1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu 2013: Merkel Tetap Favorit

Volker Wagener26 Agustus 2013

Pemilu Parlemen di Jerman, dua kandidat terkuat, Angela Merkel berhadapan dengan penantangnya Peer Steinbrück.

https://p.dw.com/p/19WB0
Merkel / Steinbrück
Merkel / SteinbrückFoto: picture-alliance/dpa

Sang penantang, Peer Steinbrück, tidak mampu menandingi popularitas Kanselir Jendral Angela Merkel. Sebenarnya ia bisa menjadi orang yang tepat di saat yang tepat. Sebab Steinbrück adalah ahli ekonomi dan pernah menjadi Menteri Keuangan di bawah Kanselir Angela Merkel. Ketika itu, CDU berkoalisi dengan SPD. Waktu itu terjadi krisis keuangan global. Steinbrück dan Merkel berhasil menggiring perekonomian Jerman keluar dari krisis.

Namun popularits Steinbrück berada jauh di bawah popularitas Merkel. Menurut para peneliti, ada beberapa alasan mengapa Merkel sangat populer. Saat ini, Merkel berada di puncak kejayaannya. Dalam partainya CDU, tidak ada yang meragukan kepemimpinannya. Mayoritas warga Jerman mengakui dan mengagumi keberhasilan Merkel.

Partai oposisi SPD berusaha menyerang Merkel, namun sampai kini tidak berhasil. "SPD mengatakan apa saja yang selama ini tidak berjalan baik. Tapi ini tidak cukup untuk menarik pemilih", kata pakar komunikasi Christoph Moss. Masalahnya, warga Jerman saat ini merasa cukup puas dengan situasi mereka. Jadi pemilih ingin tahu, apa yang bisa dilakukan lebih baik lagi oleh Steinbrück dan SPD, seandainya mereka menang pemilu.

Politik SPD masa dulu bantu Merkel

SPD sebenarnya punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Selama pemerintahan Gerhard Schröder, yang menjadi Kanselir sebelum Merkel, dicanangkan "Agenda 2010". Politik penghematan yang dilakukan Schröder ketika itu sangat tidak populer. Tapi para pengamat sepakat, Agenda 2010 yang berhasil menyelamatkan ekonomi Jerman.

Peer Steinbrueck delivers his speech during the extraordinary party meeting of the SPD in Hanover, December 9, 2012.
Peer Steinbrück (SPD), penantang Angela MerkelFoto: Reuters

Kekuatan ekonomi Jerman saat ini adalah hasil kerja keras yang dimulai pada era Schröder. Sistem jaminan sosial direformasi, tunjangan sosial dipangkas, usia masuk masa pensiun ditingkatkan. Pengeluaran negara dipotong secara radikal. Ketika itu, protes keras bermunculan dari kalangan SPD sendiri. Banyak anggota partai yang keluar. Dalam pemilu 2005, SPD mengalami kekalahan besar. Angela Merkel lalu menggantikan Gerhard Schröder sebagai Kanselir Jerman.

Karena banyak anggota SPD mengecam Agenda 2010, keberhasilan Gerhard Schröder dan Agenda 2010 tidak mendapat perhatian besar. Jadi SPD melupakan jasa Schröder selama pemerintahannya dari 1998 sampai 2005, kata Edgar Wolfrum, pakar sejarah dari Universitas Heidelberg. Agenda 2010 malah lebih banyak dipuji oleh pendukung CDU daripada SPD. Jadi Angela Merkel yang menarik keuntungan dari situasi ini.

Berebut menarik perhatian kelas menengah

Dalam kampanye kali ini, SPD mengusulkan penetapan gaji minimum 8,50 Euro. CDU menolak hal itu dengan argumen, gaji minimum harus dirundingkan sendiri oleh perwakilan perusahaan dan serikat pekerja. Tidak perlu undang-undang khusus untuk mengaturnya. Dalam tema pajak, SPD mengusulkan kenaikan pajak bagi orang kaya. CDU menolak kenaikan pajak dan lebih mementingkan penghematan anggaran.

German Chancellor Angela Merkel (R) shakes hands with pupils in Berlin August 13, 2013.
Merkel menyalami pemilih muda.Foto: Reuters

Tapi secara keseluruhan, tidak ada perbedaan besar dalam program kampanye pemerintah dan oposisi. Kedua pihak berusaha merebut pemilih kalangan menengah dengan janji perbaikan ekonomi. Dalam tema energi nuklir, Angela Merkel yang tadinya mendukung nuklir, berbalik menentang setelah terjadi bencana Fukushima di Jepang.

Kampanye mengusung sosok Angela Merkel

Karena tidak ada tema yang jadi perdebatan sengit, CDU sekarang mengusung sosok Angela Merkel sebagai tema utama kampanye. Program partai menjadi tidak terlalu penting. Angela Merkel sendiri tampil sebagai sosok yang tenang dan jarang menunjukkan emosi dalam pidato-pidato politiknya.

"Dia tampil cukup normal", kata Edgar Wolfrum. "Dia tidak menonjol, dia sosok yang rata-rata. Karena itu, hampir semua orang bisa beridentifikasi dengan dia. Itulah resep keberhasilan Merkel."

Dalam pemilu 22 September mendatang, nasib pemerintahan koalisi saat ini, CDU/CSU dan FDP, akan ditentukan oleh keberhasilan FDP. Sampai saat ini, masih belum jelas apakah FDP mampu menembus ambang batas 5 persen untuk lolos ke parlemen.