1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mimpi Warga Jakarta Mulai Diwujudkan

11 Oktober 2013

Pembangun sistem transportasi massal yang telah lama ditunggu masyarakat Jakarta akhirnya dimulai. Proyek yang diharapkan mampu mengatasi problem kemacetan lalu lintas yang melumpuhan ibukota Indonesia.

https://p.dw.com/p/19xtu
Foto: picture alliance / EB-Stock

Gubernur Jakarta Joko Widodo memimpin upacara yang menandai dimulainya fase pertama pembangunan 15,7 kilometer jalur Sistem Transportasi Massal MRT. Jalur pertama yang dibangun itu akan menghubungkan Lebak Bulus di Selatan Jakarta ke wilayah pusat ibukota.

“Setelah 24 tahun bermimpi punya MRT, beberapa orang bahkan mungkin sudah melupakannya,“ kata Jokowi sebelum upacara menandai pembangunan fondasi dasar pertama MRT. “Akhirnya mimpi warga Jakarta akan menjadi kenyataan.“

Jakarta, adalah salah satu kota terbesar di dunia yang tidak mempunyai sistem kereta metro atau subway, tertinggal di belakang ibukota negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Kuala Lumpur, Singapura dan Bangkok dalam soal transportasi publik.

Diperkirakan bahwa tanpa investasi besar-besaran dalam sistem transportasi massal, Megacity Asia dengan penduduk lebih dari sembilan juta jiwa ini akan mengalami kelumpuhan lalu lintas pada tahun 2020.

Gaya hidup baru

Tahap pertama pembangunan MRT ini meliputi pembangunan tujuh stasiun atas dan enam stasiun bawah tanah yang diperkirakan memakan biaya 1,5 milyar dollar, dibangun oleh dua konsorsium yang terdiri dari perusahaan lokal dan Jepang. Ditargetkan, sistem transportasi missal itu akan bisa mulai beroperasi pada akhir 2016.

Fase pembangunan kedua sepanjang 8,1 kilometer di bagian utara kota dijadwalkan akan selesai pada 2018, dua tahun lebih cepat dari target awal.

“Sosialisasi mengenai gaya hidup baru yang menggunakan transportasi publik telah dimulai sekarang sehingga ketika nanti selesai, orang-orang telah siap berbondong-bondong menggunakan MRT dan meninggalkan kendaraan pribadi,” kata Widodo.

Proyek yang dibiayai oleh dana pinjaman dari Japan International

Cooperation Agency atau yang dikenal dengan singkatan JICA, ini telah direncanakan pembangunannya sejak tahun 1980an, tapi rencana ini terhambat olehh krisis politik, birokrasi dan perselisihan mengenai masalah pendanaan.

Konsorsium yang menangani proyek ini termasuk perusahaan Jepang Shimizu Corp., Obayashi Corp. dan Sumitomo Mitsui Construction Co. bersama-sama dengan perusahaan milik Negara yakni PT Wijaya Karya dan PT Hutama Karya serta perusahaan swasta Jaya Konstruksi.

ab/as (ap,afp,rtr)