1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Kamboja Tolak Hasil Pemilu

Edith Koesoemawiria29 Juli 2013

Sam Rainsy, pemimpin oposisi Kamboja menolak hasil pemilu yang diumumkan pemerintah. Ia menuding terjadi manipulasi suara dan menuntut investigasi.

https://p.dw.com/p/19Fgm
Foto: Reuters

Minggu petang, Komisi Nasional Pemilu Kamboja  mengumumkan  kemenangan Partai Rakyat Kamboja, CPP  yang kini memerintah memenangkan 68 dari 123 kursi di parlemen. Sedangkan Partai Nasional Penyelamat Kamboja, CNRP yang dipimpin Sam Rainsy meraih 55 kursi.

Wahlen in Kambodscha Hun Sen 28.07.2013
Perdana Menteri Hun Sen usai memilihFoto: Reuters

Hasil Pemilu ini ditolak oleh Sam Rainsy hari Senin.

"Kami tidak menerima hasil pemilu karena terlalu banyak penyimpangan,” ungkap Rainsy pada konferensi pers di Phnom Penh. Ia menyerukan pembentukan komite penyelidikan, yang beranggotakan wakil dari semua partai politik, NGO internasional dan pakar-pakar PBB guna mengevaluasi hail pemilu itu. Bila terbukti terjadi kecurangan, maka partai Rainsy  akan menuntut pemilihan ulang.

Menyadari dari Awal

Rainsy sudah menyampaikan kekuatirannya sebelum hari Minggu. Akhir pekan lalu dikatakannya, “Kami menyadari telah berpartisipasi dalam pemilu bohongan."

Awal tahun ini, dua auditor independen menemukan bahwa daftar pemilih dibuat sedemikian rupa sehingga lebih 1 juta orang kehilangan haknya untuk memilih, dan sekitar 200 ribu nama pemilih yang dobel.

Dan meskipun pemilihan umum berlangsung aman, ada insiden pembakaran dua mobil kepolisian di Phnom Penh oleh sejumlah orang yang marah karena tidak menemukan namanya pada daftar pemilih.

Protest Wahl Kambodscha Phnom Penh
Protes di Phnom PenhFoto: picture-alliance/dpa

Sam Rainsy yang sebelumnya berada dalam eksil, kembali awal bulan ini sebagai penantang Perdana Menteri Hun Sen,  yang telah berkuasa selama 28 tahun.

Kehilangan Kursi

Sebelum pemilu, Partai Hun Sen memiliki 90 kursi di parlemen. Hilangnya 22 kursi dalam pemilu terakhir merupakan kekalahan besar, padahal telah didukung sepenuhnya oleh media pemerintah.

Hun Sen yang berusia 60 tahun telah berulang kali dituding melakukan pelanggaran hak azasi manusia dan membungkam oposisi. Sebelum berbalik arah, ia pernah menjadi komandan Khmer Merah yang berkuasa di tahun 1970-an.

Pemilu hari Minggu lalu, merupakan yang kelima bagi Kamboja sejak 1993, dan diorganisir oleh PBB untuk mengembalikan demokrasi dan stabilitas di Negara yng pernah berhaluan komunis itu.

Secara ekonomi Kamboja berada dalam keadaan stabil dan maju pesat berkat investasi dari Cina. Meski begitu, Kamboja termasuk negara paling miskin di dunia. Dengan sepertiga dari penduduknya yang berjumlah 14 juta,  berpenghasilan kurang dari 65 sen seharinya.

ek/rn (dpa, afp, Reuters)