan sekecil apapun pada otak responden. Dengan itu, para peneliti mengharapkan mampu menegakkan diagnosa dan identifikasi secara dini orang-orang yang memiliki kecenderungan menderita penyakit degenerasi otak, seperti Alzheimer atau Parkinson. Dengan itu, metode pengobatannya secara lebih dini, juga dapat dikembangkan dengan lebih akurat.