1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Negara Uni Eropa yang Tergantung pada Dana Penyelamatan

Bernd Riegert29 Juni 2012

Sekarang ada lima negara di Zona Euro yang memerlukan dana talangan. Setelah Spanyol, kini Siprus mengajukan permohonan bantuan. Bukan awal yang baik untuk masa kepresidenan Siprus di Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/15LZX
Foto: picture-alliance/dpa

Setelah Spanyol, negara pulau kecil di Mediterania, Siprus, telah mengajukan permohonan pinjaman bantuan dari dana bailout Zona Euro. Dalam waktu dekat, Siprus memerlukan sekitar tiga sampai empat miliar Euro untuk merekstrukturisasi anggaran negara dan bank-bank bermasalah. Selama berminggu-minggu, pemerintah Siprus berusaha untuk mendapatkan sumber dana lain dan juga telah meminta bantuan kepada Rusia.

Bank-bank di Siprus, yang sejak tahun 2008 masuk di Zona Euro, telah memberikan pinjaman sekitar 25 miliar Euro kepada Yunani. Kredit dari Siprus ini masih belum dapat dikembalikan Yunani, yang saat ini tergantung pada kucuran dana penyelamatan.

Lembaga pemeringkat menilai obligasi pemerintah Siprus sebagai bisnis yang sangat spekulatif. Ini menyebabkan negara ini tidak bisa mendapatkan lebih banyak uang dari pasar modal untuk membiayai pengeluaran negara. Untuk jangka menengah, Siprus memerlukan 10 miliar Euro, untuk melunasi utangnya.

Presiden Siprus Dimitris Christofias menjelaskan, negaranya akan memenuhi persyaratan pinjaman yang ditentukan. Berbeda dengan Spanyol, pengelolaan anggaran Siprus diawasi secara berkala oleh Troika, yaitu Uni Eropa, Bank Sentral Eropa ECB dan Dana Moneter Internasional IMF.

Kepresidenan Uni Eropa

Sesuai jadwal, pada tanggal 1 Juli Siprus akan mengambil alih kepresidenan Uni Eropa dari Denmark. Krisis yang kini dialami menimbulkan pertanyaan, apakah negara berpenduduk 1 juta jiwa ini mampu memenuhi seluruh tugas kepresidenan. 

Siprus harus menengahi konflik diantara sesama negara Uni Eropa dan mendorong inisiatif politik. Tugas ini tampakanya tidak akan mampu diemban Siprus, dinilai kalangan diplomat di Brussel, Belgia. Wilayah utara Siprus diduduki Turki sejak tahun 1974. Di wilayah yang berpenduduk sekitar seperempat populasi Siprus ini tidak diberlakukan hukum Uni Eropa.

Spanyol Upayakan Penyelamatan Bank

Sebelumnya, seperti yang sudah diumumkan dua pekan lalu, Spanyol telah menyampaikan permintaan resmi untuk mendapatkan pinjaman darurat dari Zona Euro. Dana bantuan ini direncanakan untuk menyalematkan bank-bank Spanyol yang mengalami krisis akaibat runtuhnya pasar properti. Diperkirakan, Spanyol dalam jangka waktu secepatnya memerlukan sekitar 60 miliar Euro. Zona Euro berencana untuk mengucurkan dana sebesar 100 miliar Euro kepada Spanyol, rinciannya masih harus dibicarakan.

Masih belum jelas, apakah dana ini berasal dari dana bailout EFSF sebelumnya atau dari dana penyelamatan permanen ESM, yang akan beroperasi mulai pertengahan Juli. Rekapitalisasi sektor perbankan dengan dana dari EFSF sudah dilakukan terhadap Yunani, Irlandia dan Portugal.

Pemerintah Spanyol masih ditetapkan sebagai mitra perjanjian untuk dana penyelamatan. Sesuai aturan, dana tersebut tidak dapat disuntikkan langsung kepada bank-bank. Kanselir Jerman Angela Merkel bersikeras menerapkan aturan ini, “karena hanya pemerintah Spanyol lah yang dapat mengatakan kepada bank-bank Spanyol, apa yang harus dilakukan.“

Sebenarnya Spanyol tidak menginginkan dana penyelamatan namun lebih memilih untuk mendapatkan dana yang diberikan langsung kepada bank. Tapi dengan opsi ini maka EFSF akan menjadi pemegang saham bank. Dan untuk itu, reksa dana Zona Euro di Luxemburg ini tidak memiliki struktur dan kapasitas. Meski mengajukan permohonan bantuan, Spanyol tetap menghindari untuk menjadi negara “penerima program“ seperi Yunani, Irlandia dan Portugal, serta sekarang Siprus. Alasannya, dana bantuan tersebut tidak secara langsung dimaksudkan untuk meringankan anggaran negara Spanyol.

Troika Akan Periksa Spanyol

Sebelum pinjaman diberikan, Troika, yang terdiri dari perwakilan dari Komisi Uni Eropa, Bank Sentral Eropa ECB dan Dana Moneter Internasional IMF, akan menilai terlebih dahulu apakah suatu negara dapat memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk menerima pinjaman. Menurut Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schäuble, Spanyol juga harus menjalani proses penilaian ini. Para menteri keuangan negara-negara pengguna mata uang Euro secara eksplisit meminta IMF untuk menyediakan “keahliannya“. Awalnya, Spanyol tidak menginginkan pinjaman dari IMF, karena biasanya IMF membebankan persyaratan yang berat.

Pada awal Juni lalu, Menteri Keuangan Spanyol Chrisóbal Montoro mengakui bahwa saat ini negaranya tidak bisa mendapatkan dana yang diperlukan dari pasar terbuka dan oleh karena itu membutuhkan bantuan Eropa. Komisi Uni Eropa telah menegaskan bahwa Spanyol harus terus berusaha untuk mengurangi defisit anggaran yang tinggi. Pinjaman baru, yang sekarang akan dipergunakan untuk menyelamatkan bank-bank Spanyol, harus ditambahkan ke defisit anggaran yang ada. Situasi ini menyebabkan lembaga pemeringkat dan pasar keuangan menilai peringkat kredit Spanyol dengan lebih kritis dibandingkan sebelum Spanyol mengajukan permohonan bantuan.

Masalah Terberat: Yunani

Sejak Mei 2010, Yunani telah menerima pinjaman darurat dari negara anggota Uni Eropa, Komisi Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional. Dua paket bantuan bagi Yunani yang sebelumnya telah disetujui mencakup batas kredit keseluruhan sebesar 240 miliar Euro. Dari jumlah tersebut, menurut EFSF di Luxemburg, 107 miliar Euro sudah dikucurkan dari dana Eropa. Sementara IMF memberikan kontribusi sebesar 30 miliar Euro.

Yunani harus memenuhi kondisi anggaran yang ketat, diawasi oleh Troika, yang akan memeriksa kemajuan Yunani sebelum dana bantuan disediakan. Dan dana pinjaman darurat juga didapat dari kreditor swasta, yang secara efektif telah membantu Yunani sebesar 35 miliar Euro.

Pemerintah Yunani yang baru terbentuk berusaha untuk mendapatkan keringanan persyaratan dan untuk meminta tambahan jangka waktu pengembalian pinjaman. Hal ini sekali lagi akan meningkatkan biaya penyelamtan dan mungkin akan dibutuhkan paket penyelamatan ke tiga.

Irlandia Minta Keringanan

Seperti Spanyol, Irlandia menderita krisis akibat runtuhnya pasar properti yang menyebabkan krisis perbankan. Pada bulan November 20100, pemeriintah Irlandia telah mengambilalih bank-bank yang bermasalah, tapi kemudian ternyata terlalu banyak untuk dikelola. Karena negara ini tidak mampu mendapatkan uang dari pasar untuk melunasi utang-utangnya, Irlandia menerima dana sebesar 885 miliar Euro dari Komisi Uni Eropa, EFSF dan IMF. 35 miliar Euro dari jumlah tersebut dipergunakan untuk menyelamatkan bank-bank Irlandia.

Sebagai imbalannya, Irlandia telah melakukan langkah-langkah penghematan yang ketat. Tidak seperti Yunani, Iralndia mematuhi program penghematan ini. Tapi sekarang, pemerintah Irlandia berusaha untuk mendapatkan keringanan bunga pinjaman dari negara mitra di Eropa dan juga untuk memperpanjang batas waktu pelunasan. Diperkirakan, akhir tahun 2013 Irlandia akan mampu untuk kembali membiayai utangnya terhadap pasar.

Portugal Harus Terus Berhemat

Pada bulan Mei 2011, Portugal menyerah pada tekanan pasar keuangan, ketika mengajukan permintaan bantuan kepada Zona Euro. Sampai pertengahan tahun 2014, dana sebesar 78 miliar Euro akan diberikan kepada Portugal. Sepertiga dari jumlah ini didapatkan dari IMF. Portugal juga telah memenuhi persyaratan pemberian pinjaman. Namun dalam waktu satu tahun, negara ini telah menghabiskan lebih dari setengah fasilitas kredit. Dipertanyakan, apakah sampai tahun 2014 negara ini akan membutuhkan paket bantuan baru atau tidak.

Italia Minta ECB Kembali Beli Obligasi

Bersamaan dengan pinjaman darurat dari Uni Eropa dan IMF, Bank Sentral Eropa ECB telah membeli oobligasi pemerintah dalam skala besar untuk membatu negara yang tengah mengalami krisis. Ini dimaksudkan untuk mempertahankan suku bunga Italia dan Spanyol pada tingkat yang dapat diitoleransi. Sejauh ini, ECB telah mengeluarakn sekitar 200 miliar Euro untuk program kontroversial ini.

Perdana Menteri Italia Mario Monti telah meminta ECB untuk kembali membeli lebih banyak obligasi Spanyol dan Italia untuk lebih menurunkan suku bunga. Namun ECB, yang independen ini, tampaknya enggan untuk melakukannya. Benoit Coeure, anggota dewan ECB, mengatakan ia lebih suka jika EFSF turut membeli obligasi negara yang tengah menghadapi krisis.

Sejak krisis keuangan global di tahun 2008, Komisi Uni Eropa juga telah memberikan pinjaman kepada negara-negara anggota yang tidak menggunakan mata uang Euro. Hungaria, Latvia dan Rumania sampai saat ini telah menerima sekitar 14 miliar Euro untuk bantuan anggaran negara.