1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bundeswehr Mulai Ditarik Dari Afghanistan

Nabila Karimi-Alekozai29 Juli 2013

Penarikan pasukan Bundeswehr dari Afghanistan adalah operasi logistik besar-besaran. Penerbangan peralatan militer ke Jerman menelan biaya 150 juta Euro.

https://p.dw.com/p/19FkO
Auf dem Flughafen Mazar-e Sharif wird eine Panzerhaubitze 2000 in das russische Frachtflugzeug Antonov AH-124-100 verladen.© Bundeswehr/Schmidt.
Bundeswehr AfghanistanFoto: cc-by-nd/Bundeswehr/Schmidt.

Militer Jerman Bundeswehr sudah sering melakukan misi luar negeri. Tapi misi di Afghanistan adalah operasi militer terbesar sampai saat ini. Penarikan pasukan dari kawasan itu juga merupakan operasi logistik yang rumit. Ada sekitar 1200 kendaraan lapis baja dan 4800 kontainer dengan senjata, munisi, komputer dan material lain yang harus diboyong kembali ke Jerman.

Pos-pos militer kecil di Afghanistan sudah dibongkar. Di Kundus, daerah operasi Bundeswehr, para serdadu juga mulai berbenah. Mereka ingin meninggalkan Afghanistan sebelum musim dingin tiba.

Markas Utama di Mazar-i Sharif

Semua peralatan pertama-tama akan diangkut ke Mazar-i Sharif. Atas alasan keamanan, jadwal transportasi dirahasiakan. Iring-iringan truk menuju Mazar-i Sharif akan dikawal ketat dari darat dan udara. Dari Maza-i sharif, barang-barang itu akan dibawa ke Jerman.

Masalah logistik jadi rumit karena Afghanistan tidak punya pelabuhan laut. Jadi peralatan berat juga harus diangkut lewat jalur darat atau udara. Persenjataan sensitif seperti mortir anti tank akan langsung diterbangkan ke Jerman. Biaya penerbangan diperkirakan mencapai 150 juta Euro.

Ada dua jalur utama transportasi darat ke Jerman. Jalur utara dengan menggunakan kereta api lewat Usbekistan, Kazakstan, Rusia dan kawasan Baltik. Jalur Selatan melewati Pakistan sampai ke Karachi, dari sana menggunakan kapal laut sampai ke Jerman.

Apa yang bisa ditinggalkan?

Semua senjata dan kendaraan militer harus dibawa pulang. Tapi masih banyak barang lain yang bukan termasuk perlengkapan senjata. Tidak semua barang Bundeswehr dibawa pulang. Ada juga barang yang bisa ditinggalkan. Panitia perencanaan penarikan pasukan, yang disebut panitia "Redeployment" harus mendaftarkan semua barang Bundeswehr sesuai kategorinya. Lalu diambil keputusan, barang mana yang akan ditinggalkan dan mana yang harus dibawa kembali ke Jerman.

Tentara Jerman mencari ranjau darat di Afghanistan
Tentara Jerman mencari ranjau darat di AfghanistanFoto: picture alliance / JOKER

"Kalau ada barang yang terlalu mahal untuk dikirim kembali ke Jerman, bisa dijual di sini atau dihibahkan kepada mitra lokal," kata Kolonel York von Rechenberg, Komandan di Mazar-i Sharif. "Ini termasuk barang-barang yang bisa digunakan untuk keperluan sipil, misalnya meubel, mesin dan generator listrik."

Dua tahun lalu, Bundeswehr mendirikan klinik darurat yang modern dengan biaya sampai enam juta Euro. Sebagian peralatan klinik itu akan dibawa kembali ke Jerman. "Karena kalau ditinggalkan, kami harus memberi garansi atas barang-barang ini sampai dua tahun. Kami tidak bisa melakukan itu", kata von Rechenberg. Bangunan klinik yang dilengkapi sistem pendingin ruangan akan diserahkan kepada Kepolisian Afghanistan dan digunakan sebagai pusat pendidikan.

Markas Militer Jadi Pusat Pendidikan

Kompleks markas militer Bundeswehr di Mazar-i Sharif setelah 2014 akan digunakan sebagai pusat pendidikan untuk polisi dan tentara. Untuk itu akan dibangun tembok pemisah yang memisahkan fasilitas kepolisian dari fasilitas militer. Masing-masing kompleks pendidikan akan dilengkapi dengan dapur, pemanas air dan sistem pemanas ruangan. Polisi dan tentara akan punya pintu utama sendiri. Perubahan kompleks menjadi dua bagian itu menelan biaya beberapa juta Euro.

Masa tugas kolonel York von Rechenberg sebenarnya sudah berakhir. Tapi ia setuju tinggal lebih lama di Mazar-i Sharif sampai penarikan pasukan Bundeswehr selesai. Ia melihat banyak kemajuan yang sudah dicapai aparat keamanan di Afghanistan.

Tapi Komandan Polisi Afghanistan di Kundus, Jendral Khalil Andarabi mengaku masih ada banyak masalah. Pihaknya masih kekurangan senjata yang berkualitas dan sistem pengamanan udara. "Ini membuat tugas kami di Kundus makin berat. Penarikan pasukan ini terlalu cepat. Seharusnya, rekan-rekan dari Jerman menunggu sampai pemilihan presiden tahun 2014 selesai", kata Andarabi.