1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Multitasking" Hambat Proses Belajar

Martin Riebe6 Oktober 2014

Anda suka melakukan dua hal sekaligus saat tengah mempelajari sesuatu yang baru? Ini mungkin bukan hal yang menguntungkan. Peneliti mengatakan: "multitasking" akan menghambat proses pembelajaran.

https://p.dw.com/p/1DQDe
Foto: Fotolia/ Franck Boston

Profesor Martin Korte adalah peneliti otak. Bersama timnya, pakar neurobiologi itu mengungkap kenapa otak menyimpan materi pelajaran baru dalam ingatan jangka panjang. Penyebabnya adalah sel saraf di otak berkompetisi memperebutkan protein yang dibutuhkan untuk ingatan jangka panjang. "Ada hambatan molekuler yang membatasi seberapa banyak informasi yang bisa beralih dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang," jelas Korte.

Menggunakan cairan artifisial khusus

Untuk penelitian para ilmuwan menggunakan potongan otak tikus. Mereka terutama tertarik pada hipokampus, bagian penting otak untuk memori. Ilmuwan harus mempertahankan sel otak tikus yang mati agar tetap hidup. Untuk itu cairan artifisial khusus menjamin simulasi kondisi di dalam otak.

Setiap sel saraf di dalam otak berhubungan dengan sel saraf lain. Koneksi antara sel saraf bisa mencapai 10.000. Koneksi tersebut dinamakan sinapsis. Di sanalah tempat di mana terjadinya proses belajar. "Titik kontak antara sel saraf disebut sinapsis. Dan di sini disimpan informasi, setelah sinapsisnya diperkuat. Sinapsis menjadi lebih kuat jika kedua sel saraf aktif secara bersamaan.

Dengan mengaktifkan kedua sinapsis, natrium dan kalsium masuk ke dalam sel yang memicu pembentukan protein baru di dalam sinapsis. Jejak ingatan ini cuma bertahan jika sinapsisnya mendapat rangsangan tambahan. Lalu memori masuk ke dalam bagian ingatan jangka panjang.

Molekul protein baru

Proses ini bisa ditunjukkan oleh ilmuwan pada potongan otak tikus. Melalui elektroda, dibangkitkan rangsangan elektrik. Rangsangan berulang kali pada sinapsis menstabilkan jejak ingatan. Tapi, jika ilmuwan merangsang sinapsis yang berbeda-beda dari sebuah sel saraf, jejak ingatan yang terbentuk sebelumnya bisa terhapus lagi.

"Akibat rangsangan tersebut terbentuk molekul protein baru. Tapi jika dalam waktu hampir bersamaan, berlangsung proses kedua atau ada gangguan seperti teralihkannya perhatian, maka protein yang terbentuk dalam proses tersebut tidak menetap di sinapsis ini, melainkan beralih ke rangsangan baru yang kemungkinan lebih lemah ketimbang yang pertama. Rangsangan baru bisa mencuri molekul protein dan memperkuat sinapsis di sini, apa yang dipelajari sebelumnya akan terlupakan, sementara yang dialami dan dipelajari di sini, bisa diingat lebih baik", demikian Korte.

Cara belajar yang baik

Temuan tersebut berdampak besar pada teknik belajar. Cuma rangsangan belajar yang saling memperkuat dan masuk pada sinapsis yang sama, memiliki peluang besar untuk diambilalih oleh ingatan jangka panjang. Ilmuwan neurologi ini memberikan tips untuk belajar: "Eksperimen kami menyimpulkan: orang harus menghindari multitasking. Karena secara acak, multitasking justru memperkuat sinapsis yang kemungkinan tidak seharusnya diperkuat. Dan orang sebaiknya memilih modul pelajaran lebih pendek, agar apapun yang dipelajari pada bagian akhir tidak menghapus apa yang dipelajari di awal."

Eksperimen pada tatanan seluler ini mendukung teori para psikolog belajar, yang sejak lama mengamati, betapa merusaknya multitasking dan betapa positifnya modul pelajaran pendek untuk memori.