1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

070910 OECD-Länder-Studie

8 September 2010

Sejak lama Jerman termasuk tujuan studi favorit mahasiswa asing. Secara politik ekonomi Jerman tidak begitu menarik keuntungan, karena setelah lulus akademisi pulang ke negaranya atau bekerja di negara lain.

https://p.dw.com/p/P7FG
Menteri Pendidikan Jerman Schavan (kanan) saat pengumuman laporan OECD di Berlin (07/09)Foto: picture alliance/dpa

Untuk mengubah tren kembalinya akademisi lulusan Jerman ke negara asalnya atau bekerja di negara lain, Jerman harus menciptakan rangsangan baru, dan beberapa tahun belakangan ini jumlah lulusan perguruan tinggi semakin bertambah. Kesimpulan ini ditarik Organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan OECD dalam studi terbarunya yang diumumkan Selasa (07/09)kemarin.

Mengenai pentingnya pendidikan, Menteri Pendidikan Jerman Annette Schavan dan pimpinan OECD cabang Berlin Heino von Meyer sepakat. Meskipun pendapat mereka tentang upaya Jerman dalam hal itu saling bertentangan. Berdasarkan data OECD, Meyer berpendapat jumlah mahasiswa baru di Jerman terlalu sedikit, yakni hanya 40 persen. Sementara rata-rata mahasiswa baru di 31 negara OECD lainnya di atas 50 persen.

Menteri Schavan berpendapat data OECD yang berasal dari tahun 2007 dan 2008 itusudah usang. Pada kenyataannya mahasiswa baru yang pada pertengahan tahun 1990-an kuotanya 26 persen, kini meningkat menjadi 46 persen. Schavan juga memandang posisi ketiga Jerman setelah Amerika Serikat dan Inggris sebagai negara tujuan studi mahasiswa asing sebagai nilai tambah

"Di tahun-tahun mendatang kami akan memperkuat tren positif ini dan mempermudah mahasiswa asing yang kuliah di Jerman untuk memasuki dunia kerja. Ini merupakan kepentingan masyarakat, membuat Jerman semenarik mungkin agar mereka yang meraih kualifikasi tinggi di sini juga menempuh tahun-tahun kerjanya."

Pimpinan OECD cabang Berlin Heino von Meyer memuji pemerintah Jerman untuk upayanya mengurangi hambatan hukum dan birokrasi bagi mahasiswa asing dari negara-negara non Uni Eropa

"Justru untuk menutupi kebutuhan tenaga berkualifikasi tinggi kami melihat migrasi sebagai sumber yang banyak menjanjikan dan dapat dibina. Oleh sebab itu keringanan yang dilakukan dalam bidang ini patut dipuji."

Menteri Pendidikan Jerman Annette Schavan menyebut sekitar 12 milyar Euro dana yang akan ditambahkan Jerman sampai tahun 2013 di bidang pendidikan. Menurut pandangannya, mahasiswa asing memainkan peranan penting agar Jerman tetap mampu bersaing di lingkup internasional. Namun Schavan juga mengingatkan ada juga masalah lain yang dihadapi pasar tenaga kerja Jerman

"Jika jumlah tenaga kerja berkualifikasi tinggi meningkat dari 50 menjadi 55 persen dan kami memiliki tendensi kenaikan yang jelas, maka sudah jelas terdapat defisit di bidang lainnya."

Dalam hal ini pertimbangan utama Menteri Pendidikan Schavan adalah tenaga terdidik tanpa pendidikan akademis, misalnya di bidang kesehatan. Dari studi OECD Schavan bertambah yakin bahwa sistem pendidikan dual di Jerman yakni kombinasi antara pendidikan teori dan sekolah kejuruan untuk ke depannya tetap akan dipertahankan

5.O-Ton (Schavan):

"Dan kini saya katakan jika sistem pendidikan itu sama sekali tidak berfungsi, hal itu juga tidak dapat dijelaskan dengan benar. Artinya, kalimat bahwa pendidikan kejuruan adalah pencegahan terbaik mengatasi pengangguran remaja, masih tetap mendapat pembenaran."

Sebuah kesimpulan yang secara statistik mudah terbukti. Sementara di Jerman jumlah remaja yang menganggur kurang dari 10 persen, di negara-negara OECD lainnya jumlah pengangguran remaja dua kali lipat.

Marcel Fürstenau/Dyan Kostermans

Editor: Legowo