1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obat Ebola Sulut Debat

8 Agustus 2014

Keputusan untuk mencoba obat yang masih dalam taraf eksperimental terhadap dua warga AS yang terinfeksi ebola menyulut kontroversi etis, karena ebola sudah merenggut nyawa hampir 1.000 warga Afrika.

https://p.dw.com/p/1Cqtq
Foto: Reuters

Walaupun debat sudah tersulut, mengingat sudah banyaknya korban jatuh di Afrika, para pakar di AS mengatakan, itu bisa dibenarkan secara etis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan, pihaknya menjadwalkan pertemuan khusus pekan depan. Dalam pertemuan akan ditelaah penggunaan obat yang masih dalam tahap eksperimental, untuk penyebaran ebola di Afrika Barat. Obat yang dinamakan ZMapp itu kini sudah digunakan untuk mengobati dua pekerja organisasi kemanusiaan AS, Samaritan's Purse.

ZMapp masih dalam tahap awal pengembangan, dan sebelum digunakan pada kedua warga AS, obat ini baru diujicobakan pada monyet. Oleh sebab itu obat ini juga tidak diproduksi dalam jumlah banyak, dan belum ada bukti bisa mengobati atau menyembuhkan ebola. Tetapi kondisi kedua pekerja kemanusiaan tersebut, Kent Brantly dan Nancy Writebol, sudah menunjukkan perbaikan sejak diberikan obat tersebut.

Dr. Kent Brantly
Dr. Kent Brantly bekerja di klinik perawatan ebola di Foya, Liberia. Ia dan Nancy Writebol tertular ebola di Liberia.Foto: picture-alliance/dpa

Mengapa tidak di Afrika?

Berita tersebut segera disambut seruan untuk menyebarkan obat di Liberia, Sierra Leone dan Guinea, di mana korban ebola sudah sangat banyak. Nigeria, di mana tujuh kasus ebola sudah terkonfirmasi, kini mengumumkan diadakannya pembicaraan dengan badan penanggulangan penyakit menular AS, Centers for Disease Control. Mereka menanyakan kemungkinan untuk memperoleh ZMapp.

Sementara itu, tiga pakar ebola terpenting, termasuk Peter Piot, salah satu penemu virus itu pada tahun 1976, mendesak agar ZMapp disebarluaskan. "Kemungkinan besar, jika Ebola menyebar di seluruh Afrika Barat, badan berwenang akan memberikan obat eksperimental atau vaksin kepada orang yang terancam akan terjangkit," demikian pernyataan ketiga pakar itu, seperti diberitakan harian AS Los Angeles Times. "Negara-negara Afrika, di mana ebola sekarang merajalela harus mendapat kesempatan sama," demikian ditambahkan.

Mapp Pharmaceuticals, perusahaan AS yang memproduksi obat itu menyatakan, keputusan apapun untuk menggunakan obat tersebut harus diambil dokter yang merawat pasien, dalam lingkup peraturan yang berlaku. Perusahaan itu juga menambahkan, mereka sedang bekerja untuk menambah produksi.

Mengambil risiko?

Tapi Presiden AS Barack Obama mengatakan Rabu (06/08), negara-negara yang terkena wabah Ebola sebaiknya memfokuskan diri pada langkah-langkah yang sudah terbukti berhasil selama ini, dan tidak mencoba obat yang masih dalam tahap eksperimental.

Namun demikian, "Saya akan terus mencari informasi tentang apa yang sudah kami ketahui berkaitan dengan kelanjutan percobaan obat ini," ditambahkan Obama.

Para pakar mengatakan, perluasan penggunaan ZMapp bukan masalah kecil. Mereka juga menolak tuduhan tidak adil dalam menggunakan obat kepada dua warga AS yang berkulit putih. "Jika menghadapi jumlah sebesar ini, memang tekanan untuk menyebarluaskan obat rasanya tidak tertahankan. Tapi orang harus ingat, dari penggunaan obat yang masih dalam tahap eksperimental, kerugian bisa ada," demikian ditekankan G. Kevin Donovan, direktur pusat studi bioetik pada Universitas Georgetown.

Ia menambahkan, Brantly dan Writebol adalah calon baik untuk mencoba obat berisiko ini, karena mereka keduanya berpengalaman secara medis. Pengetahuan mereka membantu untuk mengerti besarnya risiko.

ml/cp (AFPE, RTR)