1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obat Anti Jet Lag Ditemukan?

4 September 2013

Uji coba pada tikus laboratorium mengungkap rahasia jet lag yang dialami manusia setelah melalui penerbangan jarak jauh. Hasil penelitian kelak diharapkan bisa membantu riset obat anti jet lag.

https://p.dw.com/p/19b47
ILLUSTRATION - Eine Frau schaut am 10.03.2012 in Hannover auf einen Wecker, der neben ihrem Bett steht.
Schlaflos Wecker SymbolFoto: picture-alliance/dpa

Para penumpang pesawat yang sering melakukan penerbangan jarak jauh lintas meridian atau perbedaan zona waktu, sering mengalami jet lag atau mabuk pasca terbang. Kini para peneliti mengatakan, mereka menemukan mekanisme gen yang mencegah penyesuaian tubuh dengan zona waktu baru.

Peneliti Oxford University dan perusahaan obat Roche di Swiss menggunakan tikus percobaan untuk menganalisa pola gen di bagian otak yang disebut suprachiasmatic nuclei (SCN). Gen mamalia ini bertugas menarik setiap sel dalam tubuh ke ritme biologi yang sama.

Mereka menemukan satu molekul pada gen tersebut, SIK1, yang bertanggung jawab atas cara tikus merespon perubahan siklus cahaya. Jika ilmuwan memblokir aktivitas SIK1, tikus akan pulih lebih cepat dari gangguan perubahan siklus terang dan gelap yang menyebabkan jet lag.

Apabila mekanisme serupa bisa ditemukan pada manusia, lalu juga bisa diblokir, maka jet lag tidak akan lagi menjadi masalah. Demikian tulisan para peneliti yang dipublikasikan di internet melalui jurnal Cell.

"Kami masih membutuhkan beberapa tahun lagi untuk menemukan penyembuhan bagi jet lag. Tapi pengetahuan baru tentang mekanisme yang mengatur jam tubuh internal akan membantu pengembangan obat anti jet lag," ujar Russell Foster di Oxford. Foster memimpin penelitian tentang tidur dan jam internal manusia.

Menurut Russel, obat semacam itu memiliki potensi yang lebih luas, termasuk bagi mereka yang mengidap penyakit jiwa dan tidak bisa tidur lelap.

vlz/ek (rtr, ap)