1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Kembali Terpilih Jadi Presiden AS

Christina Bergmann7 November 2012

Kandidat dari kubu Demokrat ini menang dalam pemilihan presiden dari pesaingnya Mitt Romney dari partai Republik. 270 suara electoral yang dibutuhkan dari 538 diraih Obama dari Swing States.

https://p.dw.com/p/16e18
Foto: REUTERS

Presiden Amerika Serikat Barack Obama meraih lebih banyak suara dari yang diperkirakan sebelumnya. Setelah negara-negara bagian kunci seperti Ohio, Wisconsin, Nevada, New Hampshire dan Iowa, Obama juga menang di negara bagian Virginia yang diperebutkan secara ketat oleh kedua kandidat. Obama bisa mencapai 303 suara electoral, sementara hanya 270 yang diperlukan untuk terpilih kembali. Padahal menurut jajak pendapat terakhir, perjalanan Obama untuk bisa kembali menjabat sebagai presiden AS tidaklah semudah itu.

Bukan Presiden yang Sempurna

Obama mengaku tidak sempurna. Dalam sebuah acara kampanye di di kota kecil Marshalltown yang terletak di bagian tengah negara bagian Iowa Obama mengatakan, "Telah saya katakan tahun 2008 silam bahwa ssaya tidak sempurna, Anda bisa tanyakan kepada Michelle dan bahwa saya tak bisa jadi presiden yang sempuna, tidak bisalah.“ Tapi, lanjut Presiden berusia 51 tahun itu, ia setiap hari akan memperjuangkan kepentingan pemilihnya, karena “Masih begitu banyak sekolah yang perlu dibangun, lebih banyak guru yang harus dipekerjakan, lebih banyak tentara yang wajib kembali ke tanah air, Selain itu masih banyak jalanan yang harus dibangun."

Daftar hal yang ingin dicapai Presiden Obama masih lebih panjang. Salah satu yang terpenting adalah janjinya untuk menggandeng Amerika Serikat keluar dari krisis keuangan. Bagi ukuran Amerika Serikat, jumlah tunakarya diatas 8% populasi sangat menakutkan. Apalagi, kemajuan ekonomi Amerika masih tersendat meskipun pemerintah sudah mengucurkan milyaran Dolar dana bantuan, atas desakan Obama. Juga upaya reformasi undang-undang tak bisa dibanggakan, Undang Undang Imigrasi masih tidak tersentuh, sedangkani reformasi Wall Street hanya dilaksanakan setengah hati.

USA Wahl Wahltag 2012 Anhänger der Demokraten Obama siegt
Pendukung Obama dan partai Demokrat merayakan kemenangan di ChicagoFoto: Reuters

Bersaing dengan Kubu Republik

Setidaknya, reformasi kesehatan yang menjadi perhatian utama pemerintah Obama berhasil digolkan dan mulai berlaku Maret 2010. Namun bagi kaum Demokrat tidak mudah untuk meloloskan program di Senat setelah kursi mendiang Ted Kennedy diambil alih Scott Brown dari Partai Republik Januari 2010. Lalu November 2010, kubu Demokrat kehilangan posisi mayoritas perwakilan rakyat dalam pemilihan Kongres. Selanjutnya hanya tarik ulur perebutan kekuasaan yang berlangsung antara Presiden dan Kongres, hal yang kemudian betul-betul melumpuhkan Amerika dan mendorong negara ini ke tebing kebangkrutan.

Menurut hasil jajak pendapat, dukungan bagi Obama merosot. Lembaga pemantau opini Gallup mencatat, 68% responden merasa puas dengan Obama ketika ia baru dilantik. Kini angka kepuasan itu turun hingga hanya 45%. Sebagai perbandingan, di saat yang sama tingkat kepuasan rakyat Amerika terhadap mantan Presiden Bill Clinton dari kubu Demokrat mencapai 52%, sementara bagi mantan Presisden George W Bush dari partai Republik 49%. Padahal Obama yang lulusan Harvard dan pernah menjadi pekerja sosial berhasil menyelamatkan industri otomotif AS, memulangkan tentara AS dari Irak dan tentunya menggolkan reformasi Undang Undang Kesehatan.

"Maju Terus“ Tidak Lagi “Harapan dan Perubahan“

Salah satu keberhasilan Obama adalah penangkapan teroris Osama bin Laden, yang juga ia gaungkan dalam pidatonya tahun ini. "Untuk pertama kali dalam 20 tahun, Osama bin Laden sudah tidak menjadi ancaman bagi negara ini.“ Popularitas Obama juga tetap tinggi, hasil jajak pendapat Gallup menunjukkan bahwa 81% responden menganggapnya simpatik, sedangkan penilaian terhadap saingannya Mitt Romney menunjukkan bahwa 64 persen responden menilainya simpatik. Dari "Hope and Change" atau Harapan dan Perubahan, slogan Obama kini menjadi sekedar "Forward" – “Maju Terus”.

Christina Bergmann / Edith Koesoemawiria
Editor: Vidi Legowo-Zipperer