1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mesir Perangi Pemerkosaan

17 Juli 2014

Tujuh laki-laki dijatuhi hukuman penjara seumur hidup hari Kamis (17/7) karena terbukti melakukan serangan seksual di Taman Tahrir, menyusul janji otoritas baru Mesir untuk mengatasi epidemi kejahatan.

https://p.dw.com/p/1CeUy
Foto: Reuters/Asmaa Waguih

Sejak pemberontakan tahun 2011 yang menjatuhkan presiden Husni Mubarak, berbagai kasus pelecehan seksual meningkat di Mesir, dengan para perempuan secara rutin diserang pada saat aksi-aksi unjuk rasa dan di sekitar Tahrir, yang menjadi pusat kegiatan demonstrasi. (Baca: Perempuan Mesir Hadapi Pelecehan Seksual)

Pengadilan Mesir juga menjatuhkan hukuman penjara kepada dua terdakwa lainnya dengan hukuman 20 tahun atas kasus penyerangan seksual sejak Januari 2013.

Serangan itu terjadi pada tanggal 3 dan 8 Juni saat para pendukung bersuka ria merayakan kemenangan dan pelantikan Abdel Fattah al-Sisi sebagai presiden, serta 25 Januari 2013 ketika Mesir memperingati tahun kedua revolusi anti-Mubarak.

Para terdakwa dinyatakan bersalah menculik, memperkosa, melakukan serangan seksual, percobaan pembunuhan dan menyiksa sejumlah perempaun selama unjuk rasa.

Pengadilan memerintahkan sembilan terpidana diawasi oleh polisi selama lima tahun setelah mereka kelak dibebaskan.

Hukuman seumur hidup di Mesir berlangsung selama 25 tahun.

“Dua kelompok penjahat pergi ke taman (Tahrir) dan menangkap seorang wanita dan anak perempuannya. Mereka membawa dua korban ke sebuah area di sekitar mesjid yang dekat dengan taman, di mana kedua perempuan itu diserang dan dilucuti pakaiannya,“ kata jaksa penuntut terkait kasus serangan pada 3 Juni.

“Mereka memukulinya dan ketika perempuan itu mencoba melarikan diri, air panas disiram ke arah dirinya, menyebabkan luka bakar serius. Setelah itu, para penyerang mengelilinginya dan menyerangnya secara seksual sampai perempuan itu akhirnya diselamatkan oleh polisi dan warga.“

Pada 8 Juni, sejumlah perempuan berumur antara 17 hingga 42 tahun diserang di taman yang sama oleh para anggota geng kriminal yang sama, yang melakukan serangan pada 3 Juni, demikian kata jaksa penuntut.

“Para penyerang memisahkan para perempuan itu, membawa mereka ke sejumlah titik yang berbeda di taman dan mengelilingi mereka.

“Mereka kemudian menyerang perempuan itu, memukulinya dan bahkan mengancam akan menculik anak-anak dari salah satu korban,“ demikian pernyataan surat dakwaan.

Tutup mata

Para aktivis berulangkali menuduh pemerintah menutup mata atas fenomena kekerasan seksual yang merajalela di negara itu.

Antara November 2012 dan Juni 2013, sekitar 250 kasus penyerangan seksual atau pelecehan oleh massa atau pemerkosaan yang mengggunakan senjata dilaporkan terjadi selama demonstrasi di Kairo, demikian menurut data para aktivis.

Fathi Farid, seorang anggota kelompok ”Saya melihat Pelecehan”, mengatakan bahwa keputusan pengadilan itu ”cepat” namun juga “dipolitisir karena pemerintah ingin menunjukkan bahwa mereka aktif dalam memerangi kekerasan seksual”.

Mesir, yang tidak mempunyai hukum khusus terkait pelecehan seksual, hanya baru-baru ini menyetujui hukuman penjara, denda atau kedua-duanya, bagi pelaku kejahatan seksual.

Setelah terpilihnya Sisi, pemerintah berjanji akan menangani epidemi kekerasan seksual, bersamaan dengan kemarahan masyarakat menyusul munculnya potongan video seorang perempuan yang mengalami serangan seksual di Taman Tahrir, beredar luas di YouTube awal Juni lalu.

Video yang diambil dengan menggunakan telepon seluler itu menunjukkan sekelompok laki-laki mengeliling seorang perempuan muda, yang ditelanjangi dan mengalami memar berat akibat serangan.

“Para perempuan Mesir, dan dunia, kini melihat apa yang akan dilakukan Presiden Sisi untuk menahan laju kasus serangan dan pelecehan seksual,” kata Human Rights Watch dalam pernyataannya bulan lalu.

ab/hp (afp,ap,rtr)